Perancanagn Permukiman 2
Perancanagn Permukiman 2
Perancanagn Permukiman 2
MAKALAH
Oleh:
Kelompok 10
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Manajemen Risiko yang berjudul Analisis Risiko Bencana di Desa
Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang
tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman.
Penulisan Makalah Manajemen Risiko ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Husni Abdul Gani, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember;
2. Isa Marufi, M.Kes selaku dosen mata kuliah Peminatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yakni Manajemen Risiko;
3. Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungannya kepada
kami, baik moril maupun materiil;
4. Teman-teman FKM angkatan 2012 yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas
segala bentuk bantuan dan dukungannya selama ini.
Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan makalah ini,
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca sehingga penulis dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga laporan ini dapat memberikan sumbang pikir yang positif bagi pengembangan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB 1. PENDAHULUAN.. 1
1.3 Tujuan. 3
1.4 Manfaat 3
2.8 Komunikasi 15
BAB 3. PEMBAHASAN.. 17
4.1 Kesimpulan. 27
4.2 Saran. 28
DAFTAR PUSTAKA.. 29
BAB 1. PENDAHULUAN
Desa Kemiri dan Suci merupakan areal terparah yang terlanda banjir. Dari data BPS
Kabupaten Jember bencana banjir bandang yang terjadi 2 Januari 2006 mengakibatkan 76 orang
meninggal dunia, 15 orang hilang, 1.900 orang mengungsi dan 36 rumah hanyut, 2.400 rumah
rusak, 6 jembatan putus serta 140 ha sawah rusak terendam lumpur.
Banjir yang terjadi di awal tahun 2006 tersebut banyak menyebabkan korban jiwa, 57 orang
meninggal, 15 orang hilang, puluhan orang luka-luka, dan sekitar 300 orang masih terisolasi
(Indofirstaid,2006). Pada awal tahun 2009, banjir kembali terjadi di beberapa wilayah di
Kabupaten Jember salah satunya wilayah Panti dan Rambipuji (Surya Online, 2009). Di awal
tahun 2011, sekitar awal bulan maret banjir kembali terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten
Jember. Banjir yang terjadi pada tahun 2011 ini menyebabkan 4 orang luka, ratusan rumah rusak,
dan satu rumah hancur total (Kompas.com, 2011). Hal ini membuktikan kurangnya kewaspadaan
dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir.
Topografi daerah Panti kabupaten Jember bervariasi mulai dari ketinggian 50 hingga 1.340 m
dari permukaan laut dengan keadaan kemiringan adalah semakin ke arah selatan kondisi relief
permukaannya semakin landai. Sebagian besar sebaran pemukiman penduduk berada di dataran
rendah dengan ketinggian 50 m hingga 140 m dari permukaan laut dan sebagian kecil lainnya
berada pada ketinggian di atas 140 m dari permukaan laut dengan kondisi kemiringan lereng
yang relatif curam. Berdasarkan kondisi topografi tersebut kecamatan Panti menjadi sangat
rawan akan bencana (Nurul Priyantari, dkk)
Pemukiman penduduk di Desa Kemiri berada di lereng gunung dan berkelok di sepanjang tebing
sungai. Selain sungai-sungai kecil, dua sungai besar mengapit Desa Kemiri, sungai Dinoyo dan
Kali Putih, membuat masyarakat tidak terlalu banyak pilihan untuk tempat berlindung.
Pemukiman penduduk yang cukup padat meningkatkan tingkat kerentanan masyarakat terhadap
bencana, khususnya bencana longsor dan banjir bandang terutama saat musim penghujan tiba.
Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya manajemen
risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan komprehensif untuk
menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban
dan kerugian yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011). Dalam upaya penanganan risiko bencana
harus disesuaikan dengan kondisi desa setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan
pertimbangan-pertimbangan dasar yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut manajemen
risiko yang terdiri dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi
dan pengendalian risiko, monitoring dan reporting risiko.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.4 Manfaat
4.1 Manfaat Teorttis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Kesehatan
Masyarakat khususnya bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terkait studi manajemen
risiko bencana.
1. Bagi Instansi/Desa
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki sistem manajemen bencana agar
mengurangi risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan agar masyarakat dapat lebih tanggap
terhadap terjadinya bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Diharapkan dapat menambah data dan referensi tentang manajemen risiko bencana utamanya di
bidang Keselamatandan Kesehatan Kerja
4. Bagi Penulis
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi
kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi
(Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang
paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi
(IDEP, 2007).
Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil dari hadirnya risiko secara
terus menerus. Risiko bencana terdiri dari berbagai jenis potensi kerugian yang sering sulit untuk
diukur.Namun demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola populasi, dan
pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan, setidaknya dalam arti
luas.
1. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua
kejadian yang menimbulkan kerugian.
2. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
3. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu
proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan.
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana atau
kejadian.
3. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau organisasai tentang bencana
sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana
4. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan
penderitaan yang dialami dapat dikurangi.
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi
kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.
1. Kesiapsiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah
tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam
menghadapi datangnya suatu bencana.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi
terkena bencana akan kemungkinan datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing.
Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah atau diterima
dari pihak berwenang mengenai kemungkinan datangnya suatu bencana.
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu
bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya
dan pendekatan antara lain:
1. Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya
membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman, misalnya
tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
2. Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai
bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya.
3. Pendekatan admisnistratif
1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko bencana
2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industry berisiko
tinggi.
3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat di setiap organisasi
baik pemerintahan maupun industry berisiko tinggi.
4. Pendekatan kultural
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya
terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi
secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat
mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat
diminimalkan.
1. Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan
oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalm kondisi tanggap darurat antara lain:
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, sehingga
dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena dan
perkiraan tingkat kerusakannya.
Penentuan status keadaan darurat bencana.
Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula
ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas,
mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkenA bencana.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Hal yang
dapat dilakukan antara lain:
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi bencana yang
terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan
pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu Tim
tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya
adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat
pada wilayah pascabencana.
1. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hukum,
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pasca bencana
Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan
kegiatan masyarakat.
Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari
suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.
2. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala BNPB dengan
melibatkan instansi/lembaga terkait.
3. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan analisis
mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan tindakan pencegahan
dan mitigasi bencana.
4. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan
bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
5. Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan persyaratan analisis
risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau kegiatan
yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana.
6. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh pejabat
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan yang
mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana (ARISCANA).
ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai potensi
bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat
risiko atau keparahannya.
Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat keparahan bencana
yang mungkin terjadi.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut
terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk,
maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi tingkat
kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan
perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah
yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman di
daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di
perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu memang
terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Dampak
Probabilitas
1 2 3 4 5
5
Tanah
4 Banjir
longsor
3 Kekeringan
Puting
2
beliung
Gempa bumi
1
dan tsunami
Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang perlu
ditangani.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah sebagai
berikut:
1. Identifikasi bencana
2. Penilaian dan evaluasi risiko bencana
3. Menentukan pengendalian bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu daerah atau
perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan
industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana.
Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi
kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.
2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan skala dampak yang
mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi
sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui penilaian Risiko
Bencana. Banyak Metoda yang dapat dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya
dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan
teknik yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan risiko.
1. Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan peringkat risiko yang
mungkin timbul denganmempertimbangkan kerentanan dan kemampuan menahan atau
menanggung risiko. Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan, misalnya
oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai. Pengendalian risiko bencana menurut
konsep manajemen risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Semua bencana
pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka langkah yang harus
dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil
identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat disusun
analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program
kerja penerapannya.
1. Sumberdaya manusia
Penanganan bencana memerlukan sumberdaya manusia yang memadai baik dari segi jumlah
mapun kompetensi dan kemampuannya. Oelh karena itu sebelum menyusun sistem manajemen
bencana yang baik, terlebih dahulu harus diidentifikasi kebutuhan sumberdaya manusia yang
diperlukan, misalnya untuk Tim penanggulangan bencana, Tim medis, logistic, Tim teknis, dan
lain-lain.
Bencana tidak dapat ditanggulangi secara efektif dan cepat tanpa didukung oleh prasarana dan
logistic yang memadai. Prasarana dan material merupakan unsur penting dalam mendukung
keberhasilan penanggulangan bencana. Banyak kejadian, dimana korban tidak berhasil ditolong
karena tidak tersedianya prasarana atau peralatan yang memadai sehingga jumlah korban
meningkat.
Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan dalam suatu
bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat dihindarkan. Jenis sarana yang
diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi
sesuai hasil identifikasi.
1. Sumberdaya finansial.
Kegiatan manajemen tanggap darurat jelas membutuhkan biaya, baik sebelum maupun saat dan
setelah bencana. Oleh karena itu komitmen manajemen atau pimpinan tertinggi sangat
diperlukan.
2.8 Komunikasi
Selama keadaan darurat berlangsung, diperlukan komunikasi yang baik guna menjamin
kelancaran upaya penanggulangan. Komunikasi diperlukan dalam sistem manajemen bencana
mulai tahap perencanaaan, mitigasi, tanggap darurat, sampai ke rehabilitasi.
Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa kesiapan
penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus diperiksa dan diuji
kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.
Audit adalah salah satu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen bencana dalam suatu
organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi persyaratan atau tolak ukur yang
ditetapkan.
BAB 3. PEMBAHASAN
Desa Kemiri terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Desa ini memiliki luas wilayah
1.578.584 Ha. Desa Kemiri membawahi lima dusun yaitu, Dusun Delima, Dusun Kantong,
Dusun Krajan, Dusun Krajan, Dusun Sodong, Dusun Danci, dan Dusun Tenggiling. Sebelah
utara desa berbatasan dengan Pegungan Argopuro, sebelah timur desa berbatasan dengan Desa
Sukorambi, sebelah selatan desa berbatasan berbatasan dengan Desa Serut dan Desa Suci, dan
sebelah barat desa berbatasan dengan Desa Suci (Profil Desa Kemiri, 2009).
Topografi Desa Kemiri berupa 20% dataran rendah dengan luas 303 Ha dan 80 % perbukitan
atau pegunungan dengan luas 1.275 Ha. Sebagian besar lahan di Desa Kemiri digunakan sebagai
lahan perkebunan. Perkebunan tersebut terdiri atas perkebunan daerah (700.000 Ha) dan
perkebunan swasta (350.000 Ha). Lahan yang digunakan untuk sawah pertanian seluas 290.584
Ha. Sedangkan lahan untuk pemukiman dan pekarangan memiliki luas 142.500 Ha. Sisanya
untuk Tegalan dengan luas 94.000 Ha dan kuburan dengan luas 1.500 Ha) (Profil Desa Kemiri,
2009).
JUMLAH
No DUSUN JML K.K.
PENDUDUK
1 Delima 2,006 Jiwa 530 KK
2 Kantong 1,204 Jiwa 305 KK
3 Krajan 1,242 Jiwa 277 KK
4 Sodong 1,441 Jiwa 596 KK
5 Danci 1,539 Jiwa 376 KK
6 Tenggiling 1,375 Jiwa 356 KK
Jumlah 8,807 Jiwa 2,440 KK
1. Prasarana pendidikan
1. Prasarana Kesehatan
Langkah awal dalam perspektif manajemen risiko adalah melakukan identifikasi risiko.
Keberhasilan suatu proses manajemen risiko bencana sangat ditentukan oleh kemampuan dalam
menentukan atau mengidentifikasi semua risiko dan penyebab bencana. Salah satu aspek penting
dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko sebanyak mungkin. Dalam manajemen risiko
bencana, identifikasi risiko dapat dimulai dari mendaftar jenis risiko, factor bahaya, factor
kerentanan dan kapasitas.
1. Penilaian risiko
Dampak
c. Probabilitas
1 2 3 4 5
5
4 BANJIR
3
2
1
Keterangan :
Untuk probabilitas memiliki nilai 4, yakni kemungkinan Besar terjadi (60-80% terjadi
tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang)
Untuk dampak memiliki nilai 3, yakni masuk ketegori sedang (40-60% wilayah rusak).
Kerentanan
Jenis
N Tingkat Harta
Wilayah ancama Ancaman Keterpapara lingkunga Kapasitas
o risiko bend
n n jiwa n
a
1. Kurangny
Kemungkina
Luas a minat
n besar
Desa wilayah masyarakat
terjadi dan Jumlah
Kemiri Sedang yang terhadap
memiliki penduduk
Kecamata (zona terancam pelatihan
1 Banjir dampak yang padat
n Panti kuning/nila banjir tanggap
kerusakan mencapai
Kabupate i 2) sekitar bencana
wilayah 8.807 orang
n Jember 1.578.584
sekitar 40-
Ha Pelatihan
60%
tanggap
bencana hanya
dilakukan
selama 1 tahun
pasca banjir
bandang.
Sangat sulit untuk mengurangi kemungkinan banjir di desa kemiri, karena banjir sangat
dipengaruhi siklus hujan.
1. Mengurangi dampak
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak adalah sebagai berikut:
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan
Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir
Tidak membuang sampah ke sungai, mengadakan program pengerukan sungai.
Program penghijauan daerah hulu sungai
Upaya untuk menurunkan tingkat kerentanan sulit dilakukan, karena ini menyangkut dengan
karakteristik geografi wilayah, jumlah penduduk dan lain sebagainya.
1. Meningkatkan kapasitas
o Mengadakan simulasi bencana melibatkan masyarakat
o Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat tentang banjir
o Meningkat pengetahuan masyarakat tentang banjir
1. Tingkat keluarga
1. Simak informasi atau peringatan dini dari tim warga mengenai curah hujan
2. Amankan dokumen-dokumen penting dan persiapkan obat-obatan dan makanan siap saji.
3. Saat banjir
4. Matikan aliran listrik
5. Mengungsi ke daerah yang aman
6. Setelah banjir
7. Sesegera mungkin membersihkan rumah untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare
8. Waspada akan banjir susulan
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Identifikasi Penilaian
No Faktor Bahaya
Wilayah Jenis risiko Risiko /Kerentanan/ Kemungkinan Dampak Skor Peringkat Krite
Kapasitas
Jumlah
penduduk yang
padat
Desa Kemiri mencapai
Kecamatan 8.807 orang.
Risik
1. Panti Risiko alam Banjir 4 3 12 5-12
sedan
Kabupaten Luas
Jember wilayah yang
terancam
banjir sekitar
1.578.584 Ha
4.2 Saran
1. Secara umum, System manajemen bencana di desa kemiri sudah baik namun ada
beberapa hal yang masih perlu di intensifkan lagi, seperti program pemantauan, inspeksi
dan audit.
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat
http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf
http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/534/gdlhub-gdl-s2-2013-handayanib-26700-11.-babn.pdf
http://unej.ac.id/
Bagikan ini:
Twitter
Facebook
Google
Sukai ini:
Berikan Balasan
Navigasi pos
Sebelumnya Previous post: Halo dunia!
Cari:
Pos-pos Terakhir
makalah tanggap Darurat Bencana
Halo dunia!
Komentar Terakhir
Arsip
Mei 2015
Kategori
Tak Berkategori
Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Cari:
Pos-pos Terakhir
makalah tanggap Darurat Bencana
Halo dunia!
Komentar Terakhir
Arsip
Mei 2015
Kategori
Tak Berkategori
Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
Blog di WordPress.com.