PENDAHULUAN
2
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimanakah penggunaan metode CPM dan PERT di bidang kesehatan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana mengaplikasikan metode CPM dan PERT di bidang
kesehatan.
1.3 Manfaat
Mengetahui penggunaan metode CPM dan PERTdi bidang kesehatan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.1 Definisi CPM
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path
Method) yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek. CPM merupakan
sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai
prinsip pembentukan jaringan. Di dalam CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti,
demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan proyek.
Menurut Jesse dan Desirae (2009) Critical Path Method adalah salah satu
metode analisis yang berbasis algoritma yang digunakan untuk penjadwalan
serangkaian proses kegiatan. Hal ini penting karena CPM merupakan alat penting
untuk manajemen proyek yang efektif.
Critical Path Method (CPM) merupakan metode untuk mentranlasikan atau
menerjemahkan kebutuhan proyek ke dalam system matematik dengan
memperhatikan tahapan umum yang rutin diaplikasikan antara lain : perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian/monitoring.
Jalur Metode Kritis (CPM) adalah teknik untuk menganalisis proyek dengan
menentukan urutan terpanjang tugas atau urutan tugas sesuai dengan tingkat
kekenduran melalui jaringan proyek (Newbold, 1998).
Jadi CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan
biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang
bersangkutan.
Pada tahap penjadwalan, CPM menyediakan metode yang realistis dalam
menentukan bagaimana mencapai tujuan dari proyek dan untuk mengkomunikasikan
serta mendokumentasikan rencana proyek secara jelas dan ringkas. Tahap monitoring
membantu manajemen untuk fokus terhadap apa yang paling dibutuhkan (Anderson,
1986)
Dalam pekerjaan proyek terdapat hubungan ketergantungan antara aktivitas satu
dan lainnya dengan cara digambarkan dalam diagram network, hal ini disebut jaringan
kerja (network planning). Begitupun dengan PERT yang juga menggunakan jaringan
kerja.
5
2.1.2 Definisi PERT
PERT, Project Evaluation and Review Technique, adalah suatu alat bantu untuk
melakukan perencanaan dan penjadwalan pada banyak tugas yang saling terkait dalam
suatu proyek yang besar dan kompleks. PERT dibuat selama pembuatan kapal selam
Polaris di USA pada tahun 1950, yang merupakan salah satu proyek terkompleks pada
saat itu. Saat ini, teknik PERT digunakan secara rutin pada setiap proyek besar seperti
pembangunan software, konstruksi gedung dan sebagainya (Chinneck, 2016).
Penundaan sebuah proyek dan gangguan produksi akan dapat diantisipasi dan
dikurangi dengan metode PERT. Metode tersebut juga dapat mengkoordinasikan
berbagai bagian pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek
(Dannyanti,2010). Selain itu PERT dapat membantu menentukan jadwal suatu proyek
beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu dan tepat
biaya (Syahrizal, 2016).
Di dalam buku Construction Project Scheduling and Control-2nd ed, Saleh
Mubarak (2010) mengemukakan bahwa PERT is an event-oriented network analysis
technique used to estimate project duration when individual activity duration
estimates are highly uncertain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode yang dapat
membantu dalam melakukan penjadwalan dan penganggaran suatu proyek adalah
PERT, dengan mempertimbangkan banyaknya aktivitas proyek yang saling terkait
namun memiliki ketidakpastian waktu penyelesaian yang cukup tinggi.
Secara terpisah, pada pertengahan tahun 1950-an oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat. Pemerintah AS ditemukan Rusia sedang mengembangkan teknologi rudal
mereka sendiri, dan karena keamanan nasional yang dipertaruhkan Angkatan Laut segera
6
meluncurkan program mereka sendiri untuk menutup kesenjangan rudal. Proyek ini
sangat besar, dan jadi penting untuk Angkatan Laut untuk
melakukan penelitian tentang perencanaan dan pengendalian rumit proyek.
Penelitian ini disebut sebagai Evaluasi Program Penelitian Tugas (kode-nama
PERT). Pada bulan Februari tahun 1958, Dr C.E. Clark, dari tim PERT, memperkenalkan
Diagram panah pertama. PERT, kemudian disebut sebagai Evaluasi Program dan Ulasan
Teknik, diaplikasikan pada Program Rudal Balistik. Armada akhir tahun itu. Dengan
lebih dari 3.000 kontraktor, vendor, dan lainnya tim yang terlibat, itu penting strategis
untuk menyelesaikan proyek dengan cepat dan efisien. PERT membuktikan nilainya, dan
diberikan kredit untuk mengambil dua tahun dari perkiraan waktu yang diperlukan untuk
mengembangkan rudal Polaris, dan masih standar untuk semua proyek Angkatan Laut
saat ini. PERT dikembangkan oleh perusahaan konsultan Booz-Allen and Hamilton
pada tahun 1958-1959 ketika mereka diminta oleh Lockheed Aircraft Corporation untuk
menyusun model perencanaan dan pengendalian proyek Polaris Weapon System, yaitu
proyek khusus dari US Navy. Kehandalan model PERT sebagai alat bantu dalam
perencanaan dan pengendalian operasi diuji pada proyek tersebut, dan ternyata sukses
luar biasa. PERT, dalam proyek Polaris, berhasil mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang
melibatkan 250 kontraktor utama, lebih dari 9000 subkontraktor, sejumlah agen, dan
ribuan individu sehingga proyek tersebut bisa diselesaikan enam belas bulan lebih cepat
dari taksiran semula. Sebagai dampak dari keberhasilan itu, pemerintah Amerika
kemudian menerapkan PERT pada proyek-proyek berikutnya seperti proyek angkatan
udara, yaitu: Minuteman, Skybolt, dan Dyna-Soar serta proyek angkatan laut yang lain
yaitu Nike-Zeus. Sejak saat itu, PERT menyebar dengan pesat pada industri pertahanan
dan ruang angkasa. Kehandalan PERT sebagai alat perencanaan yang efektif tercermin
pula pada keputusan pemerintah Amerika (1962) yang menghendaki penggunaan PERT
pada kontrak-kontrak pembangunan dan proyek-proyek penelitian yang disponsori oleh
pemerintah (Siswanto, 2007).
7
2.3 Tujuan CPM dan PERT
Berdasarkan definisi CPM dan PERT yang telah dipaparkan, tujuan dari kedua
metode tersebut adalah untuk merencanakan dan menjadwalkan suatu proyek serta untuk
mengawasi dan mengevaluasi. Sehingga dapat mengurangi penundaan pekerjaan,
mengurangi gangguan, dan mengurangi konflik produksi pada sebuah proyek (Dwinovi,
2012).
8
Tabel 2.1 Elemen Jaringan CPM dan PERT
Mewakili sebuah kegiatan/aktivitas/tugas yang
dibutuhkan suatu proyek. Setiap kegiatan memiliki
Anak Panah/Busur jangka waktu tertentu dalam pemakaian sumber daya
(tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah
menunjukkan arah setiap kegiatan. Panjang maupun
kemiringan anak panah tidak memiliki arti sehingga
tidak perlu menggunakan skala.
Lingkaran kecil/Node Mewakili sebuah kejadian/peristiwa/event. Kejadian
didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau
beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik
dalam waktu yang menyatakan ES, EF, LS, LF, dan lama
kegiatan (expected time)
Menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Dummy
Anak Panah terputus-putus berguna untuk membatasi mulainya kegiatan, hanya,
kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumber daya,
jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.
Merupakan kegiatan pada jalur kritis, yakni jalur yang
Anak Panah Tebal memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu
terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat
(Taha, 2007)
(Syahrizal, 2016)
9
(Dannyanti, 2010)
Gambar 2.2 Perbedaan AON dan AOA
10
Gambar 2.3 Titik dalam AON
ES (Earliest Start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi
semua pendahulu sudah selesai.
EF (Earliest Finish) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai.
LS (Latest Start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek
LF (Latest Finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.
11
Jelasnya, tujuan dari penggunaan tiga angka estimasi adalah untuk memberikan
rentang waktu yang paling lebar dalam melakukan estimasi rentang waktu kegiatan.
Ketiga estimasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Optimistic Time (a)
Kurun waktu optimistik adalah durasi yang tercepat untuk menyelesaikan suatu
kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Durasi yang digunakan
hanya sekali dalam seratus kali kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
2. Most Likely Time (m)
Kurun waktu paling mungkin atau realistik adalah durasi yang paling sering
terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
3. Pessimistic Time (b)
Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan
kegiatan, bila segala sesuatunya serba tidak baik. Durasi disini dilampaui hanya
sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama
Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang
disebut (te) atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time). Dalam
menentukan nilai (te) dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik
(a) dan pesimistik (b) adalah sama. Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling
mungkin adalah empat kali lebih besar dari kedua peristiwa optimistik dan pesimistik
sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam) sesuai dengan rentang kurva distribusi
peristiwa yang telah di standarkan. Sehingga didapat rumus sebagai berikut:
Lalu varians waktu penyelesaian kegiatan dapat dihitung dengan rumus di bawah
ini:
12
PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan
varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan menjumlahkan varians
kegiatan kritis:
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung,
kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan. Slack adalah waktu yang
dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan
proyek keseluruhan (Heizer dan Render, 2006).
13
Dengan menggunakan konsep te, maka jalur kritis dapat diidentifikasi. Pada
jalur kritis berlaku slack = 0 (Soeharto, 1999).
14
Manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut
(Dannyanti, 2010):
1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek
tertunda penyelesaiannya.
2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada
lintasan kritis dapat dipercepat.
3. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang
tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu
dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang
optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat
waktunya dengan tambahan biaya lembur.
4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui
lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga
kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan
efisien
15
2.9 Perbedaan CPM dan PERT
Meskipun CPM dan PERT memiliki tujuan, elemen atau komponen jaringan,
serta cara analisis data yang sama, namun terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut:
1. PERT merupakan teknik manajemen proyek yang menggunakan tiga perkiraan
waktu untuk tiap kegiatan yaitu waktu tercepat, terlama, serta terlayak. CPM hanya
memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan
layak untuk menyelesaikan suatu proyek.
2. PERT menekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya
proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya.
3. Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil),
sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan. Meskipun demikian, CPM dan
PERT mempunyai tujuan yang sama dimana analisis yang digunakan adalah sangat
mirip yaitu dengan menggunakan diagram anak panah.
4. PERT memusatkan perhatian pada penemuan waktu penyelesaian kegiatan yang
bersifat probabilistik sehingga waktu penyelesaian proyek bisa dianalisis dengan
menggunakan hukum-hukum statistik. CPM lebih memusatkan perhatiannya pada
penemuan waktu percepatan suatu kegiatan dengan biaya minimum agar proyek bisa
selesai dalam waktu tertentu, contohnya mengerahkan sumberdaya tambahan untuk
memperpendek durasi pekerjaan.
5. PERT digunakan pada proyek yang taksiran waktu kegiatannya tidak bisa
dipastikan, misal kegiatan tersebut belum pernah dilakukan atau memiliki variasi
waktu yang besar. CPM digunakan apabila taksiran waktu pengerjaan setiap
kegiatan dapat diketahui dengan baik, dimana penyimpangannya relatif kecil atau
dapat diabaikan.
6. PERT events oriented, menggunakan pendekatan activity on node (AON).
Contoh :
16
7. PERT mencurahkan perhatiannya di area penelitian dan pengembangan program.
CPM terutama digunakan untuk program konstruksi.
8. PERT mengasumsikan sebuah distribusi probabilitas untuk waktu di tiap kegiatan
sehingga kelengkapan perkiraan waktu untuk semua kegiatan diperlukan.
17
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL
18
3.2 Kerangka Operasional CPM dan PERT
19
BAB IV
LANGKAH PENGUKURAN DAN HASIL ANALISIS
20
2. Menentukan expected time
Expected time merupakan waktu yang diharapkan untuk dapat
menyelesaikan aktifitas. Expected time dapat dihitung menggunakan rumus:
+4 +
=
Dimana a adalah optimistic time, m adalah most likely time, dan b adalah
pessimistic time.
21
3. Menghitung varians dari tiap kegiatan
Varians dari tiap kegiatan dapat dihitumh menggunakan rumus:
2
=( 6 )
22
4. Menentukan Critical Path dengan menghitung Earliest Start Time, Earliest
Finish Time, Last Start Time, dan Last Finish Time
Jika hasil dari slack = 0, maka dala proses pelaksanaan kegiatan tersebut
dianggap jalur kritis dimana jika terjadi keterlambatan dalam memulai pekerjaan
akan berdampak pada lama waktu penyelesaian kegiatan.
23
6. Identifikasi Critical Path
Garis anak panah berwarna merah menunjukkan adanya critical path dalam
kegiatan tersebut.
7. Menghitung probabilitas Waktu Penyelesaian
Langkah pertama dalam menghitung probabilitas waktu penyelesaian adalah dengan
menambahkan varians kegiatan yang memiliki critical path serta menghitung
standar deviasinya.
24
Selanjutnya menghitung nilai deviasi normal (Z) dengan rumus:
Z = (Batas waktu-waktu penyelesaian yang diharapkan)/Standar deviasi
Hasilnya dibaca pada table Z untuk melihat besar kemungkinan waktu
penyelesaian proyek.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
CPM (Critical Path Method) dan PERT (Program Evaluation and Review
Technique) merupakan alat analisis proyek yang sudah banyak dikenal di bidang
manajemen. Proyek terdiri atas serangkaian kegiatan dan beberapa diantara kegiatan
tersebut saling terkait. Suatu kegiatan hanya dapat dilakukan setelah kegiatan
sebelumnya selesai dilakukan. Serangkaian kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam
sebuah diagram.
CPM adalah suatu teknik analisis untuk perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek dengan metode jalur kritis dengan taksiran tunggal untuk lama
satu aktivitas. Arah perhitungan CPM ialah perhitungan maju dan perhitungan mundur.
Sedangkan PERT adalah suatu teknik analisis untuk mengasumsikan ketidakpastian
lama waktu aktivitas yang digambarkan dengan probabilitas tertentu dan memerlukan
tiga waktu taksiran untuk satu aktivitas. PERT juga memperkenalkan parameter lain
yang mencoba mengukur ketidakpastian tersebut secara kuantitatif seperti standar
deviasi dan varians (Imam, 1999).
Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation Review Technic (PERT)
merupakan dua metode penjadwalan proyek yang menggunakan pendekatan berbeda
dalam pengerjaanya. Dimana metode CPM menggunakan pendekatan deterministik
sedangkan metode PERT menggunakan pendekatan probabilistik.
5.2 Saran
Penggunaan CPM dan PERT tidak hanya dilakukan pada proyek besar namun dalam
setiap proyek yang memerlukan identifikasi banyak aktivitas yang saling terkait dalam
suatu proyek. Sehingga dapat mengestimasi waktu penyelesaian suatu proyek
berdasarkan sumber daya yang efektif dan efisien. Selebihnya, perlu ada tindak lanjut
untuk memenuhi tujuan CPM dalam optimasi dan estimasi biaya.
26