DASAR TEORI
Keterangan :
FK > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap.
FK = 1,0 : lereng dalam keadaan.
FK < 1,0 : lereng tidak mantap atau stabil.
Berdasarkan penelitian dan studi yang telah dilakukan secara menyeluruh
mengenai keruntuhan lereng, maka dalam tulisan (Zakaria) terdapat tiga
kelompok rentang factor keamanan (safety factor) ditinjau dari intensitas
kelongsorannya (Bowles, 1989), seperti ditunjukan pada (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor
Nilai Faktor Keamanan Kejadian atau Intensitas Longsor
Jika tidak terdapat gaya kohesi (c = 0) yang bekerja pada dasar blok, maka
kondisi kesetimbangan dapat disederhanakan menjadi :
= .(2.7)
Gambar 2.3 Posisi rekahan tarik (tension crack) pada lereng batuan
(Hoek dan Bray, 1981)
Persamaan yang digunakan untuk menetukan factor keamanan sebagai
berikut :
. + (. .).
F= ...(2.1)
. + .
dengan :
A = (H + b .tans z )cosecp ........(2.2)
H = tinggi lereng
Z = kedalaman rekahan tarik
b = jarak antara kepala lereng (crest) dan rekahan tarik
s = kemiringan lereng yang berada di atas kepala lereng
1
U = 2. w. zw (H + b. tans - z) cosecp ..(2.3)
1
V = 2. w. Zw2 ...(2.4)
lereng)..(2.6)
. + [ ( ) ] .
F= ......(2.7)
( + ) +
Keterangan :
F = Safety factor
A = Luas bidang kontak (m)
U = Gaya angkat oleh air dalam rekahan (t/m)
W = Berat blok yang tergelincir (t/m)
H = Tinggi lereng (m)
c = Kohesi (Mpa atau t/m2)
f = Sudut kemiringan lereng ()
p = Sudut kemiringan bidang lemah ()
= Sudut geser dalam ()
Z = Kedalaman rekahan tarik
Zw = Kedalaman rekahan tarik yang terisi oleh air
= Faktor gempa
3
F= (CA X + CB Y) + (A - X) tanA + (B - Y) tanB
r. 2. 2.
(2.13)
Keterangan :
CA, CB = Kohesi bidang lemah A dan B
;A, ;B = Sudut gesek dalam bidang lemah A dan B ()
r = Berat jenis batuan (t/m3)
w = Berat jenis air (t/m3)
H = Tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (Gambar 2.7)
sin 24
X = .(2.14)
(sin 45 cos 2.na
sin 13
Y = ..(2.15)
sin 35 cos 1.nb
(cosa cosb. cos .)
A = ..(2.16)
(sin5 sin2 .)
(cosb cosa. cos .)
B = ..(2.17)
(sin5 sin2 .)
Berdasarkan model pada Gambar 2.10, terdapat tiga grup blok yang
mempunyai tingkat kemantapan yang berbeda, yaitu :
Satu set blok yang stabil (dibagian atas), di mana sudut gesek dalam
material lebih besar dari dip bidang (p >p)
Satu set blok yang terguling (di bagian tengah) dan
Satu set blok di daerah toe, yang terdorong oleh blok toppling
diatasnya. Blok ini mungkin stabil, terguling, atau tergelincir (slide),
tergantung dari kemiringan blok. Dengan geometri yang berbeda
mungkin saja set blok yang mantap dan yang akan tergelincir berubah
menjadi terguling semua.
Gambar 2.11 Kondisi kesetimbangan batas blok ke-n yang akan terguling
dan tergelincir (Goodman dan Bray, 1976)
/( + / )
FS = ......(2.30)
+
Keterangan :
X = [c + (r. h w. hw)tan] (x/cosb) ..(2.31)
Y = tanb. tan ..(2.32)
Z = r. h. x. sinb ...(2.33)
1
Q = 2. w. Z2 (/R) .(2.34)
Catatan : sudut b negative ketika sliding uphill.
Kondisi berikut ini harus terdapat dalam setiap bagian :
. . ( /
1) ' = ..(2.35)
1 + /
Gambar 2.
Keterangan :
X = [c + (r.h w.hw)tan] (1 + tan2 )x ..
Y = tanb.tan
Z = r.h.x.tanb .
Q = .w.Z2 ..
F = Faktor keamanan
r = Berat jenis batuan (t/m3)
w = Berat jenis air (t/m3)
h = Tinggi lereng (m)
hw = Tinggi lereng jenuh (m)
c = Kohesi (Mpa atau t/m2)
b = Sudut kemiringan bidang luncur ()
= Sudut geser dalam ()
Z = Kedalaman rekahan tarik (m)
fo = Faktor koreksi
Gambar