Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga karya ilmiah saya yang berjudul Analisis Praktik Klinik
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Hidrosefalus di
Lantai 3 Utara RSUP Fatmawati dapat selesai. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ners
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Siti Chodidjah, S.Kp., MN; selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah ini;
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP; selaku Koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah
Akhir-Ners;
3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan bantuan dukungan material
dan moral, serta memberikan semangat;
4. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan semangat dan hiburan di
saat kejenuhan melanda;
5. Mas Ryan Yudo Widiyatmoko yang selalu memberikan semangat dan
dukungan dalam penyelesaian karya ilmiah ini;
6. Teman-teman satu bimbingan (Titis Tolada, Dewanti, Aditya Wijayanti, dan
Kak Ade Kurniah) yang saling mendukung dalam pembuatan karya ilmiah
akhir ners ini;
7. Teman-teman Profesi 2013 yang selalu memberikan semangat dan berjuang
bersama-sama dengan saya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa
manfaat bagi perkembangan ilmu.
Penulis
iv
vi
ABSTRACT
vii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................6
1.4.1 Manfaat Keilmuan ....................................................................................6
1.4.2 Manfaat Aplikatif .....................................................................................6
1.4.3 Manfaat Metodologis ................................................................................6
viii
4. PEMBAHASAN.......................................................................................................................31
4.1 Profil Lahan Praktek...............................................................................................................31
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep
Kasus Terkait....................................................................................................................................31
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dangan Konsep dan Penelitian Terkait...................32
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan.................................................................34
ix
xi
Lampiran 1 Pengkajian
Lampiran 2 Rencana Keperawatan
Lampiran 3 Implementasi dan SOAP
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
salah satunya bakteri yang menyebabkan hidrosefalus. Selain itu, pada daerah
perkotaan yang padat penduduk masih banyak penduduk yang tingkat
kesejahteraannya rendah. Tingkat kesejahteraan yang rendah dapat
mempengaruhi nutrisi pada ibu hamil. Nutrisi pada ibu hamil juga
mrmpengaruhi perkembangan janin. Pada ibu dengan nutrisi yang kurang,
maka perkembangan janin pun akan terganggu sehingga dapat menimbulkan
kelainan kongenital seperti hidrosefalus.
Salah satu prosedur invasif yang dilakukan bagi anak adalah terapi melalui
intra vena. Beberapa obat hanya efektif bila diberikan melalui jalur tersebut.
Metode terapi intravena ini adalah memberikan obat-obatan pada anak yang
mengalami ketidakmampuan absorpsi sebagai akibat dari kondisi diare,
dehidrasi, atau pembuluh darah yang sudah kolaps, mereka membutuhkan
konsentrasi serum tinggi dari suatu obat, mereka yang resisten terhadap
kondisi infeksi apabila menerima pengobatan parenteral dalam jangka waktu
lama, dan mereka yang mengalami nyeri terus menerus serta mereka yang
menerima pengobatan di gawat darurat (Movahaedi, 2006).
Prosedur terapi melalui jalur intravena ini menimbulkan kondisi nyeri akut
bagi anak terutama neonatus. Bayi baru lahir (neonatus) perlu melakukan
adaptasi karena perubahan yang dialami dari dalam rahim ke luar rahim.
Bobak et al., (2005) menyatakan bahwa kebanyakan bayi dapat menjalani
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
invasif yang diterima oleh bayi (American Academy of Pediatric, 2006). Jika
memungkinkan, keduanya harus digunakan dalam penatalaksanaan nyeri
(Hockenberry & Wilson, 2009). Namun penatalaksanaan secara
nonfarmakologi sangat penting karena intervensi ini didasarkan pada
pengkajian klinis perawat terhadap nyeri dan dapat dilakukan staf perawat
tanpa instruksi dari dokter (Kashaninia et al., 2008). Selain itu
penatalaksanaan nonfarmakologi bersifat aman, noninvasif, tidak mahal, dan
merupakan fungsi keperawatan yang mandiri (Hockenberry & Wilson, 2009).
Universitas Indonesia
Mekanisme yang mendasari kerja NNS adalah teori gate control dan efeknya
akan berakhir ketika mekanisme menghisap berhenti (Gibbins & Stevens,
2001).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Hidrosefalus
2.1.1 Definisi Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu
bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya
kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al,
2007:328).
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan
anak (Allan H. Ropper, 2005:360) :
1) Kelainan bawaan (kongenital)
a. Stenosis akuaduktus sylvii
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Universitas Indonesia
2) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna
basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis.
3) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu
glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
Universitas Indonesia
Hidrosefalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan,
sehingga:
Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya
tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma,
TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi adalah kepala menjadi makin
besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun; keterlambatan penutupan
fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak. Tanda tanda peningkatan tekanan
intracranial antara lain muntah, gelisah, menangis dengan suara tinggi,
peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi stupor,
peningkatan tonus otot ekstrimitas, dahi menonjol bersinar atau
mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas, alis mata dan
bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas iris, bayi
tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes, strabismus, nystagmus, atropi
optic, dan bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
Universitas Indonesia
2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi
selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan
rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat
lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart
(jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada
anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh
karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.
Universitas Indonesia
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung
difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai
risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas
oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi
dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau
perpindahan didalam ventrikel dari bahan bahan khusus (jaringan
/eksudat) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat dari
pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan
dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti
dengan status neurologis buruk.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Manajemen Nonfarmakologi
Nyeri sering dihubungkan dengan ketakutan, kecemasan, dan stres.
Sejumlah teknik nonfarmakologi, seperti distraksi, relaksasi, imajinasi
terpimpin, dan stimulasi kulit, memberikan strategi koping yang
membantu menurunkan persepsi nyeri, membuat nyeri lebih ditoleransi,
menurunkan kecemasan, dan meningkatkan efektivitas analgesik atau
menurunkan dosis yang dibutuhkan. Meskipun masih kurang penelitian
mengenai efektivitas beberapa intervensi ini, namun strategi ini aman,
noninvasif, tidak mahal, dan merupakan tindakan keperawatan mandiri
(Hockenberry & Wilson, 2009).
Universitas Indonesia
Lengan
0- Rileks/tenang Otot tidak kaku, kadang-kadang ada pergerakan lengan
acak
1- Tertekuk/lurus Menegang, lengan lurus, kaku dan atau ekstensi cepat,
tertekuk
Kaki
0- Rileks/tenang Otot tidak kaku, kadang-kadang ada pergerakan kaki acak
1- Tertekuk/lurus Menegang, kaki lurus, kaku dan atau ekstensi cepat,
tertekuk
Keadaan terjaga
0- Tidur, terjaga Tenang, tidur dengan tenang atau terjaga
1- Rewel Terjaga, gelisah, meronta-ronta
Sumber: Merestein & Gardner, 2002
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Diagnosa
2.4 WOC (Web of Causation) WEB OF CAUSATION Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d
Kriteria hasil:
Periksa adanya daerah nyeri tekan, kemerahan, Penurunan penururnan fungsi sensorik motorik
menutup
kulit hangat, dan otot yang tegang perfusi Kesadaran Hipoksia Kehilangan autoregulasi Gangguan rasa Kriteria hasil:
Kepala serebral serebral Penurunan nyaman: nyeri Tidak terjadinya dekubitus
Risiko cedera fungsi neurologis Intervensi :
Berat kepala Mata Tengkorak Kulit kepala Fungsi sensorik motorik Ubah Posisi anak secara teratur dan
Letargi Batang otak Subkortikal buat sedikit perubahan posisi .
setting lebih tipis Refleksi pupil
sun tertekan Pertahankan kesejajaran tubuh secara
Gangguan mobilitas fisik Risiko kerusakan Resiko kekurangan fungsional seperti bokong, kaki, tangan.
integritas kulit cairan & elektrolit Suhu tubuh Gangguan mobilitas fisik Risiko cedera Bantu klien untuk melakukan latihan
rentang gerak
Resiko perubahan Muntah TTV Berikan perawatan kulit dengan
kacau
Diagnosa Diagnosa: nutrisi Gangguan cairan & elektrolit cermat, berikan pelembab, ganti
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan Penurunan perfusi serebral b.d pakaian yang basah dan pertahankan
kontur b.d immobilisasi peningkatan TIK pada linen klien tetap bersih dan bebas dari
Diagnosa: kerutan.
Kriteria hasil: hidrocefalus
Resiko cidera b.d peningkatan TIK Diagnosa:
Anak tidak mengalami integritas kulit Kriteria hasil: Diagnosa:
Intervensi: Anak akan mempertahankan yang disebabkan penekanan Resiko kekurangan cairan dan Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang Diagnosa
mobilisasi anak (miring kanan dan miring fungsi otak dan tidak pada sistem saraf. elektrolit b.d intake yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Resiko kekurangan cairan dan elektrolit
kiri) setiap 2 jam menunjukkan tanda-tanda Kriteria hasil: disertai muntah dengan penurunan nafsu makan akibat berhubungan dengan keluaran cairan yang
observasi terhadap tanda-tanda kerusakan peningkatan TIK Tidak terjadi cedera pada saat TIK Kriteria hasil: mual dan muntah karena TIK berlebihan
integritas kulit dan kontraktur Intervensi: meningkat Anak tidak menunjukkan tanda Kriteria hasil: Kriteria hasil:
jaga kebersihan dan kerapihan tempat tidur Naikkan posisi kepala 30 Intervensi: dehidrasi seperti BB yang stabil, Bayi/anak tidak muntah Anak tidak menunjukkan gejala dehidrasi
berikan latihan secara pasif dan perlahan- Ukur lingkar kepala 1-2 x/hr monitor TTV dan neurologis turgor kulit baik, cairan elektrolit Intervensi: Intervensi:
lahan Kaji fungsi neurologis setiap 2-4 kaji ukuran pupil dan reaksi stabil memberikan makanan dalam jumlah kaji tanda-tanda kekurangan cairan
Ubah posisi anak secara teratur dan buat jam kesadaran serta respon secara Intervensi: kecil tapi sering Universitas Indonesia
monitor intake dan output
Kaji TTV setiap 2-4 jam keseluruhan monitor cairan dan elektrolit berikan terapi cairan secara intravena
sedikit perubahan posisi antara waktu Kaji tanda-tanda kekurangan
Kaji fungsi saraf cranial 2-4 jam laporakan ke dokter tentang berikan makanan yang disukai anak atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus
perubahan posisi tersebut adanya
Untuk bayi, kaji fontanel setiap Analisis praktik ..., Hafidzah Fitriyah, FIK UI, 2013 monitor TTV
BAB 3
ANALISA KASUS
Pada saat pengkajian awal, kesadaran klien compos mentis dan keadaan
umumnya sedang. Di kepalanya tampak balutan luka operasi. Selain itu di
abdomen juga terdapat luka balutan. Tanda-tanda vital klien cukup stabil yaitu
N: 110 x/menit, pernafasan 28 x/ menit, dan suhu 36,8 oC.. Klien terlihat
berbaring di tempat tidur. Klien terlihat sering menangis, terutama pada saat
dilakukan prosedur invasif seperti pemasangan infus dan pengambilan sampel
darah. Hasil dari pemeriksaan cairan otak secara makroskopi didapatkan hasil
Tes Nonne (+) dan Tes Pandy (+), protein total 53 mg/d, glukosa 45 mg/dl, dan
klorida 667 mg/dl. Sedangkan hasil pemeriksaan hematologi semuanya dalam
batas normal.
Sejak lahir, klien pernah mengalami demam dan batuk pilek, tidak ada kejang
dan mimisan. Klien sudah mendapat imunisasi BCG dan polio. Klien diberi
ASI oleh ibu klien. Menurut orangtua klien, klien tidak ada masalah dalam
pemberian ASI, klien minum cukup banyak. Selain ASI, klien juga diberikan
Universitas Indonesia
PASI yaitu bubur susu. Pola tidur klien yaitu 9 jam untuk tidur malam dan 2
jam saat siang. Klien BAB 2 kali sehari, BAK 6 kali sehari. Penilaian risiko
jatuh dengan metode humpty dumpty, skor yang didapat adalah 13 yaitu risiko
jatuh sedang. Penilaian risiko dekubitus dengan metode norton, skornya
adalah 9 yaitu kategori sedang. Klien mendapatkan obat parenteral yaitu
ceftriaxone 2x200 mg dan ketorolac 2x7,5 mg. Klien mendapat cairan IVFD
yaitu KaEn IB 500ml dalam 24 jam. (Pengkajian lengkap terlampir).
Masalah lain yang muncul adalah gangguan rasa nyaman: nyeri. Hal ini
dikarenakan karena respons klien yang menunjukkan ketidaknyamanan seperti
menangis. Terutama pada saat dilakukan prosedur invasif seperti pemasangan
infus dan pengambilan sampel darah. Selain itu pada klien telah dilakukan
operasi pemasangan VP shunt pada 24 Mei 2013, sehingga muncul masalah
risiko infeksi pada luka operasi. Setelah operasi, klien terpasang perban luka
pada dua tempat yaitu di kepala dan abdomen.
Universitas Indonesia
Data Subjektif:
Ibu mengatakan anak rewel dan 'Gangguan rasa nyaman: nyeri menangis.
Data Objektif:
Anak tampak meringis dan sering
menangis.
Pengkajian nyeri neonatus 6 dari 7
Terpasang balutan luka op di kepala
dan abdomen.
Data Subjektif:
- Risiko infeksi
Data Objektif:
Terpasang balutan luka op di kepala
dan abdomen.
Leukosit 10.000/uL
Suhu: 36,8 o C
Universitas Indonesia
Implementasi:
a. Mengkaji tingkat nyeri menurut skala pengkajian neonatus (0-7)
b. Memberikan posisi nyaman pada klien
c. Memberikan terapi non-nutritive sucking
d. Melibatkan orangtua dalam setiap tindakan
e. Melakukan kolaborasi pemberian ketorolac 2x7,5 mg
Implementasi:
a. Memonitor tanda-tanda vital.
b. Mengbservasi tanda infeksi: perubahan suhu, warna kulit, malas minum,
irritability.
c. Mengubah posisi kepala setiap 3 jam untuk mencegah dekubitus
d. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka insisi yang terpasang shunt,
melakukan perawatan luka pada shunt dan upayakan agar shunt tidak
tertekan.
Universitas Indonesia
Implementasi:
a. Mempertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda
vital
b. Memantau status neurologis
c. Memantau frekuensi/irama jantung dan denyut jantung
d. Memantau pernapasan, catat pola, irama pernapasan dan frekuensi
pernapsan.
e. Meninggikan kepala tempat tidur sekitar 30 derajat sesuai indikasi.
Menjaga kepala pasien tetap berada pada posisi netral.
f. Mengukur lingkar kepala setiap 1 minggu sekali, observasi fontanel dari
cembung dan palpasi sutura kranial
Universitas Indonesia
- Masalah teratasi
sebagian Planning:
- Lakukan penilaian skala nyeri neonatus setiap prosedur invasif
- Berikan non-nutritive sucking (NNS) selama prosedur invasif dilakukan
Universitas Indonesia
Subjektif:
- Ibu mengatakan tidak ada demam dan muntah pada
anak Objektif:
o
- Suhu: 36,5 C
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK seperti kejang dan muntah
- Lingkar kepala 49 cm
Analisa:
- Gangguan perfusi serebral tidak
terjadi Planning:
- Pantau tanda-tanda vital
- Pantau adanya kejang
- Pertahankan posisi kepala 30
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Dari kasus An.L didapatkan data bahwa keluarga tergolong dalam kaum urban
yang tinggal Bogor. Daerah ini termasuk daerah yang padat penduduk.
Orangtua An.L masih tinggal bersama orangtuanya. Dengan usianya yang
masih tergolong muda, Ibu A melahirkan An.L pada usia 17 tahun. Suaminya
yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan kurang dari 2 juta sehingga
keluarga termasuk dalam ekonomi menengah ke bawah. Ibu A yang lulusan
SMP mengaku tidak mengetahui tentang penyebab penyakit anaknya. Ibu A
juga tidak mengetahui tentang kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Walaupun
tidak diketahui secara pasti, nutrisi ibu selama kehamilan dan usia ibu yang
masih muda dianggap turut berperan dalam perkembangan janin. Selain itu,
keluarga tinggal di kota yang padat penduduk yang memungkinkan penularan
infeksi meningococal meningitis. Kelainan kongenital yang dialami An.L
mungkin juga disebabkan oleh hal-hal tersebut.
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Pelaksanaan intervensi keperawatan kepada An.L dilakukan secara
komprehensif, baik fisik maupun psikologis klien. Terkait masalah gangguan
rasa nyaman nyeri yang dialami klien, maka salah satu intervensi yang
dilakukan oleh penulis terkait aplikasi tesis yaitu penggunaan Non-nutritive
sucking (NNS) ysng merupakan salah satu penanganan nonfarmakologi. Tesis
yang penulis adaptasi berjudul Efektivitas Pemberian Sukrosa dan Non-
Nutritive Sucking Terhadap Respon Nyeri dan Lama Tangisan Neonatus Pada
Prosedur Invasif di RSAL dr.Ramelan Surabaya milik Kristiawati dari
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Program Studi Magister
Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Anak Juli 2010.
Universitas Indonesia
Pada klien An.L, terapi ini dapat dilakukan karena usia An.L yang tergolong
dalam neonatus sehingga pengkajian nyeri dapat dilihat dari respon nyeri dan
lamanya tangisan neonatus. Rasa nyeri yang dirasakan neonatus saat
dilakukan prosedur invasif disampaikan melalui tangisan. Menurut Santrock
(2001) perkembangan bahasa pada masa bayi masih sangat sederhana,
sehingga bayi masih sulit untuk mengkomunikasikan keinginannya. Oleh
karena itu neonatus menggunakan tangisan sebagai mekanisme yang paling
penting dalam berkomunikasi dengan dunia sekitar mereka. Menangis
sehubungan dengan nyeri lebih sering dan lama. Ekspresi wajah adalah
karakter paling konsisten dan spesifik. Kebanyakan bayi berespon dengan
meningkatkan gerak tubuh, namun bayi mungkin saja mengalami nyeri
meskipun ketika ia berbaring tenang dengan mata terpejam (Hockenberry &
Wilson, 2009).
Evaluasi dari pemberian terapi ini dapat dilihat dari penilaian skala nyeri
neonatus atau neonatal infant pain scale (NIPS) yang dilakukan pada klien
An.L pada saat prosedur pemasangan infus. Dari penilaian skala nyeri
didapatkan bahwa ekspresi wajah An.L tenang, tidak menangis tetapi hanya
merengek sesekali, pola bernapas lebih cepat dari biasanya, dan otot-otot pada
ekstremitas tidak menegang, dan keadaan tenang atau terjaga. Skor yang
didapat adalah 2 dari skala maksimum 7. Hal ini membuktikan bahwa
pemberian NNS pada neonatus terlihat efektif pada saat prosedur invasif yang
menimbulkan nyeri.
Universitas Indonesia
Terapi musik digunakan oleh individu dari bermacam rentang usia dan
beragam kondisi. Terapi ini juga digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran, membangun rasa percaya diri, mengurangi stress, mendukung
latihan fisik dan mamfasilitasi berbagai macam aktivitas yang berkaitan
dengan kesehatan (Ariestia, 2006). Terapi musik bisa dilakukan untuk
mengurangi rasa khawatir klien yang menjalani berbagai operasi atau
serangkaian perawatan penyakit berat di rumah sakit. Terapi musik dapat
dijadikan alternatif dalam meminimalkan nyeri dan kecemasan pada anak
yang mengalami hospitalisasi sebagai bagian dari program bermain pada
anak.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hidrosefalus adalah salah satu kelainan kongenital yang dapat terjadi di
masyarakat perkotaan. Berdasarkan angka kejadian kasus hidrosefalus di
RSUP Fatmawati di ruang rawat bedah anak lantai III utara selama 3 bulan
dari bulan Januari-Maret 2013 yaitu sebanyak 22 kasus, kebanyakan kasus
hidrosefalus dialami oleh neonatus. Anak dengan hidrosefalus memerlukan
perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus
mengalami kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
Berbagai masalah fisik maupun mental dapat dialami oleh anak dengan
hidrosefalus. Masalah fisik yang muncul dapat berupa gangguan rasa nyaman
yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan
membesarnya kepala anak. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hidrosefalus pun beragam, salah satunya dengan pemasangan
VP shunt. Masalah keperawatan yang dapat muncul pada anak post operasi
pemasangan VP shunt adalah risiko infeksi. Risiko infeksi dapat dicegah
dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat seperti perawatan luka
dengan prinsip steril.
Universitas Indonesia
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
memberikan saran terkait hasil pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan hidrosefalus.
5.2.1 Bidang Keilmuan Keperawatan Anak
Saran untuk bidang keilmuan agar dapat memperkaya teori mengenai
asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus sehingga dapat
dijadikan referensi bagi penelitian tentang pemberian asuhan
keperawatan pada klien hidrosefalus selanjutnya.
5.2.3 Penelitian
Saran untuk penelitian berikutnya terkait pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan hidrosefalus adalah diharapkan asuhan
keperawatan yang diberikan dapat lebih mengkaji tentang penyebab
hidrosefalus terutama kondisi kehamilan ibu saat mengandung janin.
Hal ini penting karena hidrosefalus ini merupakan kelainan kongenital
dan berkaitan erat dengan kehamilan ibu.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Universitas Indonesia
Tempat Praktek : Ruang Perawatan Bedah Anak Lt. 3 Utara RSUP Fatmawati
I. IDENTITAS DATA
A. Nama : An.L
B. Tempat/tgl lahir : Bogor, 12 Maret 2013
C. Usia : 2 bln
D. Nama Ayah/Ibu : Ibu S
E. Alamat : Jln. Ciapus PPN Ds. Sukamantri Taman Sari Bogor
F. Agama : Islam
G. Suku Bangsa : Sunda
V. KEBUTUHAN DASAR
Selera :baik
Alat makan yang dipakai : botol susu
Pola makan/jam : minum ASI 3 jam sekali
B. Pola tidur : tidur malam hari 9-10 jam
Kebiasaan sebelum tidur : benda yang dibawa saat tidur yaitu boneka,
diberi dot
Tidur siang : 2 jam
C. Mandi : 2 X sehari, pagi dan sore
D. Aktifitas bermain : terbatas karena kepala membesar
E. Eliminasi : BAB 1X sehari konsistensi lunak
BAK 5-6 kali sehari kuning jernih
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6
Pemeriksaan Penunjang Lain
Jenis
Waktu Hasil Intepretasi
Pemeriksaan
CT scan 02-05- Tampak dilatasi ventrikel
2013
Makroskopi 24-05- Tes Nonne Positive (+), Tes Pandy Positive (+)
cairan otak 2013 Protein total meningkat, Glukosa menurun, Klorida menurun
X. TERAPI
Ketorolac 2x7,5 mg,
Ceftriaxone 2x 200 mg
Universitas Indonesia
Data Objektif:
Terpasang balutan luka op di
kepala dan abdomen.
o
Suhu 36,8 C
Leukosit 10.000/uL
Data Subjektif: Risiko gangguan perfusi serebral
berhubungan dengan peningkatan
Ibu mengatakan kepala anak TIK (tekanan intrakranial).
membesar sejak lahir
Data Objektif:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : An.L Ruang: Lantai 3 utara
Diagnosa medis: Hidrosefalus post op VP shunt
Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam keperawatan
27 Mei Gangguan rasa 1. Mengkaji nyeri anak S:
2013 nyaman: nyeri menggunakan pengkajian - Ibu mengatakan tangisan anak berkurang pada
berhubungan nyeri neonatus (0-7) saat diberikan NNS
dengan luka post 2. Menjelaskan prosedur O:
operasi sebelum memulai setiap - Anak tampak tenang, tidak menangis tetapi
tindakan. hanya merengek sesekali, pola bernapas lebih
3. Memberikan posisi nyaman. cepat dari biasanya, otot-otot pada ekstremitas
4. Memberikan Non-nutritive tidak menegang (skala nyeri 2)
sucking (NNS) pada anak - Skala nyeri dari 6 menjadi 2
terutama pada saat dilakukan A:
prosedur invasif. - Nyeri teratasi sebagian
5. Melibatkan orang tua atau P:
keluarga dalam setiap - Lakukan penilaian skala nyeri neonatus setiap
tindakan prosedur invasif
6. Melakukan kolaborasi - Berikan NNS selama prosedur invasif dilakukan
pemberian analgesik
(ketorolac 2x7,5 mg)
27 Mei Risiko infeksi 1. Melakukan tindakan aseptik S: -
2013 berhubungan sebelum dan sesudah kontak O:
dengan luka post dengan klien - Suhu= 36,5oC
operasi 2. Melakukan ganti balutan luka - Leukosit dalam batas normal
dengan prinsip steril pada hari - ruangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia