Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Istilah Patristik
Zaman ini disebut zaman patristic (dari kata latin pater: bapa, yang di maksud ialah para bapa gereja).
Zaman ini meliputi zaman di antara para rasul abad pertama hingga kira- kira awal abad ke-8. para pemikir Kristen
pada zaman patristic mengambil sikap bermacam-macam. Ada yang menolak sama sekali filsafat yunani, karena
dipandang sebagai hasil pemikiran manusia semata-mata, bahkan berbahaya bagi iman kristen. Akan tetapi ada
juga yang menerima filsafat yunani. Karena perkembangan pemikiran yunani itu dipandang sbagai persiapan bagi
injil. Kedua macam sikap ini sebenarnya masih menggema di zaman pertengahan. Filsafat ptristik muncul dan
berkembang di dua wilayah, yakni: wilayah timur (yunani) dan wilayah barat (latin).
Istilah Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti Bapak dalam lingkungan gereja. Bapak yang
mengacu pada pujangga Kristen, mencari jalan menuju teologi Kristiani, melalui peletakan dasar intelektual untuk
agama kristen. Didunia Barat agama Khatolik mulai tersebar dengan ajarannya tentang Tuhan, manusia dan dunia,
dan etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggukanakan falsafat Yunani dan
memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya mengenai soal-soal yang berhubungan dengan manusia,
kepribadian, kesusilaan, sifat Tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), Origenes (185-254), Agustinus (354-
430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei). Berdasarkan ajaran Neo-Plaonisi da Stoa, ajarannya
meliputi pengetahuan, tata dalam alam. Bukti adanya Tuhan, tentang manusia, jiwa, etika, masyarakat dan sejarah.
Periode ini ditandai dengan oleh Bapak-bapak Gereja (patristik) yang dimulai dengan tampilnya apologet
dan para pengarang Gereja. Para Apologet memiliki tugas utama menjawabi berbagai persoalan dan keberatan
mengenai ajaran-ajaran iman Gereja terhadap berbagai ajaran atau paham-paham filosofis yang mengancam ajaran
keimanan yang benar. Para pengarang Gereja adalah orang-orang yang menulis buku dan karangan-karangan
tentang berbagai ajaran Gereja secara menyeluruh dan mendalam dibandingkan dengan tulisan-tulisan sebelumnya.
Mereka-mereka itu adalah Clemens dari Alexandria (150-219 M) dan Origenes (185-254 M). Kemudian tampil
juga para pujangga Gereja (325-500 M) yang membaktikan jasa mereka bagi Gereja dan ajaran Kristen. Satu
Athanasius, Gregorius dan Naziaza, Basilius, Gregorius dari Nyssa, dan Sirilus dari Alexandria adalah para
pujangga Gereja dari tradisi Yunani dan menggunakan Bahasa Yunani, sedangkan Ambrosius dan Agustinus
termasuk dalam tradisi Latin yang menggunakan bahasa Latin. Ajaran-ajaran mereka, terutama ajaran Agustinus,
berkembang sangat luas dan sangat berpengaruh dalam diri para filosuf abad pertengahan. Masa Agustinus (354-
430 M) sampai ca. 1000 M dikeal dalam sejarah filsafat sebagai periode transisi, da para filsuf yang terkelompok
dalam periode ini adalah Agustinus sendiri, Boethius (480-525 M) dan John Scotus Eriugena (lahir ca. 800 M).
1. Augustinus (354-430)
Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan Abad Agustinus (The
Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh Mayer dalam bukunya disebabkan oleh Augustinus telah
meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran Abad Pertengahan mengadaptasikan Platonisme dengan idea-idea Kristen.
Ia memberikan formulasi yang sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap Khatolik
dan Protestan. Stuart Hampshire dalam introduksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan bahwa filsafat adalah
suatu kegiata pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh pada masa tertentu baru jelas dipahami
setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir
sebelum Augustinus perlu dibicarakan terlebih dulu. Mungkin saja pemikir iru merupakan latar belakang pemikiran
Augustinus.
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354. Tatkala berumur sebelas
tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya.
Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya
Hortensius, telah membimbingnya kefilsafat.
Pada Tahun 388 ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya,
kemudian ia menjual seluruh warisan dan uang hasil penjualannya tersebut dikasihkan kepada fakir-miskin. Pada
tahun 395-396 ia ditahbiskan menjadi seorang Uskup di Hippo. Tahun terakhir hidup-hidupnya adalah tahun-tahun
peperangan bagi imperium Romawi. Pada bulan 28 Agustus 430 ia meninggal dunia dalam kesucian dan
kemiskinan yang memang sudah lama dijalaninya.
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh Protestan, khususnya kepada
Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujianya kepada kehidupa pertapa, pandangannya tentang
dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad
Pertengahan.
Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran sekular.
Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam keabsolutan, dalam dogmatisme, dan
juga dalam fanatisme. Paham toesentris pada Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang
Barat. Anggapannya yang meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman,
imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagaian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah orang Barat lebih
memiliki sifat introspektif.
Karta Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul disebabkan oleh
adanya perampasan Roma oelh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki konsekuensi yang besar. Banyak orang
Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa
lama dan penerimaan mereka terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama
Kristen. Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain menjadi
orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka semabah tidak mempunyai kekuatan atas alam semsta ini.
Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of God. Buku itu berisi tidak hanya penolakan atas
keraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik
perhatian orang-orang pada Abad Keduapuluh sekarang.
Augustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah lebih dari itu; ia merupakan
kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejarah juga mempunyai suatu permulaan dan suatu akhir.
Permualaannya adalah saat kejatuhan manusia, dan akhirnya adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan.
Filsafat sejarah seperti ini adalah Dilsafat Sejarah dibimbing oleh Toelogi. Sejarah tidak dapat dijelaskan dengan
memperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, sejarah dapat dipahami melaluihukum-hukum Tuhan.
Buku The City of God dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama yaitujilid 1-10
membicarakan tanggungjawab Kristen terhadap perpecahan Romawi, sifat-sifat imperialistis, tidak pernahnya
Romawi memperhatikan masyarakat taklukannya. Bagian kedua yaitu jilid 11-12 membicarakan asal-usul manusia,
dunia Tyhan dan dunia Setan. Mengenai siksa neraka Augustinus mengatakan bahwa ia bersifat kekal. Origen
berpendapat bahwa orang, bagaimanapun jeleknya, tidak akan kekal dineraka, Augustinus menolak pendapat ini.
Kalau pendapat Origen benar, mengapa tidak berlaku bagi Setan? Demikian kata Augustinus.
http://arif-fikri.blogspot.com/2011/09/filsafat-patristik.html
a. Patristik (100-700)
Patristik berasal dari kata Latin Patres yang berarti bapa-bapa greja, ialah ahli agama kristen pada abad
permulaan agama kristen.[8]
Didunia barat agama katolik mulai tersebar dengan ajaranya tentang tuhan, manusia dan etikanya. Untuk
mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat yunani dan memperkembangkanya lebih
lanjut, khususnya menganai soal soal tentang kebebasan manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang
terkenal Tertulianus (160-222), origenes (185-254), Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De
Civitate Dei).
Pratistik berasal dari kata latin prates yang berarti Bapa-Bapa Gereja, ialah ahli agama Kristen pada abad
permulaan agama Kristen. Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan dengan usaha keras para
Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan
kaum kafir dan bidah kaum Gnosis. Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang sejati dan wahyu
sekaligus. Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani berkisar antara sikap menerima dan sikap penolakan.
Penganiayaan keji atas umat Kristen dan karangan-karangan yang menyerang ajaran Kristen membuat para bapa
gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia) atas iman Kristen dengan mempelajari serta menggunakan
paham-paham filosofis.
Akibatnya, dalam perjalanan waktu, terjadilah reaksi timbal balik, kristenisasi helenisme dan helenisasi
kristianisme. Maksudnya, untuk menjelaskan dan membela ajaran iman Kristen, para Bapa Gereja memakai filsafat
Yunani sebagai sarana (helenismedi kristenkan). Namun, dengan demikian, unsur-unsur pemikran kebudayaan
helenisme, terutama filsafat Yunani, bisa masuk dan berperan dalam bidang ajaran iman Kristen dan ikut
membentuknya (ajaran Kristen di Yunanikan lewat gaya dan pola argumentasi filsafat yunani). Misalnya,
Yustinus Martir melihat Nabi dan Martir kristus dalam diri sokrates. Sebaliknya, bagi Tertulianus (160-222),
tidak ada hubungan antaraAthena (simbol filsafat) dan Yerussalem (simbol teologi ajaran kristiani). Bagi Origenes
(185-253) wahyu ilahi adalah akhir dari filsafat manusiawi yang bisa salah. Menurutnya orang hanya boleh
mempercayai sesuatu sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari trasdisi gereja dan ajaran para rasul.
Pada abad ke-5, Augustinus (354-430) tampil. Ajarannya yang kuat dipengaruhi neo-platonisme merupakan
sumber inspirasi bagi para pemikir abad pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800 tahun.
Zaman Patristik ini mengalami dua tahap:[9]
1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani maka agama
Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.
2. Filsafat Augustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Augustinus melihat
dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan ditutupnya Akademia Plato pada tahun 529
oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan para Bapa Gereja berhasil disimpan dan diwariskan di
biara-biara yang , pada zaman itu dan berates-ratus tahun sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat intelektual
berkat kemahiran para biarawan dalam membaca, menulis, dan menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani serta
tersedianya fasilitas perpustakaan.
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/sejarah-filsafat-masa-pertengahan.html
A. Pendahuluan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Para sejarawan
umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma
dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data
awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data
akhirnya1[1].
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang
dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh
kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua
persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris2[2].
Adapun istilah Abad Pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-17) sesungguhnya hanya
berfungsi membantu kita untuk memahami zaman ini sebagai zaman peralihan (masa transisi) atau zaman tengah
antara dua zaman penting sesudah dan sebelumnya, yakni Zaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan Zaman
Modern yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17.
Dengan demikian, bentangan waktu seribu tahun sejarah filsafat Barat Kuno (Yunani dan Romawi) yang
sudah kita bahas dilanjutkan dengan masa seribu tahun sejarah filsafat Abad Pertengahan yang akan kita bahas
dalam makalah ini.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan ini
terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan3[3]. Disinalah yang
menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran
sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebanaran dapat di capai oleh
kemampuan akal4[4].
3. Augustinus (354-430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain platonisme dan
skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat abad pertengahan, sengga ia dijuluki
sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah ia mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian tidak menyetujui atau menyukainya, karena di
dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, akan tetapi orang tidak dapat
meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan seseorang yang berpikir
sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut Augustinus, daya pemikiran manusia ada batasanya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai
kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat
berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Dan menurutnya lagi, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh
Thomas Aquinas). Artinya dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda
dengan konsep pencitaan yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala sesuatu. Dunia
diciptakan sesuai dengan ide-ide Allah. Manusia dan dunia berpatisipasi dengan ide-ide ilahi. Pada manusia
partisipasi itu lebih aktif dibanding dunia materi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu
diperhatikan bahwa para pemikir patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus
sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hamper sepuluh abad, karena ajarannya lebih bersifat sebagai
metode daripada suatu siste, sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hungga abad VIII. Di Barat dan Timur muncul
tokoh-tokoh dan pemikir- pemikir baru dengan corak pemikiran yang mulai berbeda dengan masa patristik.
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-pertengahan-patristik-dan.html
Nama Patristik berasal dari kata latin Patres yang menunjukkan kepada bapa bapa gereja, berarti pujangga -
pujangga kristen dalam abad abad pertama tarikh masehi yang meletakkan dasar intelektual untuk agama kristen.
Mereka merintis jalan dalam perkembangan teologi kristiani. Secara kronologis mereka masih termasuk masa
kuno, tapi dari sudut perkembangan sejarah filsafat sebaiknya mereka dipandang sebagai masa peralihan menuju
pemikiran abad pertengahan . Menurut pendapat mereka, sesudah manusia berkenalan dengan wahyu Ilahi yang
tampak dalam diri Yesus Kristus, filsafat sebagai kecerdikan manusiawi belaka merupakan sesuatu yang
berkelebihan saja bahkan suatu bahaya yang mengancam kemurnian iman kristiani, seorang yang dengan jelasnya
menganut pendirian ini adalah Tertulianus ( 160-222 ).
Orang yang digelari sebagai filsuf kristen yang pertama adalah Justinus Martyr ( Abad 2 ). Ia mempelajari berbagai
sistem filsafat dan sesudah masuk agama kristen ia masih tetap memakai nama Filsuf. Ia menulis dua karangan
untuk membela hak agama kristen. Sekarang tahun 165 ia mati syahid di Roma.
Tokoh tokoh terpenting ialah Klemenes Dari Alexandria ( ca. tahun 150-251 ) dan Origenes ( 185-254 ), Seorang
sarjana yang luar biasa besarnya. Pemikiran mazhab Alexandria terlebih Origenes tidak sesuai dengan ajaran gereja
yang resmi. Mungkin karena dipengaruhi oleh plato, Origenes misalnya beranggapan setelah mengalami beberapa
perpindahan jiwa semua makhluk (termasuk juga setan) akan diselamatkan. Tetapi pada umum nya dapat dikatakan
bahwa mereka sangat berjasa dalam membuka jalan untuk teologi kristen.
Sedangkan filsafat abad pertengahan ( 476-1492 M ) dapat dikatakan sebagai abad gelap, pendapat ini didasarkan
pada pendekatan sejarah gereja. Asal istilah abad kegelapan adalah penggunaan untuk menunjukan periode
pemikiran pada tahun 1000 - an, asal pokok menyebutnya dengan istilah abad kegelapan ialah begitu sedikitnya
dokumentasi yang dapat memberitahukan kepada kita tentang suasana abad itu .
Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Juga para ahli fikir pada saat itu tidak
memiliki kebebasan berfikir apabila terdapat pemikiran pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja
oarang yang mengemukakan akan mendapat hukuman berat pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan
penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu kajian terhadap agama ( teologi ) yang tidak
berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan
terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan
mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran ( inkuisisi ).
Sedangkan ciri ciri pemikiran filsafat pada abad pertengahan adalah :
Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
Bersifat didalam lingkungan ajaran Aristoteles
Bersifat dengan pertolongan Agustinus dan lain lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masalah yang penuh dengan upaya mengiringi
manusia kedalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan panatik, dengan menerima ajaran gereja secara
membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengetehuan terhebat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja yang
tujuannya untuk membimbing umat kearah hidup yang saleh. Tetapi disini lain dominasi gereja ini tanpa
memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, fikiran, keinginan dan cita cita untuk
memenuhi keinginan masa depannya sendiri.
Filsafat abad pertengahan lazim disebut dengan filsafat scholastik diambil dari kata schuler berarti ajaran atau
sekolahan. Pada kemudiannya kata scholastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9-15 yang mempunyai corak
khusus yaitu filsafat yng mempengaruhi agama. Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi dua
peroide yaitu: periode scholastik Islam dan periode scholastik kristen.