Perancanagn Permukiman 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

Skip to content

winda yulia saraswati


makalah tanggap Darurat Bencana
ANALISIS RISIKO BENCANA DI DESA KEMIRI KECAMATAN PANTI
KABUPATEN JEMBER

MAKALAH

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko)

Oleh:

Winda Yulia S (NIM 122110101012)

Atika Nurul Hidayah (NIM 122110101135)

Akbarrio (NIM 122110101147)

Kelompok 10
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Manajemen Risiko yang berjudul Analisis Risiko Bencana di Desa
Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang
tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman.

Makalah Manajemen Risiko ini membahas tentang pengertian, identifikasi, pengukuran,


pemantauan, pengendalian atas risiko kecelakaan kerja, beserta studi kasus terkait risiko
keselamatan kerja, khususnya di bidang konstruksi.

Penulisan Makalah Manajemen Risiko ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Husni Abdul Gani, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember;
2. Isa Marufi, M.Kes selaku dosen mata kuliah Peminatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yakni Manajemen Risiko;
3. Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungannya kepada
kami, baik moril maupun materiil;
4. Teman-teman FKM angkatan 2012 yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas
segala bentuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan makalah ini,
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca sehingga penulis dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga laporan ini dapat memberikan sumbang pikir yang positif bagi pengembangan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Jember, 3 Mei 2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

BAB 1. PENDAHULUAN.. 1

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Rumusan Masalah. 2

1.3 Tujuan. 3

1.3.1 Tujuan Umum.. 3

1.3.2 Tujuan Khusus. 3

1.4 Manfaat 3

1.4.1 Manfaat Teorttis. 3

1.4.2 Manfaat Praktis. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.. 5

2.1 Definisi Bencana Banjir 5

2.2 Definisi Risiko Bencana. 5

2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana. 5

2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana. 6

2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana. 7

2.5.1 Pra bencana. 7

2.5.2 Saat Bencana. 8

2.5.3 Pasca Bencana. 10

2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana. 10


2.6.1 Identifikasi Bencana. 13

2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana. 14

2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana. 14

2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana. 15

2.8 Komunikasi 15

2.9 Investigasi dan Pelaporan. 16

2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana. 16

BAB 3. PEMBAHASAN.. 17

3.1 Profil Desa Kemiri 17

3.1.1 Gambaran Umum Desa Kemiri 17

3.1.2 Kondisi Topografi 17

3.1.3 Struktur Kependudukan. 17

3.1.4 Sarana dan Prasarana. 19

3.2 Identifikasi Risiko Bencana. 20

3.3. Pengendalian risiko. 25

3.4. Upaya yang harus dilakukan. 25

4.1 Kesimpulan. 27

4.2 Saran. 28

DAFTAR PUSTAKA.. 29

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan terhadap gerakan
tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1 Januari 2006, hujan yang berintensitas
tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang.
Tepat pada 2 Januari 2006 Kabupaten Jember banjir bandang melanda kecamatan Panti. Banjir
bandang yang terjadi di malam hari tersebut membawa serta lumpur, bebatuan-bebatuan besar
serta membawa kayu dari atas gunung Argopuro. Longsoran tersebut menghanyutkan dan
mengubur rumah-rumah penduduk khususnya di sekitar bantaran Kali Dinoyo dan Kali Putih.
Lima desa yang dilaluinya hancur diterjang lumpur, kayu dan bebatuan, yaitu Desa Kemiri, Suci,
Pakis, Gelagahwero dan Desa Panti sendiri.

Desa Kemiri dan Suci merupakan areal terparah yang terlanda banjir. Dari data BPS
Kabupaten Jember bencana banjir bandang yang terjadi 2 Januari 2006 mengakibatkan 76 orang
meninggal dunia, 15 orang hilang, 1.900 orang mengungsi dan 36 rumah hanyut, 2.400 rumah
rusak, 6 jembatan putus serta 140 ha sawah rusak terendam lumpur.

Banjir yang terjadi di awal tahun 2006 tersebut banyak menyebabkan korban jiwa, 57 orang
meninggal, 15 orang hilang, puluhan orang luka-luka, dan sekitar 300 orang masih terisolasi
(Indofirstaid,2006). Pada awal tahun 2009, banjir kembali terjadi di beberapa wilayah di
Kabupaten Jember salah satunya wilayah Panti dan Rambipuji (Surya Online, 2009). Di awal
tahun 2011, sekitar awal bulan maret banjir kembali terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. Banjir yang terjadi pada tahun 2011 ini menyebabkan 4 orang luka, ratusan rumah rusak,
dan satu rumah hancur total (Kompas.com, 2011). Hal ini membuktikan kurangnya kewaspadaan
dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir.

Topografi daerah Panti kabupaten Jember bervariasi mulai dari ketinggian 50 hingga 1.340 m
dari permukaan laut dengan keadaan kemiringan adalah semakin ke arah selatan kondisi relief
permukaannya semakin landai. Sebagian besar sebaran pemukiman penduduk berada di dataran
rendah dengan ketinggian 50 m hingga 140 m dari permukaan laut dan sebagian kecil lainnya
berada pada ketinggian di atas 140 m dari permukaan laut dengan kondisi kemiringan lereng
yang relatif curam. Berdasarkan kondisi topografi tersebut kecamatan Panti menjadi sangat
rawan akan bencana (Nurul Priyantari, dkk)

Pemukiman penduduk di Desa Kemiri berada di lereng gunung dan berkelok di sepanjang tebing
sungai. Selain sungai-sungai kecil, dua sungai besar mengapit Desa Kemiri, sungai Dinoyo dan
Kali Putih, membuat masyarakat tidak terlalu banyak pilihan untuk tempat berlindung.
Pemukiman penduduk yang cukup padat meningkatkan tingkat kerentanan masyarakat terhadap
bencana, khususnya bencana longsor dan banjir bandang terutama saat musim penghujan tiba.

Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya manajemen
risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan komprehensif untuk
menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban
dan kerugian yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011). Dalam upaya penanganan risiko bencana
harus disesuaikan dengan kondisi desa setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan
pertimbangan-pertimbangan dasar yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut manajemen
risiko yang terdiri dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi
dan pengendalian risiko, monitoring dan reporting risiko.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi risiko bencana di DesaKemiri Kecamatan Panti KabupatenJember ?


2. Mengukur risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember
3. Merumuskan pengendalian terhadap risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti
Kabupaten Jember

1.4 Manfaat
4.1 Manfaat Teorttis

Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Kesehatan
Masyarakat khususnya bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terkait studi manajemen
risiko bencana.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi/Desa

Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki sistem manajemen bencana agar
mengurangi risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

2. Bagi Masyarakat Desa

Diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan agar masyarakat dapat lebih tanggap
terhadap terjadinya bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

3. Bagi Ilmu Kesehatan

Diharapkan dapat menambah data dan referensi tentang manajemen risiko bencana utamanya di
bidang Keselamatandan Kesehatan Kerja
4. Bagi Penulis

Diharapkan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam merencanakan, melaksanakan, dan


melaporkan hasil makalah, serta menambah dan memperdalam pengetahuan tentang manajemen
risiko bencana.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Bencana Banjir
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi
kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi
(Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang
paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi
(IDEP, 2007).

2.2 Definisi Risiko Bencana


Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam hidup, status kesehatan,mata
pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi pada suatu komunitas tertentu ataumasyarakat
dalam suatu kurun waktu tertentu (UNISDR, 2009). Risiko bencana adalah potensi kerugian
yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil dari hadirnya risiko secara
terus menerus. Risiko bencana terdiri dari berbagai jenis potensi kerugian yang sering sulit untuk
diukur.Namun demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola populasi, dan
pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan, setidaknya dalam arti
luas.

2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana


Suatu risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak
diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan
jika dikaji lebih lanjut kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab, antara lain;
jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan, keterbatasan
pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya.

1. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua
kejadian yang menimbulkan kerugian.
2. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
3. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu
proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Manajemen risiko bencana adalah proses sistematis menggunakan arahan administrasi,


organisasi, dan keterampilan operasional dan kapasitas untuk mengimplementasikan strategi,
kebijakan dan peningkatan kapasitas penanggulangan untuk mengurangi dampak merugikan dari
bahaya dan kemungkinan terjadinya bencana (UNISDR, 2009). Menurut Agus Rahmat (2006:12)
Manajemen Risiko Bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai
siklus Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan antara lain:

1. Mencegah kehilangan jiwa seseorang


2. Mengurangi penderitaan manusia.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat dan juga kepada pihak yang berwenang
mengenai risiko.
4. Mengurangi kerusakan insfrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber
ekonomis lainnya.

Manajemen risiko bencana dibagi 2, yaitu:

1. Manajemen risiko bencana korektif, merupakan aktivitas pengelolaan yanga mengatasi


dan berupaya untuk mengoreksi atau mengurangi risko bencana yang sudah ada
2. Manajemen risiko bencana prospektif, merupakan aktivitas-aktivitas pengelolaan yang
menangani dan berupaya menghindarkan berkembangnya risiko bencana baru atau
meningkatnya risiko bencana.

2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana


Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola bencana dengan baik. Saah satu
faktor adalah karena bencana belum pasti tejadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi.
Sebagai akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan dan
pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan untuk:

1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan.
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana atau
kejadian.
3. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau organisasai tentang bencana
sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana
4. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan
penderitaan yang dialami dapat dikurangi.

2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana


Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola
bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

2.5.1 Pra bencana

Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi
kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.

1. Kesiapsiagaan

Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah
tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam
menghadapi datangnya suatu bencana.

2. Peringatan dini

Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi
terkena bencana akan kemungkinan datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing.
Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah atau diterima
dari pihak berwenang mengenai kemungkinan datangnya suatu bencana.

3. Mitigasi

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu
bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya
dan pendekatan antara lain:

1. Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya
membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman, misalnya
tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.

2. Pendekatan manusia

Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai
bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya.

3. Pendekatan admisnistratif

Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif dalam


manajemen bencana, khususnya di tahap mitigasi sebagai contoh:

1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko bencana
2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industry berisiko
tinggi.
3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat di setiap organisasi
baik pemerintahan maupun industry berisiko tinggi.

4. Pendekatan kultural

Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana. Melalui


pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
telah mebudaya sejak lama.

2.5.2 Saat Bencana

Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya
terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi
secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat
mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat
diminimalkan.

1. Tanggap darurat

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan
oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.

Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalm kondisi tanggap darurat antara lain:
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, sehingga
dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena dan
perkiraan tingkat kerusakannya.
Penentuan status keadaan darurat bencana.
Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula
ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas,
mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkenA bencana.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Hal yang
dapat dilakukan antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan dasar


2. Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang dengan keterbatasan
fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang dikategorikan lemah)
3. Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
1. Penanggulangan bencana

Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi bencana yang
terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan
pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian.

Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu Tim
tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.

2.5.3 Pasca Bencana

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya
adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.

1. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat
pada wilayah pascabencana.

1. Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hukum,
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana

2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana


Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah identifikasi dan penilaian risiko
bencana. Identifikasi bencana mutlak diperlukan sebelum mengembangkan sistem manajemen
bencana.

Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan
kegiatan masyarakat.

Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut antara lain sebagai
berikut:

1. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari
suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.
2. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala BNPB dengan
melibatkan instansi/lembaga terkait.
3. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan analisis
mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan tindakan pencegahan
dan mitigasi bencana.
4. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan
bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
5. Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan persyaratan analisis
risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau kegiatan
yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana.
6. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh pejabat
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.

Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan yang
mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana (ARISCANA).
ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai potensi
bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat
risiko atau keparahannya.

Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat keparahan bencana
yang mungkin terjadi.

Sumber : Peraturan Kepala BNPB No. 04 Tahun 2008

Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut
terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk,
maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi tingkat
kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan
perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah
yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman di
daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di
perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Nilai Probabilitas Keterangan


5 Pasti hampir dipastikan 80 99%
60-80% terjadi tahun depan, atau sekali
4 Kemungkinan Besar
dalam 10 tahun mendatang
40-60% terjadi tahun depan, atau sekali
3 Kemungkinan terjadi
dalam 100 tahun
2 Kemungkinan kecil 20-40% terjadi dalam 100 tahun
1 Kemungkinan sangat kecil Hingga 20%

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu memang
terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:

1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

Nilai Dampak Keterangan


5 Sangat parah 80 90% wilayah hancur dan lumpuh total
4 Parah 60-80% wilayah hancur
3 Sedang 40-60% wilayah rusak
2 Ringan 20-40% wilayah rusak
1 Sangat Ringan < 20% wilayah rusak

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak


1 Gempa Bumi diikuti tsunami 1 4
2 Tanah Longsor 4 2
3 Banjir 4 3
4 Kekeringan 3 1
5 Angin Puting beliung 2 2

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model lain


dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan prioritas
seperti berikut:

Dampak
Probabilitas
1 2 3 4 5
5
Tanah
4 Banjir
longsor
3 Kekeringan
Puting
2
beliung
Gempa bumi
1
dan tsunami

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang perlu
ditangani.

Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)

1. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)


2. Bahaya/ancaman sedang nilai 2
3. Bahaya/ancaman rendah nilai 1

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah sebagai
berikut:

1. Identifikasi bencana
2. Penilaian dan evaluasi risiko bencana
3. Menentukan pengendalian bencana

2.6.1 Identifikasi Bencana

Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu daerah atau
perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan
industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana.
Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi
kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.
2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan skala dampak yang
mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi
sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.

1. Penilaian Risiko Bencana

Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui penilaian Risiko
Bencana. Banyak Metoda yang dapat dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya
dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan
teknik yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan risiko.

1. Evaluasi Risiko

Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan peringkat risiko yang
mungkin timbul denganmempertimbangkan kerentanan dan kemampuan menahan atau
menanggung risiko. Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan, misalnya
oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.

2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai. Pengendalian risiko bencana menurut
konsep manajemen risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Mengurangi kemungkinan

Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Semua bencana
pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.

1. Mengurangi dampak atau keparahan

Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka langkah yang harus
dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil
identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat disusun
analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program
kerja penerapannya.

2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana


Penanganan bencana memerlukan sumberdaya yang memadai sesuai dengan tingkat dan jenis
bencana yang akan dihadapi. Oleh karena itu, manajemen atau pimpinan tertinggi harus
menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk mengelola bencana di lingkungan masing-
masing.
Berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk menangani suatu bencana anta lain:

1. Sumberdaya manusia

Penanganan bencana memerlukan sumberdaya manusia yang memadai baik dari segi jumlah
mapun kompetensi dan kemampuannya. Oelh karena itu sebelum menyusun sistem manajemen
bencana yang baik, terlebih dahulu harus diidentifikasi kebutuhan sumberdaya manusia yang
diperlukan, misalnya untuk Tim penanggulangan bencana, Tim medis, logistic, Tim teknis, dan
lain-lain.

1. Prasarana dan Material

Bencana tidak dapat ditanggulangi secara efektif dan cepat tanpa didukung oleh prasarana dan
logistic yang memadai. Prasarana dan material merupakan unsur penting dalam mendukung
keberhasilan penanggulangan bencana. Banyak kejadian, dimana korban tidak berhasil ditolong
karena tidak tersedianya prasarana atau peralatan yang memadai sehingga jumlah korban
meningkat.

Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan dalam suatu
bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat dihindarkan. Jenis sarana yang
diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi
sesuai hasil identifikasi.

1. Sumberdaya finansial.

Kegiatan manajemen tanggap darurat jelas membutuhkan biaya, baik sebelum maupun saat dan
setelah bencana. Oleh karena itu komitmen manajemen atau pimpinan tertinggi sangat
diperlukan.

2.8 Komunikasi
Selama keadaan darurat berlangsung, diperlukan komunikasi yang baik guna menjamin
kelancaran upaya penanggulangan. Komunikasi diperlukan dalam sistem manajemen bencana
mulai tahap perencanaaan, mitigasi, tanggap darurat, sampai ke rehabilitasi.

Komunikasi dalam manejemn bencana dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Komunikasi organisasi tanggap darurat


2. Komunikasi kepada masyarakat
3. Komunikasi dengan pihak eksternal baik nasional maupun internasional.

2.9 Investigasi dan Pelaporan


Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah harus diinvestigasi dan dilaporkan kepada
instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya BNPB atau BPBD kabupaten/kota.
Investigasi atau penyelidikan bencana sangat diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya bencana


2. Mengetahui kelemahan atau kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan penanganan
bencana yang dilakukan
3. Mengetahui efektivitas organisasi penanganan bencana yang ada
4. Menentukan langkah perbaikan atau pencegahan terulangnya suatu bencana
5. Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan atau penyempurnaan sistem manajemen
bencana dan dalam menentukan kebijakan pembangunan.

2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana


Elemen terakhir dalam sistem manajemen bencana adalah inspeksi dan audit manajemen
bencana. Salah satu upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan manajemen bencana adalah dengan
melakukan audit.

Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa kesiapan
penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus diperiksa dan diuji
kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.

Audit adalah salah satu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen bencana dalam suatu
organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi persyaratan atau tolak ukur yang
ditetapkan.

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Profil Desa Kemiri


3.1.1 Gambaran Umum Desa Kemiri

Desa Kemiri terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Desa ini memiliki luas wilayah
1.578.584 Ha. Desa Kemiri membawahi lima dusun yaitu, Dusun Delima, Dusun Kantong,
Dusun Krajan, Dusun Krajan, Dusun Sodong, Dusun Danci, dan Dusun Tenggiling. Sebelah
utara desa berbatasan dengan Pegungan Argopuro, sebelah timur desa berbatasan dengan Desa
Sukorambi, sebelah selatan desa berbatasan berbatasan dengan Desa Serut dan Desa Suci, dan
sebelah barat desa berbatasan dengan Desa Suci (Profil Desa Kemiri, 2009).

3.1.2 Kondisi Topografi

Topografi Desa Kemiri berupa 20% dataran rendah dengan luas 303 Ha dan 80 % perbukitan
atau pegunungan dengan luas 1.275 Ha. Sebagian besar lahan di Desa Kemiri digunakan sebagai
lahan perkebunan. Perkebunan tersebut terdiri atas perkebunan daerah (700.000 Ha) dan
perkebunan swasta (350.000 Ha). Lahan yang digunakan untuk sawah pertanian seluas 290.584
Ha. Sedangkan lahan untuk pemukiman dan pekarangan memiliki luas 142.500 Ha. Sisanya
untuk Tegalan dengan luas 94.000 Ha dan kuburan dengan luas 1.500 Ha) (Profil Desa Kemiri,
2009).

3.1.3 Struktur Kependudukan

1. Jumlah penduduk menurut kepala keluarga

JUMLAH
No DUSUN JML K.K.
PENDUDUK
1 Delima 2,006 Jiwa 530 KK
2 Kantong 1,204 Jiwa 305 KK
3 Krajan 1,242 Jiwa 277 KK
4 Sodong 1,441 Jiwa 596 KK
5 Danci 1,539 Jiwa 376 KK
6 Tenggiling 1,375 Jiwa 356 KK
Jumlah 8,807 Jiwa 2,440 KK

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur

NO KELOMPOK UMUR (TH) LAKI-LAKI PEREMPUAN


1 0 s/d 4 Th 373 Jiwa 402 Jiwa
2 5 s/d 9 Th 538 Jiwa 581 Jiwa
3 10 s/d 15 Th 558 Jiwa 603 Jiwa
4 16 s/d 20 Th 579 Jiwa 626 Jiwa
5 21 s/d 25 Th 704 Jiwa 760 Jiwa
6 26 s/d 55 Th 952 Jiwa 1,027 Jiwa
7 56 s/d Lebih 435 Jiwa 469 Jiwa
Jumlah 4,139 Jiwa 4,468 Jiwa

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH


1 Petani 108 Orang
2 Buruh Tani 543 Orang
3 Peternak Sapi/Kambing 257 Orang
4 Buruh Perkebunan 881 Orang
5 Pegawai Negeri/TNI/POLRI 21 Orang
6 Potong Rambut, Salon 23 Orang
7 Service Radio,Tape,Televisi 6 Orang
8 Penjahit 24 Orang
9 Pengemudi Taksi/Jasa Angkutan 86 Orang
10 Tukang Ojek 12 Orang
11 Tukang Batu 56 Orang
12 Tukang Kayu/Mebeler 27 Orang
13 Toko/Peracangan 65 Orang
14 Warung Nasi/Rujak/Bakso dll 17 Orang
15 Pembuat Makanan/Kue-kue 6 Orang
16 Lainnya Orang
Jumlah 2,132 Orang

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

4. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH


1 SD / MI 2,741 Orang
2 SMP / MTs 2,005 Orang
3 SLTA / MA 744 Orang
4 DIPLOMA 55 Orang
5 SARJANA S,1 39 Orang
6 SARJANA S,II Orang
7 Pondok Pesantren 681 Orang
8 Buta Huruf 1,567 Orang
JUMLAH 7,832 Orang

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3.1.4 Sarana dan Prasarana

1. Sarana dan prasarana transportasi

NO JENIS PRASARANA VOLUME KONDISI


1 Jalan Negara
2 Jalan Propinsi
3 Jalan Kabupaten 3 Km Baik
4 Jalan Desa
a. Aspal 4.5 Km Sedang
b. Berbatu 4 Km
c. Tanah 6 Km
5 Jumlah Kendaraan Taksi Roda 4 80 Unit
6 Jumlah Kendaraan Pribadi Roda 4 14 Unit
7 Jumlah Kendaraan Roda 3
8 Jumlah Kendaraan Sepeda Motor 283 Unit
9 Jumlah Kendaraan Roda 6 atau lebih 6 Unit

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

1. Sarana dan prasarana telekomunikasi dan informasi

NO JENIS PRASARANA DAN SARANA JUMLAH


1 Prasarana Kantor Pos
2 Prasarana Pemancar Radio
3 Prasarana Pos Surat 1 Unit
4 Prasarana Stasiun Rely Televisi
5 Prasarana Orari 6 Unit
6 Sarana Terpon Pribadi 25 Unit
7 Sarana Telpon Umum
8 Sarana Wartel 2 Unit
9 Sarana TV Umum 1 Unit
10 Sarana TV Pribadi 1,321 Unit
11 Sarana Radio 1,222 Unit
12 Sarana Pelanggan majalah/Koran 17 Org

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

1. Prasarana pendidikan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH


1 TK 4 Unit
2 SD / MI 6 Unit
3 SLTP / MTs 2 Unit
4 SLTA / MA 2 Unit
5 UNIVERSITAS/PERGURUAN TINGGI
6 PONDOK PESANTREN 3 Unit
Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

1. Prasarana Kesehatan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH


1 Puskesmas
2 Puskesmas pembantu
3 Polindes 1 unit
4 Posyandu 12 unit

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3.2 Identifikasi Risiko Bencana


1. Identifikasi risiko

Langkah awal dalam perspektif manajemen risiko adalah melakukan identifikasi risiko.
Keberhasilan suatu proses manajemen risiko bencana sangat ditentukan oleh kemampuan dalam
menentukan atau mengidentifikasi semua risiko dan penyebab bencana. Salah satu aspek penting
dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko sebanyak mungkin. Dalam manajemen risiko
bencana, identifikasi risiko dapat dimulai dari mendaftar jenis risiko, factor bahaya, factor
kerentanan dan kapasitas.

Berikut risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Risiko Faktor Bahaya Faktor Kerentanan Faktor Kapasitas


1. Kondisi topografi 80 % Sosial:
berupa pegunungan /
perbukitan 1. Jumlah balita
sebesar 775 orang
2. Terdapat dua sungai 1. Kurangnya minat
besar yang mengapit Desa 2. Jumlah buta huruf masyarakat terhadap
Kemiri yaitu sungai Dinoyo 1.567 orang pelatihan tanggap
dan Kali Putih bencana
3. Jumlah penduduk
Banjir
3. Derasnya aliran sungai yang padat mencapai 2. Pelatihan
Kali Putih 8.807 orang tanggap darurat hanya
dilakukan selama 1
4. Debit air sungai Fisik tahun pasca banjir
mencapai 2 meter saat bandang.
musim hujan 4. Keadaan jalan
desa berada pada
5. Pola pemukiman kondisi sedang.
penduduk berada di lereng
gunung dan berkelok di Ekonomi
sepanjang tebing sungai.
5. Luas perkebunan
6. Pada dataran tinggi mencapi 75 % dari luas
digunakan untuk area lahan.
perkebunan
6. Mayoritas
7. Kondisi tanah mudah penduduk bekerja
terkikis/longsor sebagai buruh
perkebunan dan buruh
tani

1. Penilaian risiko

Dampak
c. Probabilitas
1 2 3 4 5
5
4 BANJIR
3
2
1

Keterangan :

Untuk probabilitas memiliki nilai 4, yakni kemungkinan Besar terjadi (60-80% terjadi
tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang)
Untuk dampak memiliki nilai 3, yakni masuk ketegori sedang (40-60% wilayah rusak).

Berikut tabel kajian risiko bencana

Kerentanan
Jenis
N Tingkat Harta
Wilayah ancama Ancaman Keterpapara lingkunga Kapasitas
o risiko bend
n n jiwa n
a
1. Kurangny
Kemungkina
Luas a minat
n besar
Desa wilayah masyarakat
terjadi dan Jumlah
Kemiri Sedang yang terhadap
memiliki penduduk
Kecamata (zona terancam pelatihan
1 Banjir dampak yang padat
n Panti kuning/nila banjir tanggap
kerusakan mencapai
Kabupate i 2) sekitar bencana
wilayah 8.807 orang
n Jember 1.578.584
sekitar 40-
Ha Pelatihan
60%
tanggap
bencana hanya
dilakukan
selama 1 tahun
pasca banjir
bandang.

3.3. Pengendalian risiko


1. Mengurangi kemungkinan

Sangat sulit untuk mengurangi kemungkinan banjir di desa kemiri, karena banjir sangat
dipengaruhi siklus hujan.

1. Mengurangi dampak

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak adalah sebagai berikut:

Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir
Tidak membuang sampah ke sungai, mengadakan program pengerukan sungai.
Program penghijauan daerah hulu sungai

1. Menurunkan tingkat kerentanan

Upaya untuk menurunkan tingkat kerentanan sulit dilakukan, karena ini menyangkut dengan
karakteristik geografi wilayah, jumlah penduduk dan lain sebagainya.

1. Meningkatkan kapasitas
o Mengadakan simulasi bencana melibatkan masyarakat
o Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat tentang banjir
o Meningkat pengetahuan masyarakat tentang banjir

3.4. Upaya yang harus dilakukan


1. Sebelum banjir
1. Tingkat warga
1. Bersama aparat terkait, dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan
lingkungan sekitar, terutama saluran air dari timbunan sampah
2. Membentuk tim penanggulangan banjir dan menentukan posko
3. Koordinasi untuk pengadaan alat evakuasi
4. Komunikasi

1. Tingkat keluarga
1. Simak informasi atau peringatan dini dari tim warga mengenai curah hujan
2. Amankan dokumen-dokumen penting dan persiapkan obat-obatan dan makanan siap saji.
3. Saat banjir
4. Matikan aliran listrik
5. Mengungsi ke daerah yang aman
6. Setelah banjir
7. Sesegera mungkin membersihkan rumah untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare
8. Waspada akan banjir susulan

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Identifikasi Penilaian
No Faktor Bahaya
Wilayah Jenis risiko Risiko /Kerentanan/ Kemungkinan Dampak Skor Peringkat Krite
Kapasitas

Jumlah
penduduk yang
padat
Desa Kemiri mencapai
Kecamatan 8.807 orang.
Risik
1. Panti Risiko alam Banjir 4 3 12 5-12
sedan
Kabupaten Luas
Jember wilayah yang
terancam
banjir sekitar
1.578.584 Ha

4.2 Saran
1. Secara umum, System manajemen bencana di desa kemiri sudah baik namun ada
beberapa hal yang masih perlu di intensifkan lagi, seperti program pemantauan, inspeksi
dan audit.
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat

Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Risiko. Jakarta: Dian Rakyat

http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf

http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib-26700-11.-babn.pdf

http://unej.ac.id/

Tentang iklan-iklan ini


winda Yulia Saraswati30 Mei 2015

Bagikan ini:

Twitter
Facebook
Google

Sukai ini:

Berikan Balasan

Navigasi pos
Sebelumnya Previous post: Halo dunia!
Cari:

Pos-pos Terakhir
makalah tanggap Darurat Bencana
Halo dunia!

Komentar Terakhir
Arsip
Mei 2015

Kategori
Tak Berkategori

Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

Cari:

Pos-pos Terakhir
makalah tanggap Darurat Bencana
Halo dunia!

Komentar Terakhir
Arsip
Mei 2015

Kategori
Tak Berkategori

Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
Blog di WordPress.com.

Blog di WordPress.com. Tema Canard.


Ikuti

Ikuti winda yulia saraswati

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai