Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

TEMA: PERANAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH


TANGGA SEBAGAI PENUNJANG KINERJA AHLI GIZI
MASYARAKAT
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ETIKA PROFESI GIZI

DISUSUN OLEH:
Uswatun Hasanah (2330014036)
Rr. Dea Nanda (2330014037)
Nurus Shobach (2330014038)
Fauzia Andani (2330014039)
Asyni Insani (2330140)
Arinda Ana (2330014045)
Faricha Miftachurrochmah (2330014046)

DOSEN PENGAMPU :
Lilik

PRODI S1 GIZI SEMESTER 6


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................. i


A. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
B. PERMASALAHAN ............................................................................................... 3
C. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 7
D. KESIMPULAN ..................................................................................................... ii

ii
A. PENDAHULUAN
Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya
transisi epidemiologis. Berbagai permasalahan gizi kurang, menunjukkan angka
penurunan seperti prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) sementara itu di lain
pihak masalah gizi lebih dan penyakit degenaratif justru menunjukkan
peningkatan bahkan dari laporan terakhir masalah gizi kurang saat ini cenderung
tetap.
Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan
tenaga kesehatan dan ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan
menjunjung etik profesional yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam upaya berbagai pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan di berbagai
bidang termasuk bidang gizi.
Tenaga gizi yang ada di Indonesia saat ini lebih banyak yang berlatar
belakang pendidikan Diploma III, sedangkan pendidikan sarjana gizi baru saja
dimulai. Adanya 2 (dua) jenis tenaga gizi ini tentunya mempunyai wewenang dan
kompetensi yang berbeda. Selain tenaga gizi tersebut, adapula tenaga kesehatan
lain yang melakukan kegiatan gizi yang sama. Oleh karena itu, Standar Profesi
Gizi dapat digunakan sebagai pedoman bagi tenaga gizi dengan tujuan untuk
mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi.
Untuk itu Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) harus menyikapi dan
mengantisipasi hal tersebut dengan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada
melalui penetapan Standar Profesi Gizi.
PERSAGI adalah organisasi profesi ahli gizi yang menghimpun para ahli
gizi Indonesia, bersifat independen, nirlaba, serta dijiwai oleh kode etik ahli gizi
dan standar profesi ahli gizi.
ART PERSAGI juga mengatur tentang perhimpunan, salah satu contoh
perhimpunan yang sudah ada saat ini ialah Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI). Perhimpunan tersebut dibentuk dan dilantik oleh PERSAGI, sehingga
kedepan aktivitas AsDI mulai dari tingkat pusat hingga daerah harus
berkoordinasi dengan PERSAGI. Organisasi Persatuan Ahli Gizi Indonesia
dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga sebagai berikut : bab I nama dan

i
lambang organisasi, bab II waktu pendirian dan kedudukan, bab III azas, bab
IV tujuan, upaya, dan sifat ,bab V status dan peran, bab VI keanggotaan, bab
VII struktur organisasi, bab VIII perbendaharaan, bab IX perubahan anggaran
dasar dan pembubaran, bab X aturan tambahan dan pengesahan.

B. CONTOH PERMASALAHAN
Seorang ahli gizi yang bekerja di Rumah Sakit Swasta bertugas diruang
perawatan intensif(ICU) merawat seorang pasien kritis yang mendapat
makanan lewat sonde(NGT) sebanyak 6 kali pemberian dalam sehari. Setelah 3
hari dirawat pasien meninggal dunia, kebetulan pada saat pasien meninggal
ahli gizi sedang tidak bertugas. Dokter menyatakan pasien meninggal karena
overfeeding. Maka dilakukan penelitian secara mendalam dan ternyata
penyebabnya adalah karena makanan sonde diberikan lebih dari 7 kali,
sehingga terjadi keadaan yang fatal tersebut. Akibat dari kejadian ini maka ahli
gizi RS Swasta tersebut harus berulang kali diperiksa dan ini sangat
mengganggu pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Hasil penyelidikan
menyimpulkan kesalahan ahli gizi RS karena tidak melakukan monitoring dan
koordinasi dengan cermat.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Ahli gizi pada kasus tersebut tidak sesuai dengan pasal 3 ayat 1 yang terdapat
di dalam AD/ART PERSAGI mengenai Kewajiban Anggota yang berbunyi :
Anggota PERSAGI mempunyai kewajiban : Mematuhi AD/ART dan kode
etik ahli gizi serta keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh PERSAGI.
Sebagai ahli gizi yang terdaftar sebagai anggota PERSAGI, maka ahli gizi
seharusnya melaksanakan kewajiban tersebut.
Namun pada kenyataannya, ahli gizi pada kasus tersebut melanggar peran
dari PERSAGI yang disebutkan pada AD PERSAGI Pasal 10 Ayat 2 yaitu
Peningkatan keadaan gizi perorangan dan masyarakat serta melanggar Kode
Etik Ahli Gizi yang secara otomatis juga melanggar ART PERSAGI Pasal 3
Ayat 1 yang telah disebutkan diatas. Seharusnya, ahli gizi pada kasus tersebut

ii
dapat meningkatkan keadaan gizi kliennya di Rumah Sakit, bukan
menghilangkan nyawa kliennya tersebut.
Apabila ahli gizi pada kasus tersebut mematuhi, melaksanakan, serta
berpedoman teguh pada Kode Etik Ahli Gizi seperti contoh pada Bab II
mengenai Kewajibab Terhadap Klien ayat 1 yaitu Ahli Gizi berkewajiban
sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi
klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum
serta ayat 4 yaitu Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan
gizi prima, cepat dan akurat dan ayat 6 yang berbunyi Ahli Gizi dalam
melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam memberikan
pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi
lain yang mempunyai keahlian, maka kecil kemungkinan untuk terjadinya
keteledoran sehingga dapat merugikan bahkan menghilangkan nyawa dari
kliennya tersebut.
Selain itu, ahli gizi tersebut dapat diberhentikan dari keanggotaan
PERSAGI seperti yang disebutkan pada ART PERSAGI Pasal 5 mengenai
Pemberhentian Anggota yang berbunyi sebagai berikut :
1. Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan
dengan pemberitahuan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Cabang.
2. Seseorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh Dewan
Pimpinan Cabang apabila melanggar ketentuan organisasi.
3. Paling lama 6 bulan sesudah pemberhentian sementara Dewan Pimpinan
Cabang dapat merehabilitasi atau mengusulkan pemberhentian kepada
Dewan Pimpinan Pusat untuk dikukuhkan melalui DPD.
4. Dalam hal-hal luar biasa, Dewan Pimpinan Pusat dapat melakukan
pemberhentian langsung, dan memberitahukannya kepada Dewan
Pimpinan Daerah.

iii
D. KESIMPULAN
1. PERSAGI adalah organisasi profesi ahli gizi yang menghimpun para ahli
gizi Indonesia, bersifat independen, nirlaba, serta dijiwai oleh kode etik ahli
gizi dan standar profesi ahli gizi.
2. Pada contoh studi kasus, ahli gizi tersebut tidak sesuai dengan pasal 3 ayat
1 yang terdapat di dalam AD/ART PERSAGI mengenai Kewajiban
Anggota.Ahli gizi itupun melanggar peran dari PERSAGI yang disebutkan
pada AD PERSAGI Pasal 10 Ayat 2.

iv

Anda mungkin juga menyukai