Anda di halaman 1dari 79

PEMBUATAN SENYAWA EPOKSI DARI METIL ESTER ASAM

LEMAK SAWIT DESTILAT MENGGUNAKAN


KATALIS AMBERLITE

TESIS

Oleh
SYAWALUDDIN NASUTION
067022011/TK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
PEMBUATAN SENYAWA EPOKSI DARI METIL ESTER ASAM
LEMAK SAWIT DESTILAT MENGGUNAKAN
KATALIS AMBERLITE

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik


dalam Program Studi Magister Teknik Kimia
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYAWALUDDIN NASUTION
067022011/TK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Judul Tesis : PEMBUATAN SENYAWA EPOKSI DARI
METIL ESTER ASAM LEMAK SAWIT
DESTILAT MENGGUNAKAN KATALIS
AMBERLITE
Nama Mahasiswa : Syawaluddin Nasution
Nomor Pokok : 067022011
Program Studi : Teknik Kimia

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Halimatuddahliana, ST, M.Sc) (Mersi Suriani Sinaga, ST. MT)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus : 10 Maret 2009

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 10 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Halimatuddahliana, ST, M.Sc


A n g g o t a : 1. Mersi Suriani Sinaga, ST. MT
2. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia
3. Dr. Ir. Tjahjono Herawan, M.Sc
4. Zuhrina Masyithah, ST, M.Sc
5. Rondang Tambun, ST, MT

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Syawaluddin Nasution, ST


Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 14 Desember 1970
Riwayat Pendidikan, Tamat : SD Inpres 0604958 tahun1984
SMP Negeri 4 Medan tahun 1987
SMA Negeri 13 Medan tahun 1990
Sarjana Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara tahun 1991
Pascasarjana Program Studi Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara tahun 2006

Nama Orang Tua


Ayah : Baharuddin Nasution
Ibu : (alm) Nursari Siregar
Istri : Rifdah, S.Pd
Anak : 1. Maulana Dzamar Shiddiq Nasution
2. Alya Dzikra Syarif Nasution

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
ABSTRAK

Sintesa senyawa epoksi dengan reaksi epoksidasi terus dikembangkan untuk


memperoleh senyawa epoksi dengan kandungan oksigen oksiren yang lebih tinggi.
Pemakaian katalis amberlite memberikan respon reaksi epoksidasi yang dihasilkan
semakin besar. Rancangan Percobaan Pendahuluan dilakukan untuk penentuan Center
Point dengan memvariasikan ketiga variabel percobaan antara lain konsentrasi katalis
5, 11, 22, 25, 36 dan 42 (% b/b) hasil oksigen oksiren pada konsentrasi 25% sebesar
2,10%, temperatur reaksi 46, 52, 60, 65, 70 dan 800C menghasilkan konversi oksigen
oksiren sebesar 2,03% pada temperatur 700C, waktu reaksi 3, 6, 8, 13, 24 dan 48 jam
menghasilkan konversi oksigen oksiren sebesar 1,96% pada waktu 24 jam. Optimasi
proses pembuatan senyawa epoksi dilakukan dengan rancangan percobaan metode
RSM (Response Surface Methodology) yaitu metode rancangan yang digunakan
untuk memperoleh kondisi optimum dari variabel percobaan dan desain percobaan
berbentuk CCD (Central Composite Design) yaitu percobaan yang dilakukan dengan
level terkode. Variabel percobaan dengan memvariasikan konsentrasi katalis sebesar
15, 19, 25, 31, 35 (%b/b), temperatur reaksi 60, 64, 70, 76 dan 80C dan waktu reaksi
14, 18, 24, 30 dan 34 jam. Me.ALSD diepoksidasikan dengan katalis amberlite untuk
mendapatkan senyawa yang mengandung oksigen oksiren. Konversi optimum
epoksidasi sebesar 70,802% diperoleh pada konsentrasi katalis 25% (b/b), temperatur
reaksi 70C dan waktu reaksi 24 jam.

Kata Kunci : Epoksi, katalis amberlite, metil ester ALSD.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
ABSTRACT

Synthetic reaction of epoxy compound with epoxidized are kept on developed


for getting epoxy compound content with higher oksiran oxygen. Usage of amberlite
katalis, increasing the respon of epoxidition reaction more higher. The former
planning is done to ensure Center Point by variating the three variable of planning
such as : katalis consentration is 5, 11, 22, 25, 36, and 42 %w/w oxygen oxyren
consentration is 2,10%, the reaction temperature are 46, 52, 60, 65, 70, and 80oC, on
70 oC produce 2,03% oxygen oxyren convertion, period of reaction are 3, 6, 8, 13, 24
and 48 hours, on 24 hours which produce 1,96% oxygen oxyren convertion.
Optimation process of epoxidation is done with experimental planning of RSM
(Response Surface Methodologi) methode is the planning of experiment which use to
get optimal condition of operation variable and design of CCD (Central Composite
Design) is the sure level to decide center point of the experiment. The experimental
variable by making amberlite katalis variation concentration 15, 19, 25, 31, 37 %
(w/w), reaction temperature at 60, 64, 70, 76, 80C, and reaction time at 14 , 18 , 24 ,
30, 36 hour. Me.PFAD epoxidized in katalis amberlite yield oksiran oxygen. The
optimum convertion epoxidation is 70,802% obtained at concentration 25% (w/w),
reaction temperature 70C dan reaction time during 24 hour.

Keyword : Epoxy, katalis amberlite, methyl ester PFAD

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb., Puji dan Syukur disampaikan kepada Allah


SWT, yang telah memberikan kepada kita semua kesehatan lahir dan bathin, Amiin.
Teriring pula ucapan Alhamdulillahi rabbilalamin atas segala karunia-Nya
penyusunan Tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam kepada junjungan
ummat Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa Ummat dari alam
kebodohan sehingga berpengetahuan sampai saat ini. Tesis ini ditulis dengan tujuan
untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Magister di Sekolah
Pascasarjana Program Studi Teknik Kimia USU yang berjudul Pembuatan
Senyawa Epoksi dari Metil Ester Fatty Acid Destilate (Metil Ester Asam Lemak
Sawit Destilat menggunakan Katalis Amberlite.
Tesis ini dapat diselesaikan dengan banyak menerima bantuan, bimbingan dan
fasilitas dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, Ketua Program Studi Magister Teknik Kimia,
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Halimatuddahliana, ST, M.Sc, selaku Ketua Komisi Pembimbing.
4. Ibu Mersi Suriani Sinaga, ST, MT, selaku Anggota Komisi Pembimbing.
5. Bapak Dr. Ir. Tjahjono Herawan, MSc yang memberi kesempatan kepada
penulis untuk melakukan riset di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
6. Para staff dan teknisi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah
membantu dan memberikan fasilitas penulis.
7. Ayahanda Baharuddin Nasution, yang tak hentinya memberikan dukungan
dan (Alm) Ibunda Tercinta Nursari Siregar, dengan dedikasi dan didikannya
sehingga penulis dapat melanjutkan Studi dan menyelesaikan Tesis ini.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
8. Istri penulis Rifdah, S.Pd dan Kedua Anak penulis Maulana Dzamar
Shiddiq Nst dan Alya Dzikra Syarif Nst, yang memberikan semangat
sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.
9. Seluruh Kakanda dan Adinda serta kemanakan.
10. Rekan penelitian Azhar Ramadhani Tarigan, serta Seluruh rekan Magister
Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara

Akhirul Salam penulis memohon saran serta nasehat mengenai tulisan ini,
tulisan ini masih banyak membutuhkan perbaikan untuk perkembangannya. Mudah-
mudahan Allah membukakan hati penulis untuk mau menerima nasehat dan mampu
melaksanakannya, Jazakumullah Khairon Katsiro, Amiin Ya Rabbal Alamin.

Penulis

Syawaluddin Nasution

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK................................................................................................................. i
ABSTRACT.............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.5. Lingkup Penelitian .................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 6


2.1. Senyawa Epoksi ...................................................................................... 6
2.2. Reaksi Epoksidasi .................................................................................. 6
2.3. Metil Ester Asam Lemak Destilat (Me.ALSD)....................................... 10
2.4. Katalis .................................................................................................... 14
2.4.1. Jenis Katalis .................................................................................. 14
2.4.2. Spesifikasi Senyawa Amberlite......................................................15
2.4.3. Beberapa Penelitian Mengenai Penggunaan
Katalis dalam Pembuatan Senyawa Epoksi. ............................... 16

vi Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan


Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
III. METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 19
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 19
3.2. Bahan dan Alat........................................................................................ 19
3.3. Rancangan Percobaan ............................................................................. 20
3.4. Pengolahan Data.......................................................................................23
3.4.1 Optimasi Epoksidasi Metil Ester Asam Lemak
Sawit Destilat (Me.ALSD)............................................................. 23
3.4.2 Analisa respons surface methodology (RSM)................................ 23
3.5. Tahapan Penelitian................................................................................... 24
3.5.1. Karakterisasi Bahan Baku ............................................................. 24
3.5.2. Reaksi Epoksidasi.......................................................................... 24
3.5.3. Analisa Senyawa Epoksi ............................................................... 28
3.6. Teknik Sampling ..................................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 30


4.1. Penelitian Pendahuluan .......................................................................... 30
4.1.1. Karakterisasi Bahan Baku Metil Ester ALSD .............................. 30
4.1.2. Penentuan Level Terkode Central Composite Design (CCD) .......31
4.1.2.1. Penentuan Jumlah Katalis Amberlite .............................. 31
4.1.2.2. Penentuan Nilai Temperatur ........................................... 33
4.1.2.3. Penentuan Waktu Reaksi ................................................. 35
4.2. Optimasi Epoksidasi Menggunakan Katalis Amberlite .......................... 37
4.2.1. Analisa Pengaruh Variabel ........................................................... 39
4.2.1.1. Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi Katalis
Terhadap Konversi Oksigen Oksiren.................................41
4.2.1.2. Pengaruh Waktu Reaksi dan Konsentrasi Katalis
Terhadap Konversi Oksigen Oksiren................................ 44
4.2.1.3. Pengaruh Waktu dan Temperatur Reaksi Terhadap
Konversi Oksigen Oksiren................................................ 47
4.3. Analisa Variansi (ANAVA).................................................................... 51
4.3.1. Uji Verifikasi Model Penelitian ................................................... 54

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009 vii
USU Repository 2008
4.4. Analisa Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi dan Bilangan Asam .............. 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 60


5.1. Kesimpulan ..............................................................................................60
5.2. Saran........................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 61

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009 viii
USU Repository 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Pengaruh Rasio Molar (Asam Asetat dan Hidrogen Peroksida)


terhadap Hasil Epoksidasi Tidak Jenuh ..........................................................10

2. Kandungan Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit dan ALSD.................11

3. Perlakuan Terkode Epoksidasi........................................................................21

4. Central Composite Design (CCD) untuk 3 Variabel.......................................22

5. Hasil Analisa Bahan Baku Me.ALSD.............................................................30

6. Kandungan Asam Lemak Bahan Baku Me.ALSD..........................................31

7. Level Terkode Epoksidasi...............................................................................37

8. Hasil Percobaan...............................................................................................38

9. Hasil Statistika Minitab 14 untuk Response Surface


Methodology (RSM)........................................................................................39

10. ANAVA Model Persamaan Regresi Pada Epoksidasi


ALSD Menjadi Epoksi Menggunakan Minitab 14. ......................................52

11. Hasil analisa Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi dan


Bilangan Asam Senyawa Epoksi ................................................................... 59

ix Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan


Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Reaksi Epoksidasi Hidrokarbon................................................................... 6

2. Mekanisme Kerja Senyawa Epoksi sebagai Penstabil dan


Pelentur pada Polivinil Khlorida (PVC).............................................................. 7

3. Reaksi Pembentukan Asam Peroksida ............................................................... 7

4. Reaksi Kimia Proses Epoksidasi secara in situ .................................................. 8

5. Mekanisme Pembentukan Senyawa Epoksi Melalui


Reaksi Epoksidasi ............... 9

6. Bagan Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Minyak Goreng ..................12

7. Reaksi Pembentukan Senyawa Metil Ester Asam Lemak Sawit ...................... 13

8. Reaksi Pembentukan Senyawa Metil Ester dari Trigliserida............................ 13

9. Diagram Kerja Optimasi Proses Pembuatan Senyawa Epoksi


dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat ............... 28

10. Pengaruh Level Konsentrasi Katalis Terhadap % Bilangan


Oksigen Oksiren ............................................................................................... 32

11. Pengaruh Level Temperatur Terhadap % Bilangan


Oksigen Oksiren .............................................................................................. 34

12. Pengaruh Level Waktu Terhadap % Bilangan Oksigen Oksiren .................... 36

13. Respon Permukaan dari Temperatur dan Konsentrasi Katalis


Terhadap Konversi Oksigen Oksiren ............................................................... 42

14. Kontur dari Plot Temperatur Reaksi Terhadap


Konsentrasi Katalis .......................................................................................... 43

x
Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
15. Respon Permukaan dari Waktu Reaksi dan Konsentrasi Katalis
Terhadap Konversi Oksigen Oksiren ............................................................... 44
16. Kontur dari Plot Waktu Reaksi Terhadap Konsentrasi Katalis ...................... 45

17. Respon Permukaan dari Waktu dan Temperatur Reaksi Terhadap


Konversi Oksigen Oksiren ............................................................................... 47

18. Kontur dari Plot Waktu dan Temperatur Reaksi ............................................. 48

19. Plot Residual dengan Taksiran Model ............................................................. 54

20. Plot Residual dengan Order Model ................................................................. 54

21. Plot Distribusi Normal Residual Model Regresi.............................................. 56

22. Hubungan Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi,


dan Bilangan Asam dengan Konversi Oksigen Oksiren .................................. 59

xi Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan


Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Prosedur Analisis.............................................................................................. 65

2. Response Surface Methodology........................................................................ 70

3. Out Put Analisa Statistika................................................................................. 73

4. Tabel Statistika...................................................................................................75

5. Hasil Analisa GC.............................................................................................. 76

6. Hasil Analisa FT IR....................................................................................... 78

7. Perhitungan Konversi........................................................................................ 80

xii Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan


Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri oleokimia merupakan salah satu industri hilir kelapa sawit yang

mempunyai peranan penting pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Hal ini

disebabkan luasnya penggunaan produk oleokimia di masyarakat, misalnya sebagai

bahan baku surfaktan, emulsifier, cat, farmasi, dan kosmetik.

Senyawa epoksi merupakan produk komersial yang dapat diaplikasikan untuk

beberapa kegunaan seperti pelentur (plasticizer), penstabil (stabiliser) dan coating

pada resin polimer, serta merupakan antioksidan pada pengolahan karet alam.

Senyawa epoksi juga dapat digunakan sebagai surfaktan dan agen anti korosif

(Yamamura dkk, 1989), aditif pada minyak pelumas (Sadi dkk, 1995), dan bahan

baku pestisida (Ahmad dkk, 1984).

Senyawa epoksi dapat disintesa dari minyak nabati, seperti minyak kedelai,

minyak biji bunga matahari, minyak jarak dan minyak sawit. Minyak sawit

merupakan minyak nabati yang mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid)

dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid). Kandungan asam lemak jenuh

minyak sawit terutama asam palmitat sekitar 32-47%, sedangkan kandungan asam

lemak tidak jenuh terutama asam oleat berkisar 40-52% (Corley dan Hardon, 1976).

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Tingginya kandungan asam lemak tidak jenuh ini, memungkinkan terjadinya reaksi

epoksidasi pada suhu dan waktu tertentu dengan bantuan katalis yang menghasilkan

minyak sawit epoksi. Bahan baku senyawa epoksi ini merupakan minyak nabati

mentah ataupun minyak nabati yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut.

Proses sintesa senyawa epoksi dengan reaksi epoksidasi terus dikembangkan

untuk memperoleh senyawa epoksi dengan kandungan oksiran oksigen yang lebih

tinggi. Optimasi proses dilakukan dengan berbagai cara seperti, diversifikasi bahan

baku, penggunaan katalis, penggunaan suhu selama reaksi dan waktu operasi.

Penggunaan minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan baku reaksi epoksidasi

dilaporkan oleh Haya (1991) menghasilkan senyawa epoksi dengan kandungan

oksiran oksigen sebesar 3,4% pada suhu reaksi 100 5OC dan pelarut n-heksan 10%.

Haryati dan S. Oerip juga melakukan epoksidasi dari minyak sawit mentah (CPO) dan

menghasilkan senyawa epoksi dengan kandungan oksiran oksigen sebesar 1,19%

pada suhu 70OC dan pelarut n-heksan pada kisaran 10-30% (Haryati dan Oerip 1991).

Kandungan oksiran oksigen teoritis epoksi minyak sawit adalah 3,90% (Sadi, 1992).

Methyl ester fatty acid destilate (Me-PFAD) atau Metil Ester Asam Lemak

Sawit Destilat (Me.ALSD) merupakan turunan minyak nabati yang kurang

dimanfaatkan (Yuliasari dan Herawan, 1999). Penelitian ini menunjukkan peranan

H2SO4 pada reaksi epoksidasi metil oleat asam lemak sawit untuk menghasilkan

konversi oksigen oksiren yang optimum. Disamping turunan-turunan lain seperti

olein, stearat dan lain-lain dalam penggunaannya untuk aplikasi produk oleokimia.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Oleh karena itu Me.ALSD diepoksidasikan dengan menggunakan katalis Amberlite

untuk mendapatkan senyawa epoksi.

Temperatur reaksi yang tinggi dan waktu reaksi yang lama tidak memberikan

konversi oksigen oksiren optimum pada respon katalis (Sinaga, Mersi S., 2005).

Pembatasan reaksi epoksidasi ini disebabkan karena senyawa Me.ALSD semakin

jenuh dan terkonversi oleh degradasi ikatan rangkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi epoksidasi tanpa menggunakan

H2SO4 pekat memerlukan waktu selama 14 jam untuk memperoleh oksigen oksiren

tertinggi, yaitu sebesar 3,73%. Sedangkan reaksi epoksidasi dengan penambahan

H2SO4 pekat memerlukan waktu yang lebih cepat sekitar 8-14 jam untuk memperoleh

oksigen oksiren tertinggi (Gall dan Greenspan, 1995). Degradasi gugus oksigen

oksiren yang terjadi selama reaksi epoksidasi juga disebabkan oleh adanya asam

asetat yang berasal dari hasil reaksi pembentukan asam peroksi asetat yang bersifat

stabil.

Haya (1991) menggunakan katalis H2SO4 (50%) sebanyak 4,28 gram dan

menghasilkan nilai oksigen oksiren 0,95 1,15% dari minyak sawit mentah pada

interval suhu reaksi 60 650C dengan katalis. Konsentrasi pelarut dan viskositas

berpengaruh terhadap kandungan oksigen oksiren. Peningkatan konsentrasi pelarut

akan meningkatkan kandungan oksigen oksiren dan menurunkan viskositas. Suhu

berpengaruh terhadap semua parameter yang diukur.

Peningkatan pemakaian jumlah katalis amberlite memberikan peningkatan

respon reaksi epoksidasi yang dihasilkan semakin besar, hal ini disebabkan selama

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
reaksi epoksidasi berlangsung asam peroksida mengoksidasi ikatan rangkap dalam

senyawa tidak jenuh Me.ALSD, sehingga terjadi pemutusan ikatan rangkap dan

pembentukan senyawa oksiren.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh suhu,

waktu reaksi dan jumlah katalis amberlite pada reaksi epoksidasi Metil Ester Asam

Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) dalam menghasilkan kandungan oksigen oksiren

optimum.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi operasi optimum pada

rentang penelitian yaitu suhu, waktu reaksi dan jumlah katalis amberlite, pada reaksi

epoksidasi Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) untuk menghasilkan

senyawa epoksi dengan kandungan oksigen-oksiren optimum.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari turunan

minyak sawit sebagai stabilizer, plastisizer pada PVC, surfaktan, pencegah korosi,

bahan tambahan pada minyak pelumas dan bahan baku pestisida. Sebagai informasi

dalam memilih katalis yang tepat untuk menghasilkan senyawa epoksi dengan

kandungan oksigen oksiren optimum.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
1.5. Lingkup Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian pembuatan epoksi adalah Metil

Ester Asam Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) dengan katalis amberlite.

Variabel percobaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode

Response Surface Methodology (RSM) dengan desain percobaan berbentuk Central

Composite Design (CCD) adalah :

1. Konsentrasi katalis : 15% ; 19% ; 25% ; 31% ; 35%


( % berat, terhadap jumlah hidrogen
Peroksida + asam asetat glasial )

2. Temperatur reaksi : 60 ; 64 ; 70 ; 76 dan 80 ( C )

3. Waktu reaksi : 14 ; 18 ; 24 ; 30 ; dan 34 jam

Variabel di atas diperoleh dari Perlakuan Terkode Epoksidasi yang merupakan

hasil dari Percobaan Pendahuluan yang telah dilakukan dan hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Parameter uji yang digunakan pada penelitian ini adalah kandungan bilangan

oksigen-oksiren (AOCS Cd 9-57, 1989), bilangan hidroksi (AOCS Cd 13-60, 1989),

bilangan asam (Porim Test Methode, 1995), dan bilangan iod (AOCS Cd 1-25, 1989),

selama waktu reaksi.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Senyawa Epoksi

Senyawa epoksi mengandung gugus oksigen oksiren yang dibentuk melalui

reaksi epoksidasi antara asam peroksi (perasam) dengan olefinat atau senyawa

aromatik tidak jenuh. Senyawa epoksi adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi

epoksidasi minyak nabati atau minyak alam yang memiliki ikatan tidak jenuh.

Penggunaan minyak alam sebagai bahan baku sudah jarang dilakukan dengan

keterbatasan sumber bahan baku minyak alam. Minyak nabati dan derivatnya

merupakan bahan baku yang kini banyak digunakan untuk sintesa senyawa epoksi.

2.2. Reaksi Epoksidasi

Reaksi epoksidasi adalah reaksi asam peroksi organik dengan ikatan rangkap

untuk membentuk senyawa oksiren (Wood dan Termini, 1958), atau reaksi dimana

senyawa hidrokarbon tidak jenuh diubah menjadi siklik ester (Kirk dan Othmer,

1965). Epoksi atau senyawa oksiren merupakan produk dari proses autooksidasi asam

asam lemak tidak jenuh atau minyak mengering (drying oil).

Proses epoksidasi berlangsung sebagai berikut :

Gambar 1. Reaksi Epoksidasi Hidrokarbon

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Minyak nabati yang baik digunakan dalam pembuatan epoksi adalah yang

mengandung asam lemak tidak jenuh dengan kadar relatif tinggi misalnya kedelai.

Senyawa epoksi dapat dibuat dari minyak nabati (minyak terepoksidasi), epoksi ester

campuran dan epoksi ester spesifik. Senyawa epoksi sering digunakan sebagai

plasticizer dan stabilizer pada resin polivinil klorida (Carlson dan Chang, 1985).

Gambar 2. menunjukkan mekanisme kerja senyawa epoksi sebagai penstabil dan

pelentur pada polivinil khlorida (Swern, 1982).

Gambar 2. Mekanisme Kerja Senyawa Epoksi sebagai Penstabil dan Pelentur


pada Polivinil Khlorida (PVC)
Dalam mempelajari pembuatan senyawa epoksi dari olefin, asam lemak tidak

jenuh dan asam lemak jenuh direaksikan dengan asam peroksi alifatik. Asam peroksi

asetat bebas air diperoleh dari reaksi antara asam karboksilat dan hidrogen peroksida.

Gambar 3. menunjukkan reaksi pembentukan asam peroksida.

Gambar 3. Reaksi Pembentukan Asam Peroksida

Pembentukan asam peroksida dengan menggunakan hidrogen peroksida dapat

dilakukan dengan empat cara (Upidi, 1979) :

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
1. Asam peroksi asetat yang dibentuk terlebih dahulu.

2. Asam peroksi asetat yang dibentuk secara in situ.

3. Asam peroksi format yang dibentuk terlebih dahulu.

4. Asam peroksi format yang dibentuk secara in situ.

Reaksi kimia epoksidasi secara in situ dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.4. Reaksi Kimia Proses Epoksidasi secara in situ (Upidi, 1979).

Mekanisme pembentukan senyawa epoksi melalui reaksi epoksidasi seperti

terlihat pada Gambar 5. pertama sekali ditemukan pada tahun 1995 oleh Bartlett

(Kwart dan Hoffman, 1996).

Gall dan Greenspan (1995) menyatakan bahwa senyawa epoksi dengan

bilangan Iod yang rendah menunjukkan mutu yang baik. Reaksi epoksidasi

menggunakan teknik in situ memiliki beberapa keuntungan, antara lain mengurangi

bahaya yang dapat ditimbulkan oleh reaksi epoksidasi, mengurangi pemakaian

hidrogen peroksida serta mengurangi biaya (Swern, 1982).

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
C H O C H O
+ O O
O C C O C
C
R R
Senyawa tidak
Asam peroksida Produk intermediet
jenuh

C HO
O + C R
C O
Senyawa epoksi Asam karboksilat

Gambar 5. Mekanisme Pembentukan Senyawa Epoksi Melalui Reaksi Epoksidasi

Katalis yang dapat digunakan pada reaksi epoksidasi adalah asam sulfat pekat

dan resin penukar ion. Produksi optimal senyawa epoksi diperoleh dengan

menggunakan pelarut inert seperti benzen dan heksan, katalis asam sulfat atau resin

amberlite dan lama reaksi sekitar 8-14 jam. Reaksi ini dapat dipersingkat dengan

menggunakan hidrogen peroksida yang berlebih (Gall dan Greenspan, 1995).

Penggunaan rasio molar antara asam asetat dan hidrogen peroksida yang

tinggi menyebabkan terbukanya cincin epoksi sehingga rendemen epoksi ester yang

dihasilkan relatif rendah seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Rasio Molar (Asam Asetat dan Hidrogen Peroksida) terhadap
Hasil Epoksidasi Tidak Jenuh

Rasio Molar Waktu Oksigen Epoksi Ester


Reaksi Oksiren Rendemen Bilangan Reaksi
(jam) (%) Bilangan Iod (%) (%)

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
15 : 11 3 0.0 0.0 4 95
1.7 : 1 8 0.2 4.4 8 89
0.5 : 1 13 3.6 80.0 5 93

Sumber : Gall dan Greenspan, 1995.

Wood dan Termini (1958) menyatakan bahwa proses epoksidasi biasanya


O
dilakukan pada suhu 65 75 C, bila digunakan suhu yang lebih rendah akan

memperpanjang waktu epoksidasi dan menurunkan efisiensi epoksidasi. Hasil

penelitian Haya (1991) menunjukkan bahwa epoksidasi juga dapat dilakukan pada

suhu 1005OC.

2.3. Metil Ester Asam lemak Sawit Destilat (Me.ALSD)

ALSD (Asam Lemak Sawit Destilat) merupakan hasil samping pada tahap

refining dalam industri minyak goreng. ALSD yang dihasilkan berkisar 2,5%-3,5%

dari minyak sawit yang diolah (Haryati dan Buana, 1992). Kandungan asam lemak

pada minyak kelapa sawit dan ALSD terlihat pada pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit dan ALSD
Komposisi Minyak Kelapa Sawit (%)* ALSD (%)**
Asam Laurat (C12) - 0,45
Asam Miristat (C14) 0,96 2,38
Asam Palmitat (C16) 41,62 60,50
Asam Stearat (C18) 4,23 2,57
Asam Oleat (C18-1) 42,12 27,08
Asam Linoleat (C18-2) 10,41 6,82
Asam Linolenat (C18-3) 0,22 0,19
Sumber : * Haryati dkk, (1999),
**Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir

mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari

minyak goreng kelapa ke minyak goreng kelapa sawit. Konsumsi per kapita minyak

goreng Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dimana konsumsi per kapita khusus

untuk minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg per tahun (Rephis, 2007). Kondisi ini

memberikan gambaran, bahwa dengan peningkatan industri minyak goreng maka

perolehan asam lemak sawit distilat turut meningkat. Hingga saat ini, pemanfaatan

asam lemak sawit distilat masih terbatas pada pembuatan sabun kualitas rendah.

Sehingga membutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai tambah

dari asam lemak sawit destilat.

Berikut adalah bagan proses refining dalam industri pengolahan minyak kelapa sawit.

Crude Palm Olein (CPO)

Penghilangan Getah (Degumming) H3PO4

Penjernihan Warna (Bleaching) Bleaching Earth

Deacidification &Deodorisation

RBD Palm Oil Asam Lemak Sawit Distilat

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009 Fraksinasi
USU Repository 2008

Filtrasi
(Sumber :http//www.Rephis Weblong, 2007)
Gambar 6. Bagan Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Minyak Goreng

Senyawa metil ester asam lemak dapat diperoleh dengan cara esterifikasi asam

lemak bebas dengan gugus metil, yang disebut dengan metilasi. Pada proses ini asam

lemak bebas diesterifikasi dengan menggunakan metanol anhidrat berlebihan dalam

suasana asam. Pereaksi yang biasa digunakan pada proses ini adalah asam klorida

anhidrat dalam metanol (Anonim, 1977). Pada Gambar 7. menunjukkan reaksi

pembentukan senyawa metil ester asam lemak.

Gambar 7. Reaksi Pembentukan Senyawa Metil Ester Asam Lemak Sawit

Selanjutnya Paquot dan Hantfene (1987) menyatakan, pembuatan metil ester dapat

dilakukan secara langsung dari trigliserida, melalui reaksi transesterifikasi

menggunakan metanol berlebih, dan katalis asam. Pereaksi lain yang dapat digunakan

pada proses metilasi adalah H2SO4/Metanol, HCl/Metanol dan diazometer/eter. Metil

ester yang diperoleh dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut inert seperti,

heksan dan petroleum eter (Anonim, 1966). Pada Gambar 8. menunjukkan reaksi

pembentukan metil ester dari trigliserida.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Gambar 8. Reaksi Pembentukan Senyawa Metil Ester dari Trigliserida
2.4. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu

tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu

katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis

memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu

lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis

menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis

mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Sementara

senyawa yang memperlambat laju reaksi kimia tanpa mengalami perubahan adalah

senyawa inhibitor (http://id.wikipedia.org/wiki/Katalis, 2007).

2.4.1. Jenis Katalis

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama

(http://id.wikipedia.org/wiki/Katalis, 2007).

1. Katalis homogen

Katalis yang berada dalam fase yang sama dengan pereaksi dalam reaksi

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
yang dikatalisinya. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih

pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi

membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya.

2. Katalis heterogen.

Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi

dalam reaksi yang dikatalisinya. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen

bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi untuk

sementara terserap dalam substrat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah

sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. ikatan antara produk dan

katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas. Berikut ini merupakan skema umum

reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:

A + C AC .........................................(1)

B + AC AB + C .........................................(2)

Meskipun katalis (C) terabaikan oleh reaksi (1), namun selanjutnya dihasilkan

kembali oleh reaksi (2), sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

A + B + C AB + C

2.4.2. Spesifikasi Senyawa Amberlite

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Amberlite merupakan nama jual dari senyawa kimia Styrena - divinylbenzena

dengan kode IR 120 Na dan rumus senyawa C6H5CH=CH2, mempunyai efisiensi

katalis yang tinggi mengkatalisis antar reaksi senyawa senyawa lain, mempunyai

titik didih diatas 1000C dan daya larut yang kecil terhadap air sebesar 0,24 g/lt.

Senyawa ini berwarna coklat mengkilat dan berbentuk butiran dengan ukuran 16 50

mesh, spesifikasi lain :

1. Kekuatan pengadukan : 10 15 ppm

2. (density) : 0,909 g/ml/250C

3. Indeks bias : 1,5458 (200C, 589 nm)

4. Tekanan uap : 6 hPa

5. Daya larut dalam air : 0,24 g/lt

6. M ( Berat Molekul ) : 104,15 g/mol

7. Titik Jenuh : 25,6 mg/lt

8. Titik didih : 1450C

9. Suhu Pembakaran : 4800C

10. Daya ledak : 1,1 8,9 mol%

(Merck KgaA, Darmstadt Catalog Chemical Reagent, 2002)

2.4.3. Beberapa Penelitian Mengenai Penggunaan Katalis dalam Pembuatan


Senyawa Epoksi

Diversifikasi utama minyak sawit adalah mengolah minyak sawit menjadi

produk lain, yang dapat diproses dengan jalan alkoholisis atau hidrolisis

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
menggunakan katalis. Pada umumnya reaksi hidrolisis minyak nabati bertujuan untuk

membentuk gliserol dan asam lemak. Penelitian hidrolisis minyak nabati

menggunakan katalis telah banyak dilakukan. Hendrawati (1992) meneliti tentang

hidrolisis minyak biji karet dengan katalisator reagentwitchell. Kumoro (1995), telah

meneliti hidrolisis minyak biji kluwak dengan katalisator asam sulfat, dalam autoklaf.

Dari penelitian-penelitian di atas, konstanta reaksi hidrolisis dihitung dengan asumsi

orde reaksi sama dengan satu terhadap minyak, dan orde nol untuk air, dengan kata

lain berorde satu semu terhadap minyak. Mengingat pentingnya data kinetik dalam

perancangan alat alat pabrik, terutama untuk perancangan reaktor, maka pada

penelitian ini, peneliti mencoba menghitung konstanta reaksi (konstanta kecepatan

reaksi, dan orde reaksi terhadap pereaksi) hidrolisis minyak sawit.

Minyak sawit merupakan minyak nabati yang mengandung asam lemak jenuh

(saturated fatty acid), dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid) yang

relatif berimbang jumlahnya. Hal ini memungkinkan menjadikan minyak sawit

sebagai bahan baku pembuatan senyawa epoksi, sebagai salah satu alternatif

diversifikasi produk olahan minyak sawit. Pengaruh konsentrasi pelarut dan

penambahan katalis, pada proses epoksidasi metil ester asam lemak dari fraksi olein

minyak sawit, sehingga dapat menghasilkan senyawa epoksi metil ester asam lemak

dengan rendemen dan mutu yang tinggi. Hasil penelitian Koto (1992) menunjukkan

bahwa konsentrasi pelarut, konsentrasi katalis, dan kombinasi keduanya sangat

mempengaruhi Rendemen, Bilangan Hidroksi, Warna, dan Viskositas senyawa epoksi

metil ester asam lemak yang dihasilkan. Kedua perlakuan tersebut dan kombinasinya

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
tidak mempengaruhi Kandungan Oksigen Oksiren, Bilangan Iod, Bilangan

Penyabunan, dan Bilangan Ester senyawa epoksi metil ester asam lemak yang

dihasilkan.

Sofiah (1989), telah meneliti hidrolisis minyak biji karet dengan katalisator

damar penukar kation (Amberlite 15) dalam reaktor autoklaf secara batch. Hasil

penelitian menunjukkan peningkatan suhu reaksi mempercepat kenaikan konsentrasi

Asam Lemak Bebas (ALB). Hal ini disebabkan karena dengan naiknya suhu reaksi,

maka suplai energi untuk mengaktifkan pereaksi dan tumbukan antar pereaksi untuk

menghasilkan reaksi juga akan bertambah, sehingga produk yang dihasilkan menjadi

lebih banyak.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Oleokimia, Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS)/Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI), Jl. Brigjend Katamso

No.51, Kampung Baru, Medan - Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 10

(sepuluh) bulan, mulai 05 Maret 2008 sampai 01 Desember 2008.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan dalam percobaan ini adalah Metil Ester Asam

Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS)/Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI). Prosedur yang digunakan

dalam pembuatan senyawa epoksi ini dengan memodifikasi cara kerja Gall dan

Greenspan (1995) yaitu :

1. Bahan Baku (Utama)

Butil oleat diganti dengan Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat

(Me.ALSD)

2. Bahan Penolong

a. Pelarut benzena diganti dengan n-heksan (Haryati dan Buana, 1992)

b. pelarut n-Hexan (p.a) 40 %.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
c. Hidrogen peroksida dengan kemurnian 30%.

d. Asam asetat (p.a) 100 %.

e. Katalis Amberlite (IR 120 Na)/ Styrena divinylbenzena yang

diperoleh dari UD. Karlim.

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1. Labu leher tiga 500 ml sebagai tempat berlangsungnya reaksi, yang

dilengkapi dengan thermometer.

2. Hot plate merek Cimarex yang dilengkapi pengaduk magnetis dengan

kecepatan pengadukan 400 rpm digunakan sebagai media pemanas.

3. Rotary evaporator pada tekanan 1 atm digunakan untuk menguapkan sisa

pelarut.

4. Kromatografi gas digunakan untuk menganalisa kandungan asam lemak

dan identifikasi senyawa epoksi.

5. Alat untuk analisa bilangan oksigen oksiren, bilangan iodium, bilangan

hidroksi dan bilangan asam karakteristik produk antara lain : buret, pipet

tetes, erlenmeyer, beaker glass, labu takar, pipa kapiler.

3.3. Rancangan Percobaan

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Metode Response Surface Methodology (RSM) digunakan untuk merancang

percobaan dalam menentukan kondisi optimum epoksidasi Metil Ester Asam Lemak

Sawit Destilat (Me.ALSD) menggunakan katalis Amberlite dengan tiga faktor sebagai

variabel bebas, yaitu :

1. Konsentrasi katalis

2. Temperatur reaksi

3. Waktu reaksi

Percobaan dirancang mengikuti bentuk Central Composite Design (CCD)

(Cochran & Cox, 1976). Level terkode untuk penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perlakuan Terkode Epoksidasi


Perlakuan Terkode
Perlakuan
-1,682 -1 0 1 1,682
Katalis (% w/w) 15 19 25 31 35
Temperatur (C) 60 64 70 76 80
Waktu reaksi (Jam) 14 18 24 30 34

Penentuan Center point (25%,700C dan 24 jam) berdasarkan Response Surface

Methodology (RSM) (metode rancangan percobaan yang digunakan penelitian-

penelitian untuk memperoleh kondisi optimum dari variabel operasi (Cohran and

Cox, 1976) dan dengan melakukan Percoban Pendahuluan.

Berikut ini adalah rancangan percobaan untuk tiga variabel yang disusun

dalam kombinasi perlakuan dengan mengikuti pola yang ada pada Tabel 4. sebagai

berikut :

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Tabel 4. Central Composite Design (CCD) untuk 3 variabel

Konsentrasi Katalis
Temperatur Reaksi (C) Waktu Reaksi (Jam)
No (% w/w)
(X2) (X3)
(X1)
1 -1 -1 -1
2 1 -1 -1
3 -1 1 -1
4 1 1 -1
5 -1 -1 1
6 1 -1 1
7 -1 1 1
8 1 1 1
9 -1,682 0 0
10 1,682 0 0
11 0 -1,682 0
12 0 1,682 0
13 0 0 -1,682
14 0 0 1.682
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0 0 0
Response Surface Methodology (RSM) adalah suatu metode rancangan

percobaan yang digunakan secara luas dalam penelitian-penelitian untuk memperoleh

kondisi optimum dari variabel operasi. (Cohran and Cox, 1976). Nilai optimum yang

diperoleh dapat berupa titik maupun daerah/zona tertentu. Hal ini memberi bantuan

dalam menentukan kondisi operasi yang digunakan berkaitan dengan keterbatasan

alat dan ketersediaan bahan yang digunakan. Diharapkan dengan jumlah

perlakuan/run percobaan yang lebih sedikit dapat memberikan hasil yang sama

dengan metode lain yang jumlah run/perlakuannya jauh lebih banyak.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
3.4. Pengolahan Data

3.4.1. Optimasi Epoksidasi Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD)

Responce Surface Methode (RSM) digunakan untuk mengamati pengaruh

konsentasi katalis, waktu reaksi dan temperatur reaksi pada epoksidasi Metil Ester

Asam Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) untuk untuk mengetahui kondisi optimum

epoksidasi. Untuk melihat pengaruh-pengaruh diatas, digunakan regresi multiple

untuk memenuhi persamaan berikut ini :

Y = 1+2x1+3x2 + 4x3 +5x1x2+6x2x3+7x1x3+8x12+9x22+10x32+

Keterangan :

Y : Variabel response yang diukur yaitu % yield epoksidasi


1- 10 : Konstanta linier, kuadratik dan hasil regresi koefisien diagonal
: error term

3.4.2. Analisa Response Surface Methodology (RSM)

Data percobaan dianalisa dengan metode statsoft software untuk mendapatkan

koefisien, model dan persamaan statistiknya. Untuk menentukan faktor yang paling

berpengaruh secara signifikan nilai p (probabilitas) dibatasi pada p 5% (Cochran &

Cox, 1976).

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
3.5. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dilakukan secara bertahap sebagai berikut :

1. Karakteristik Bahan Baku

2. Reaksi Epoksidasi

3. Analisa Senyawa Epoksi

3.5.1. Karakterisasi Bahan Baku

Analisa senyawa kandungan asam lemak metil ester ALSD Sebagai bahan

baku epoksi dilakukan dengan menggunakan gas kromatografi (Shimadcu GC 148

dengan detektor FID, jenis kolom DB- 1 HT : 15 m x 0,25 mm ID, tebal film 0,1 m,

carrier gas : Helium, flushing gas : Nitrogen, suhu oven 500C, suhu injektor 4000C

dan suhu detektor 4000C).

3.5.2. Reaksi Epoksidasi

Reaksi epoksidasi dimulai dengan menimbang Metil Ester Asam Lemak Sawit

Destilat (Me.ALSD) sebanyak 50 g kemudian dimasukkan dalam labu leher tiga

yang dilengkapi dengan pendingin tegak, thermometer, magnetik stirrer dan pemanas

berpengaduk (hot plate).

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Selanjutnya ditambahkan pelarut n-Hexana, lalu ditambahkan asam asetat

glasial 100%, selanjutnya ditambahkan katalis amberlite yang divariasikan

jumlahnya, kemudian dipanaskan sambil diaduk.

Setelah suhu campuran mencapai 60OC, kemudian ditambahkan hidrogen

peroksida (H2O2) 30% sebanyak 9,78 gr dengan perbandingan mol 5,5:1 (H2O2 30% :

Me.ALSD) secara perlahan-lahan.

Setelah selesai penambahan hidrogen peroksida, campuran tetap dipanaskan

pada suhu dan waktu yang telah ditentukan berdasarkan perlakuan percobaan.

Selanjutnya reaksi dihentikan kemudian katalis amberlite dipisahkan dengan

menggunakan kertas saring. Campuran dicuci dengan air untuk memisahkan

hidrogen peroksida (H2O2) sisa, kemudian produk epoksi yang bercampur dengan n-

Hexana dipisahkan dengan menggunakan rotary evaporator pada 80OC. Setelah

proses pemisahan, senyawa epoksi kemudian dianalisa dan dilakukan karakterisasi.

Optimasi proses pembuatan senyawa epoksi dilakukan dengan memvariasikan

penggunaan katalis amberlite, waktu reaksi dan suhu. Pemilihan kondisi proses yang

optimum berdasarkan kandungan oksigen oksiren maksimum yang terkandung dalam

produk yang dihasilkan. Gambar 9. menunjukkan flow diagram kerja reaksi

epoksidasi Me. ALSD menggunakan katalis amberlite.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
MetilEster
AsamLemakSawitDestilat
50 gr

Penambahan
Heksanpa
(40%dariMe.PFAD)

Pengadukan

PenambahanAsam
AsetatGlasial100%
8,04gr(0,27mol)

Penambahan
katalis

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
A

Refluks

PenambahanH2O2 30%
Perbandinganmol5,5:1
(H2O230%:Me.PFAD)
Sebanyak9,78gr.

Refluks

Pencuciandengan Air&
airpanas1:1 Katalisamberlite
(4045)oC

SenyawaEpoksidan
Heksan


Penguapan Heksan

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
B

SenyawaEpoksi
MetilEster
AsamLemakSawit
Destilat(Me.ALSD)


Pengujian

Gambar 9. Diagram Kerja Optimasi Proses Pembuatan Senyawa Epoksi dari


Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat

3.5.3. Analisa Senyawa Epoksi

Analisa senyawa epoksi dilakukan dengan pengujian seperti : analisa

kandungan bilangan oksigen-oksiren (AOCS Cd 9-57, 1989), bilangan hidroksi

(AOCS Cd 13-60, 1989), bilangan asam (Porim Test Methode, 1995), dan bilangan

iod (AOCS Cd 1-25, 1989) (Lampiran 1). Karakterisasi dilakukan berdasarkan gas

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
kromatogram dan gugus fungsionalnya berdasarkan spektofotometer (FT IR)

(Lampiran 6).

3.6. Teknik Sampling

Sampling dilakukan pada setiap akhir percobaan. Sampling dilakukan untuk

menganalisa kandungan Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) dengan

pengulangan dua kali (duplo) untuk setiap kali pengambilan sampel. Prosedur untuk

parameter ini terlampir pada Lampiran 1.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PenelitianPendahuluan

4.1.1 Karakterisasi Bahan Baku Metil Ester ALSD

Metil ester Asam Lemak Sawit Destilat (Me.ALSD) terdiri dari senyawa ester

jenuh dan tidak jenuh. Karakteristik bahan baku Me.ALSD meliputi bilangan oksigen

oksiren, bilangan hidroksi, bilangan asam dan bilangan iod seperti disajikan pada

Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisa Bahan Baku Me.ALSD

Parameter Hasil
Bilangan Oksigen Oksiren (%) 0,0114
Bilangan Hidroksi (mg KOH/g) 0,6592
Bilangan Iodin (mg/g) 50,651
Bilangan Asam (mg KOH/g) 5,8899

Untuk mengetahui komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh,

maka bahan baku Me.ALSD dianalisis secara kromatografi gas. Melalui analisa GC

pada Lampiran 5. dan data spektrum GC tersebut dapat diketahui komposisi asam

lemak Me.ALSD seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa bahan baku Me.ALSD mengandung

asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Kadar asam lemak jenuh yaitu asam

palmitat lebih besar dibanding dengan kadar asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
dan asam linoleat. Kedua asam lemak tidak jenuh inilah yang memberikan bilangan

iodine yang tinggi (tertera dalam Tabel 5.).

Tabel 6. Kandungan Asam Lemak Bahan Baku Me.ALSD

Nama Jumlah C Komposisi


Asam Laurat C12-0 -
Asam Miristat C14-0 1,1479 %
Asam Palmitat C16-0 51,7555 %
Asam Starat C18-0 3,8133 %
Asam Oleat C18-1 36,0950 %
Asam Linoleat C18-2 6,9769 %
Asam Linolenat C18-3 0,2114 %

4.1.2 Penentuan Level Terkode Central Composite Design (CCD)

4.1.2.1 Penentuan Jumlah Katalis Amberlite

Katalis yang digunakan adalah amberlite yang mampu bekerja pada substrat

asam lemak dan minyak. Konsentrasi katalis dilakukan pada 6 level yaitu 5%, 11%,

22%, 25%, 36% dan 42% (b/b) sebagai kontrol reaksi. Ini mengacu dari hasil-hasil

penelitian yang dilakukan oleh Rusch gen Klass dkk (1996) dengan konsentrasi

katalis 5% - 6% (b/b). Konsentrasi katalis yang digunakan dalam jumlah 2% - 10%

(b/b) dari penelitian T. Vlcek dan Z. S. Petrovic (2006) untuk menghasilkan produk

epoksi. Reaksi epoksidasi dilakukan selama 24 jam dan pada temperatur ruang

(30OC). Setelah waktu reaksi mencapai 24 jam dilakukan pengambilan sampel guna

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
dianalisa bilangan oksigen oksirennya. Hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 10.

berikut dibawah ini.

Gambar 10. Pengaruh Level Konsentrasi Katalis Terhadap % Bilangan Oksigen


Oksiren

Gambar 4.1. menunjukkan konsentrasi katalis amberlite mampu melakukan

epoksidasi dengan hasil rata-rata dimana bilangan oksigen oksirennya meningkat

sebesar 30% - 40%, sedangkan pada konsentrasi 0% - 15% dan di atas 25% hasil

bilangan oksigen oksirennya dianggap kecil. Hal ini berhubungan dengan adanya

hambatan substrat pada reaksi epoksidasi pada konsentrasi 0 - 15% (b/b) aktifitas

katalis yang lemah terhadap substrat, sedangkan di atas 25% (b/b) hambatan produk

berasal dari telah penuhnya ruang aktif katalis yang berikatan dengan substrat. Berarti

dalam keadaan ini reaksi tidak melakukan reaksi epoksidasi. Berdasarkan hasil di atas

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
ditetapkan jumlah konsentrasi katalis amberlite pada level terkode sebagai center

point sebesar 25% dalam desain response surface methodology (RSM) yang akan

digunakan.

4.1.2.2 Penentuan Nilai Temperatur

Reaksi epoksidasi dengan katalis amberlite pada umumnya dapat bereaksi

pada temperatur antara 25 75C. Untuk menentukan nilai atau harga temperatur

pada level terkode mengacu pada penelitian Rusch gen Klass (1996) yang melakukan

penelitian epoksidasi asam lemak tidak jenuh pada minyak kedelai untuk merubah

ikatan rangkap karbon (C=C) pada temperatur 40C. Sementara itu, T. Vlcek dan Z.

S. Petrovic (2006) melakukan penelitian optimasi epoksidasi minyak kedelai secara

enzimatik pada suhu 25C dan 50C. Sofiah (1989) melakukan penelitian hidrolisis

minyak biji karet dengan katalis amberlite pada suhu 50C - 75C. Maka dilakukan

percobaan epoksidasi yang mengacu kepada ketiga penelitian tersebut dengan

menggunakan temperatur reaksi sebesar 46C, 52C, 60C, 65C, 70C dan 80C.

Reaksi dilakukan dengan besar konsentrasi katalis sebesar 25% (b/b). Setelah waktu

reaksi mencapai 24 jam dilakukan pengambilan sampel guna dianalisa bilangan

oksigen oksirennya. Hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 11. berikut ini.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
2.5
% B ilang anOks iranOks ig en

1.5

0.5

0
46 51 56 61 66 71 76 81 86

T e m pe ra tur(oC )

Gambar 11. Pengaruh Level Temperatur Terhadap % Bilangan Oksigen Oksiren

Dari Gambar 4.2. dapat diketahui bahwa untuk reaksi dengan bilangan

oksigen oksiren yang semakin meningkat terdapat pada suhu 66OC - 71OC .

Perolehan produk epoksi yang terbaik terdapat pada suhu 70OC, tetapi pada saat

temperatur yang lebih tinggi di atas 75OC dan pada suhu di bawah 60OC , aktifitas

katalis menurun sehingga perolehan epoksi juga mengalami penurunan. Hal ini terjadi

karena pada suhu di bawah 60OC katalis amberlite kurang aktif bekerja, sedangkan

pada suhu di atas 75OC mengakibatkan katalis amberlite mengalami proses denaturasi

(hilangnya nutrisi pada substrat). Berdasarkan hasil di atas, ditetapkan temperatur

70OC sebagai nilai center point dalam desain response surface methodology (RSM)

yang akan digunakan.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
4.1.2.3 Penentuan Waktu Reaksi

Penentuan waktu reaksi bergantung kepada senyawa yang digunakan sebagai

katalisatornya. Pada umumnya, reaksi yang melibatkan katalis hayati berlangsung

dalam waktu reaksi yang cukup lama, hal ini berkaitan dengan kemampuan katalis

untuk mensintesa suatu substrat pada reaksi epoksidasi asam lemak tidak jenuh

minyak kedelai selama 10 66 jam (Rusch gen Klass,1996). Penelitian epoksidasi

dengan katalis heterogen pada umumnya menggunakan waktu lebih singkat (Sinaga,

Mersi S., 2005). Hal ini berkaitan dengan kemampuan katalisator untuk merombak

atau mensintesa suatu substrat pada kondisi tertentu. Tujuan penentuan waktu reaksi

adalah untuk mengetahui waktu terbaik yang dibutuhkan dalam reaksi epoksidasi.

Reaksi dilakukan pada suhu 70C dan konsentrasi katalis 25% (b/b). Reaksi

berlangsung selama 3 - 28 jam. Waktu yang ditentukan ini berdasarkan penelitian

Mersi (2005) yang melakukan penelitian epoksidasi metil ester asam lemak destilat

selama 100 160 menit. Selama waktu reaksi yang telah ditentukan dilakukan analisa

bilangan oksigen oksiren. Hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar 12.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
2.5
% B ilang anOks iranOks ig en

1.5

0.5

0
3 8 13 18 23 28 33 38 43 48 53

Wa ktuR e a ksi(J a m )

Gambar 12. Pengaruh Level Waktu Terhadap % Bilangan Oksigen Oksiren

Gambar 12. memperlihatkan bilangan oksigen oksiren (%) terhadap waktu

pada reaksi epoksidasi pada berbagai variasi waktu reaksi pada masing-masing

jumlah katalis 25% (b/b) dengan temperatur reaksi 70C. Gambar 4.3. menunjukkan

persen bilangan oksigen oksiren cenderung meningkat pada waktu reaksi selama 24

jam, sedangkan pada waktu di bawah 18 jam dan di atas 25 jam menunjukkan nilai

bilangan oksigen oksiren yang sangat rendah. Hal ini terjadi karena pada waktu di

bawah 18 jam dimungkinkan reaksi antara katalis dan Me.ALSD yang diiringi

penambahan hidrogen peroksida sehingga terjadi pembatasan oleh substrat terhadap

reaksi epoksidasi, sedangkan pada waktu di atas 25 jam atau saat pencapaian titik

waktu optimum, ikatan rangkap mulai menurun yang berarti senyawa sudah

mendekati jenuh, maka reaksi epoksidasi berjalan lambat yang mengakibatkan

kandungan senyawa epoksi yang dihasilkan menurun. Mengarah pada konsep dan

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
kondisi tersebut maka center point ditetapkan waktu reaksi selama 24 jam dalam

desain response surface methodology (RSM) yang akan digunakan untuk optimasi

reaksi epoksidasi dengan katalis amberlite.

4.2. Optimasi Epoksidasi Menggunakan Katalis amberlite

Reaksi epoksidasi Me.ALSD direaksikan menggunakan katalis amberlite.

Reaksi ini menggunakan metode Respons Surface Methodology (RSM) meliputi

variabel konsentrasi katalis (b/b), temperatur reaksi dan waktu reaksi dengan desain

percobaan berbentuk Central Composite Design (CCD).

Tabel 7. Level Terkode Epoksidasi

Perlakuan Terkode
Perlakuan
-1,682 -1 0 1 1,682
Katalis (% b/b) 15 19 25 31 35
Temperatur (C) 60 64 70 76 80
Waktu reaksi (Jam) 14 18 24 30 34
Level-level pada variabel di atas diperoleh dengan mempertimbangkan batas-

batas pengoperasian alat-alat dan bahan-bahan penelitian serta sifat-sifat reaktan.

Respon yang diamati untuk diukur adalah konversi oksigen oksiren yang terbentuk

setelah reaksi berlangsung. Konversi oksigen oksiren yang diperoleh pada setiap run

dianalisa menggunakan Gas Cromatografy (GC). Percobaan terdiri atas 20 kombinasi

pada berbagai variasi jumlah katalis, temperatur reaksi dan waktu reaksi. Penelitian

ini memilih CCD sebagai bentuk desain eksperimen disebabkan oleh CCD

memberikan rancangan yang sistematik untuk memperoleh interaksi antar variabel.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Dari rancangan CCD ini akan diperoleh interaksi dari ketiga variabel yaitu

konsentrasi katalis (X1), temperatur reaksi (X2) dan waktu reaksi (X3). Rumus untuk

mencari harga oksigen oksiren ( O O ) teori dan Persen konversi oksigen oksiren

dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berikut adalah hasil konversi oksigen oksiren percobaan yang telah

dilakukan.

Tabel 8. Hasil Percobaan

No Konsentrasi Katalis Temperatur Reaksi Waktu Reaksi


Amberlite (%b/b) (X2) (X3) Konversi
(X1) (%)

Aktual Kode Aktual Kode Aktual Kode


1 19 -1 64 -1 18 -1 7,388
2 31 1 64 -1 18 -1 10,944
3 19 -1 76 1 18 -1 16,277
4 31 1 76 1 18 -1 13,368
5 19 -1 64 -1 30 1 11,429
6 31 1 64 -1 30 1 16,115
7 19 -1 76 1 30 1 11,105
8 31 1 76 1 30 1 6,742
9 15 -1,682 70 0 24 0 8,035
10 35 1,682 70 0 24 0 11,590
11 25 0 60 -1,682 24 0 10,782
12 25 0 80 1,682 24 0 9,651
13 25 0 70 0 14 -1,682 12,075
14 25 0 70 0 34 1,682 7,550
15 25 0 70 0 24 0 70,575
16 25 0 70 0 24 0 70,155
17 25 0 70 0 24 0 69,121
18 25 0 70 0 24 0 70,802
19 25 0 70 0 24 0 66,050
20 25 0 70 0 24 0 68,442

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Matrik eksperimental (Tabel 4.4.) untuk rancangan tiga faktor dengan dua

level (23) yang terdiri dari 8 run pertama (run 1-8) dengan level terkode (1) untuk

masing faktor. Selanjutnya 6 run yang disebut star point dengan level terkode ()

sebagai significant curvature effect (run 9-14), sedangkan 6 run tambahan (run 15-

20) memuat titik pusat (center point) sebagai perkiraan daerah pusat.

4.2.1 Analisa Pengaruh Variabel

Pengaruh signifikansi variabel-variabel yang digunakan dapat diobservasi dari

hasil pengolahan data percobaan. Analisa statistika untuk signifikansi pengaruh dari

ketiga variabel yaitu konsentrasi katalis (X1), temperatur reaksi (X2) dan waktu reaksi

(X3) dari masing-masing konsentrasi katalis serta interaksinya masing-masing

tercantum pada Tabel 9. berikut ini.

Tabel 9. Hasil Statistika Minitab 14 Untuk Response Surface Methodology (RSM)

Hasil Analisa Statistika


Parameter
Koefisien Nilai p

Konstanta -1245,26 0,000


Konsentrasi katalis amberlite (X1) 16,05 0,000
Temperatur reaksi (X2) 28,07 0,000
Waktu reaksi (X3) 9,83 0,000
Konsentrasi katalis amberlite (X1*X1) -0,31 0,000
Temperatur reaksi (X2*X2) -0,20 0,000
Waktu reaksi (X3*X3) -0,16 0,000
X1*X2 -0,02 0,136
X1*X3 -0,00 0,974
X2*X3 -0,02 0,053
R2 0,992
Nilai p Pemodelan 0,120
Keterangan : * Faktor signifikansi (p<0,05)

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Berdasarkan hasil analisa statistika di atas, dapat diketahui bahwa konsentrasi

katalis amberlite memberikan pengaruh yang positif sebesar 16,05 dan signifikan

terhadap pembentukan produk. Tetapi kuadrat variabel konsentrasi katalis

memberikan pengaruh negatif sebesar -0,31 dan interaksinya dengan temperatur

memberikan efek negatif yaitu sebesar -0,02, begitu pula interaksi konsentrasi katalis

amberlite dengan waktu reaksi yang memberikan efek negatif -0,00 dengan nilai p

0,974. Hal ini menunjukkan adanya batasan dalam penggunaan katalis amberlite,

temperatur dan waktu reaksi yang dilibatkan pada reaksi. Temperatur reaksi turut

memberikan pengaruh yang signifikan dan positif yang cukup besar dibandingkan

variabel lainnya sebesar 28,77. Tetapi interaksinya dengan waktu reaksi (X2.X3)

memberikan efek negatif yang tidak signifikan (-0,02).

Variabel waktu reaksi, turut memberikan efek yang singnifikan dan positif

sebesar 9,83. Interaksi temperatur dengan variabel reaksi lainnya juga tidak

signifikan. Ini menunjukkan bahwa laju reaksi katalis amberlite antara Me.ALSD

dengan hidrogen peroksida banyak dipengaruhi oleh besarnya temperatur reaksi dan

waktu reaksi terhadap metil ester asam lemak sawit distilat, sedangkan peningkatan

konsentrasi katalis amberlite memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap

laju pembentukan produk epoksi. Namun penggunaan variabel temperatur reaksi dan

waktu reaksi juga memiliki batasan tertentu, sebab dalam reaksi katalis amberlite

tidak dikenal adanya hambatan oleh substrat.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Selanjutnya, model persamaan yang dapat menunjukkan hubungan variabel

reaksi dan interaksinya terhadap % konversi oksigen oksiren dengan nilai toleransi

galat sebesar p >| T | = 0,005 diperoleh sebagai berikut :

Y = -1245,26 + 16,05X1 + 28,77X2 + 9,83X3 0,31X12 0,20X22 0,16X32

(Pers. 4.1.)

Model orde dua yang diperoleh akan diplot sebagai respon permukaan dan

kontur permukaan tiga dimensi untuk mengekspresikan respon % konversi dari

percobaan.

4.2.1.1 Pengaruh Temperatur dan Konsentrasi Katalis Terhadap Konversi


Oksigen Oksiren

Interaksi dari tiga variabel percobaan dalam desain central composite design

(CCD) dianalisa melalui respon permukaan (surface response) dan countur. Respon

permukaan dan grafik kontur tiga dimensi untuk pengaruh konsentrasi katalis

amberlite terhadap temperatur dapat diplot dimana respon konversi sebagai sumbu y,

temperatur sebagai sumbu x dan konsentrasi katalis pada sumbu z dengan waktu

reaksi tetap. Dari respon tersebut akan diketahui level variabel yang dapat digunakan

untuk mendapatkan konversi oksigen oksiren optimum.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
50

Konversi (%)
0

40
-50 30
50 20 Konsentrasi k atalis (% b/b)
60 70 80 10
T emperatur (oC)

Gambar 13. Respon Permukaan dari Temperatur dan Konsentrasi Katalis Terhadap
Konversi Oksigen Oksiren

Gambar 13. di atas menunjukkan ekspresi respon permukaan % konversi

oksigen oksiren pada temperatur terhadap metil ester asam lemak sawit distilat tetap.

Terlihat bahwa peningkatan konsentrasi katalis amberlite tidak berpengaruh dalam

perolehan % konversi, sedangkan temperatur pada level tertentu. Ekspresi permukaan

kurva menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi terhadap temperatur terdapat pada

pusat lengkungan kurva. Hal ini memungkinkan penggunaan temperatur yang

moderat yaitu 64oC 70oC pada reaksi untuk perolehan produk optimum yang

diwujudkan oleh pengaruh terbesar dan positif sebesar 28,77. Untuk penggunaan

konsentrasi katalis yang tinggi pada temperatur yang moderat tidak dapat

meningkatkan perolehan produk, yang diekspresikan dari interaksi bernilai negatif

dari variabel konsentrasi katalis amberlite dan temperatur (X1.X3). Tetapi pengaruh

yang diberikan oleh temperatur lebih besar dari pada konsentrasi katalis. Hal ini

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
menunjukkan katalis amberlite kurang aktif bekerja untuk mensintesa substrat pada

kondisi tertentu.

20
35 -20

0
0

30
Konsentrasi katalis (%)

60

25

20

15
40

-20 0
0
10
55 60 65 70 75 80 85
Temperatur (oC)

Gambar 14. Kontur dari Plot Temperatur reaksi Terhadap Konsentrasi Katalis

Dari kontur di atas, dapat diketahui bahwa dengan mendesain kondisi

temperatur pada 64oC - 67oC serta konsentrasi katalis amberlite pada 25% b/b dapat

menghasilkan perolehan % konversi oksigen oksiren yang maksimum. Pada

temperatur 64oC - 67oC memungkinkan adanya peningkatan aktifitas katalis terhadap

reaksi epoksidasi. Kenaikan temperatur pada penggunaan konsentrasi katalis pada

level tetap pada awalnya akan meningkatkan perolehan produk. Tetapi pada akhirnya,

kenaikan temperatur akan menurunkan perolehan produk. Hal ini menunjukkan

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
bahwa pada temperatur >67oC katalis kurang aktif bekerja. Kondisi ini

mengekspresikan bahwa temperatur dapat memicu aktifitas katalis pada substrat

Me.ALSD pada reaksi epoksi. Penggunaan temperatur >67oC dapat mengakibatkan

katalis mengalami proses denaturasi. Apabila proses denaturasi terjadi, maka bagian

aktif katalis akan berkurang dan kecepatan reaksinya akan mengalami penurunan.

4.2.1.2 Pengaruh Waktu Reaksi dan Konsentrasi Katalis Terhadap Konversi


Oksigen Oksiren

50

Konversi (%)
0

40
-50 30
10 20 Konsentrasi k atalis (% b/b)
20 30 10
40
Wak tu reak si (Jam)

Gambar 15. Respon Permukaan dari Waktu Reaksi dan Konsentrasi Katalis
Terhadap Konversi Oksigen Oksiren

Respon permukaan menggambarkan, bahwa pada konsentrasi katalis amberlite

18% (b/b), perolehan % konversi oksigen oksiren meningkat seiring dengan lamanya

waktu pada reaksi. Hal ini diwujudkan oleh analisa statistik yang memberikan nilai

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
positif pada variabel waktu reaksi dan temperatur. Tetapi pengaruh yang signifikan

dan tajam lebih diberikan oleh variabel temperatur dibandingkan dengan waktu

reaksi. Karena perubahan temperatur epoksidasi terhadap Me.ALSD mempengaruhi

hasil pembentukan senyawa epoksi. Hal ini juga ditunjukkan oleh interaksi antara dua

variabel tersebut (X2.X3) yang memberikan respon negatif dan tidak signifikan.

Grafik tiga dimensi untuk pengaruh waktu reaksi terhadap konsentrasi katalis

amberlite, memperlihatkan bahwa perolehan produk terbesar berada pada kondisi

waktu reaksi pada titik pusat (center point)

20 -20
35
0 0

30
konsentrasi katalis (%)

60

25

20

15
40

0 -20
-20 0
10
10 15 20 25 30 35 40
waktu reaksi (jam)

Gambar 16. Kontur dari Plot Waktu Reaksi Terhadap Konsentrasi Katalis

Respon kontur menunjukkan bahwa untuk mendapatkan perolehan persentase

produk oksigen oksiren yang maksimum, variabel waktu reaksi dapat didesain pada

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
waktu 24 jam dan konsentrasi katalis pada 25% b/b. Pada kondisi tersebut, perolehan

konversi dapat mencapai 71%. Hal ini diikuti dengan tinjauan bahwa untuk

penggunaan waktu reaksi yang lebih besar dari 24 jam baik pada konsentrasi katalis

yang rendah diperoleh penurunan konversi produk.

Kondisi ini merupakan hasil interaksi antara katalis amberlite dengan waktu

reaksi yang bernilai negatif yang signifikan. Hal ini dimungkinkan oleh reaksi antara

katalis dengan Me.ALSD, yang diiringi dengan penambahan hidrogen peroksida

sehingga terjadi pembatasan terhadap reaksi epoksidasi ini. Sehingga tidak ada lagi

ruang aktif (active site) dalam katalis untuk dapat berikatan atau mengadakan kontak

dengan substrat. Setelah membentuk reaksi epoksidasi yang aktif dan bersifat

sementara, maka akan terurai kembali apabila reaksi yang diinginkan untuk

pembentukan produk telah terjadi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan rasio

substrat tidak lagi mampu meningkatkan konversi produk.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
4.2.1.3 Pengaruh Waktu dan Temperatur Reaksi Terhadap Konversi Oksigen
Oksiren

50

Konversi (%)
0

-50 80
70
60 Temperatur (oC)
10 20 30 40 50
Wak tu reak si (Jam)

Gambar 17. Respon Permukaan dari Waktu dan Temperatur Reaksi Terhadap
Konversi Oksigen Oksiren

Respon permukaan menunjukkan bahwa konversi oksigen oksiren meningkat

seiring dengan peningkatan temperatur dan waktu reaksi hingga batasan tertentu yaitu
o
pada temperatur 75 C dan 24 jam. Jika melebihi dari batasan tersebut akan

menyebabkan aktifitas katalis amberlite akan terhenti. Plot permukaan ini

mengekspresikan bahwa peningkatan konversi oksigen oksiren lebih tajam pada

peningkatan temperatur dibandingkan dengan bertambahnya waktu reaksi.

Bertambahnya waktu reaksi akan menyebabkan peningkatan konsentrasi campuran.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Pada konsentrasi substrat yang tinggi peluang terjadinya tumbukan antar partikel

semakin besar, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi epoksidasi semakin besar.

Hal ini bersesuaian dengan hasil analisis statistika, bahwa variabel yang

memberikan signifikansi terbesar kedua dan positif adalah waktu reaksi sebesar 9,83.
o
Hal ini ditunjukkan pada kondisi reaksi dengan temperatur yang rendah 64 C,

memberikan kisaran konversi sebesar 66% bila waktu reaksi terhadap asam lemak

sawit distilat dinaikkan.

85 25 -25

0
80 0
Temperatur (oC)

75

70

65

60 50

0
55 0

10 15 20 25 30 35 40
Waktu reaksi (Jam)

Gambar 18. Kontur dari Plot Waktu dan Temperatur Reaksi

Permukaan kontur menunjukkan bahwa untuk nilai maksimum konversi

oksigen oksiren dapat diperoleh apabila Waktu Reaksi berada pada Waktu Reaksi 24

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
o o
jam, sedangkan pada temperatur 67 C - 70 C. Pada kondisi reaksi ini, dapat

diperoleh konversi oksigen oksiren mencapai 71%.

Temperatur memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada waktu reaksi

terhadap pembentukan oksigen oksiren. Karena katalis amberlite dapat melakukan


o
aktifitas terhadap subtrat pada temperatur 45 C dan akan menunjukkan aktifitas yang

o
lemah pada temperatur lebih dari 45 C (Yadav, dkk, 2001). Pada kondisi waktu reaksi

yang moderat (24 jam), penambahan waktu reaksi pada awalnya mampu

meningkatkan perolehan secara tajam, tetapi pada akhirnya akan memberikan

penurunan konversi yang cukup besar, begitu juga dengan peningkatan temperatur.

Kondisi ini terlihat dari analisa statistik, bahwa temperatur memberikan pengaruh

sebesar 28,77 sedangkan waktu reaksi memberikan pengaruh sebesar 9,83 terhadap

produk.

Hal ini berhubungan dengan adanya hambatan oleh produk pada reaksi katalis

amberlite. Dalam hambatan produk, aktifitas katalis secara langsung dipengaruhi oleh

konsentrasi dan produk didalam lingkungan reaksi epoksidasi. Pada kondisi ini,

hambatan produk dapat terjadi karena telah penuhnya ruang aktif katalis yang

berikatan dengan asam peroksida , sehingga katalis tidak mampu lagi bereaksi dengan

substrat.

Dari hasil olah data Response Surface Methodology kondisi optimum reaksi

diperoleh pada konsentrasi katalis sebesar 25% (b/b), temperatur 70oC dan waktu

reaksi selama 24 jam dengan konversi oksigen oksiren sebesar 70,802 %. Besar

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
konversi tersebut lebih baik dibandingkan dengan hasil konversi epoksidasi secara

kimia menggunakan katalis homogen H2SO4 yaitu sebesar 63,78% (Sinaga, Mersi S.,

2005).

Bahan baku Me.ALSD dianalisa FT-IR (Fourier Transform Infra Red/Analisa

Bilangan Gelombang) menunjukkan tidak terdapatnya pita hidroksi (ikatan O-H) dan

pita oksigen oksiren (ikatan C-O-C), Sementara ikatan alkil (ikatan C-H) sebesar

2854,25 cm-1 dan pita ester (ikatan C=O) sebesar 1743,93 cm-1 (Lampiran 6).

Hasil analisa FT-IR dari reaksi epoksidasi menunjukkan bahwa pada

temperatur 70OC dan waktu reaksi 24 jam menunjukkan adanya pembentukan epoksi

hidroksi. Kondisi ini menunjukkan bahwa penambahan waktu reaksi memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap reaksi epoksidasi. Analisa FT-IR pada temperatur

70OC dan waktu reaksi 24 jam menunjukkan pita hidroksi pada 3463,83 cm-1 (ikatan

O-H), ikatan alkil (ikatan C-H) 2925,52 cm-1 serta pita ester (C=O) pada 1742,76

cm-1, sedangkan puncak pita oksiran (ikatan C-O-C) pada 1247,36 cm-1 dan 843,09

cm-1 (Lampiran 6).

Hasil analisa bahan baku dan senyawa epoksi memberikan respon yang baik

terutama pada pita hidroksi (ikatan O-H) dan pita oksigen oksiren menunjukkan

kenaikan yang signifikan sebesar 3463,83 cm-1 dan 1247,36 cm-1. Pada ikatan alkil

(ikatan C-H) terjadi kenaikan dari bahan baku dan senyawa epoksi sebesar 2925,02

cm-1 menjadi 2925,52 cm-1, untuk pita ester (ikatan rangkap 2 antara C dan O) ikatan

C=O terjadi penurunan dari bahan baku dan senyawa epoksi sebesar 1743,93 cm-1

menjadi 1742,76 cm-1, hal ini memberikan bukti terjadinya pemutusan ikatan rangkap

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
pada senyawa hasil epoksidasi. Pemutusan ikatan rangkap yang digambarkan dari

hasil FT-IR bahan sebesar Bilangan gelombang analisa FT-IR pada gugus epoksida

(pita oksigen oksiren) sama dengan hasil yang diperoleh Ayorinde, dkk (1990) dan

Siddiqi, dkk (1984) untuk senyawa epoksi alami dari Vernonia galamensis, yaitu pada

bilangan gelombang sekitar 1250 cm-1 dan 846 820 cm-1. Pada penelitian Vlcek,

dkk (2006) untuk senyawa epoksi dari minyak kedelai secara enzimatik juga

menghasilkan bilangan gelombang pada gugus epoksida sekitar 822 cm-1 dan 833

cm-1.

4.3. Analisa Variansi (ANAVA)

Pengujian model persamaan regresi yang diperoleh dilakukan dengan

menggunakan analisa variansi (ANAVA). Akurasi sebuah model persamaan regresi

dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R2. Sebab nilai koefisien determinasi R2

mencerminkan besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel penelitian (Iriawan

dkk, 2006). Semakin besar nilai R2 suatu model, maka model semakin baik. Variabel

bebas yang digunakan akan menunjukkan pengaruh dan interaksi yang akan tercermin

dari persamaan regresi. Berikut adalah hasil analisa ANAVA untuk analisa regresi

data eksperimental.

Tabel 10. ANAVA Model Persamaan Regresi Pada Epoksidasi Asam Lemak Sawit
Distilat Menjadi Epoksi Menggunakan Minitab 14

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
FAKTOR SS DK MS F P

Regresi 14271,6 9 1585,73 138,69 0,000


Linier 11,2 3 2131,43 186,42 0,000
Kuadratik 14175,2 3 4725,06 413,26 0,000
Interaksi 85,3 3 28,43 2,49 0,120
Residual Error 114,3 10 11,43 - -
Lack Of Fit (LOF) 98,5 5 19,69 6,20 0,033
Pure Error 15,9 5 3,17 - -
Total 14385,9 19 - - -
2
R 99,2% - - - -
R2 (Adj) 98,5% - - - -
S 3,381 - - - -
Keterangan : SS = Sum of Square; MS = Mean of Square; DK : Derajat Kebebasan

Hasil analisa pada Tabel 4.6. menunjukkan koefisien determinasi (R2) sebesar

99,2%. Nilai R2 (Adj) sebesar 98,5% dengan nilai S sebesar 3,381. Semakin besar

nilai R2 suatu model, maka model semakin baik, karena sebanyak 99,2% perolehan

epoksi ditunjukkan oleh tiga variabel penelitian, yaitu konsentrasi katalis amberlite,

temperatur dan waktu reaksi. Berdasarkan analisa variansi (ANAVA) model regresi

yang tepat untuk epoksi asam lemak sawit distilat dengan menggunakan 3 variabel

bebas adalah regresi linier. Untuk regresi linier ditunjukkan dengan F sebesar 186,42

dengan nilai P = 0,00 (faktor signifikansi Kolmogorov Smirnov = 0,05), hal ini

mencerminkan bahwa regresi linier merupakan model persamaan yang signifikan.

Untuk regresi kuadratik ditunjukkan dengan F sebesar 413,26 dengan nilai P = 0,00.

Sedangkan untuk interaksi ditunjukkan dengan F sebesar 2,49dan nilai P = 0,120.

Untuk model regresi kuadratik dan interaksi menunjukkan model yang tidak

signifikan, karena nilai P pengamatan telah melampaui faktor signifikansi 5%.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Selain melalui analisa variansi, uji kenormalan model juga dapat dilihat

melalui lack of fit. Hasil analisis pada Tabel 10. menunjukkan hasil uji lack of fit

(LOF) yang juga dapat digunakan untuk menguji kecukupan model. Bila digunakan

sebuah hipotesis

Hipotesisnya adalah :

H0 : Tidak ada lack of fit

H1 : Ada lack of fit

Hipotesis awal yang mengatakan tidak ada lack of fit berarti model yang

dibuat telah sesuai dengan data, sedangkan hipotesis alternatif berarti model yang

telah dibuat belum mewakili data.

Daerah Penolakan

Hipotesis awal (H0) akan ditolak bila nilai p kurang dari nilai , sebaliknya,

hipotesis awal akan gagal tolak apabila nilai p melebihi . Dari hasil analisis

statistika, diperoleh harga lack of fit bernilai 0. Apabila digunakan nilai sebesar 5%,

maka hal ini menunjukkan bahwa model yang dibuat telah dapat mewakili data.

4.3.1 Uji Verifikasi Model Penelitian

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
4

1
Residual

-1

-2

-3

-4

0 10 20 30 40 50 60 70
Fit t e d V a lue

Gambar 19. Plot Residual Dengan Taksiran Model

1
Residual

-1

-2

-3

-4

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Obse rv a t ion Order

Gambar 20. Plot Residual Dengan Order Model

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Untuk memeriksa kecukupan model, tidak hanya melihat data lack of fit

(LOF) saja, tetapi juga harus dilakukan analisa residual. Ada tiga hal yang harus

dilalakukan dalam analisa residual, yaitu :

1. Membuat plot antara residual dengan taksiran model (Gambar 19.)

2. Membuat plot antara residual dengan order model (Gambar 20.)

3. Memeriksa kenormalan residual (Gambar 21.)

Gambar 19. menunjukkan titik-titik telah membentuk sebuah pola yang acak,

hal ini dapat menyimpulkan bahwa model regresi yang dibuat telah cukup tepat

dengan data. Gambar 20. digunakan untuk memeriksa residual dengan order model.

Dalam analisa statistika Minitab 14, dapat dilakukan analisa terhadap unusual

observation. Unusual observation adalah kondisi dimana residual antara nilai

pengamatan dengan prediksi memiliki penyimpangan yang cukup besar dari

pengamatan lainnya. Dengan adanya analisa terhadap besarnya nilai penyimpangan,

dapat dilakukan penajaman dan peninjauan pengamatan pada penelitian selanjutnya.

Berdasarkan analisa statistika (output ANAVA pada Lampiran 3) untuk penelitian

epoksidasi Me.ALSD dengan menggunakan tiga variabel bebas ini, diketahui unusual

observation berada pada run (order model) 4, 8 dan 18.

Berdasarkan analisa statistika terhadap taksiran model, konversi epoksi

(oksiran) yang diperoleh untuk run 4, 8 dan 18 secara berturut-turut adalah 13,368%,

6,742% dan 70,802%. Tahap selanjutnya untuk verifikasi model persamaan adalah

dengan menganalisa uji kenormalan residual. Interpretasi kenormalan dilakukan

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (KS), sehingga besarnya nilai yang

digunakan adalah 5%. Berdasarkan data statistika Kolmogorov Smirnov pada

lampiran 4 untuk = 0,05 dan jumlah pengamatan sebanyak 20 pengamatan

diperoleh 0,294 (uji dua arah). Nilai ini akan dijadikan pedoman dalam pengambilan

kesimpulan berdasarkan hasil uji kenormalan data penelitian.

99

95

90

80
70
Percent

60
50
40
30
20

10

1
-5.0 -2.5 0.0 2.5 5.0
Residual

Gambar 21. Plot Distribusi Normal Residual Model Regresi

Gambar 21. di atas menunjukkan bahwa titik residual yang dihasilkan telah

sesuai atau mendekati garis lurus yang ditentukan berdasarkan data (residual), maka

residual telah mengikuti distribusi normal. Sebaliknya, apabila residual tidak

mengikuti garis lurus atau banyak penyimpangan, maka ada indikasi bahwa residual

tidak mengikuti distribusi normal. Keputusan bahwa suatu data telah mengikuti

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
distribusi normal diperkuat oleh informasi rata-rata dan standar deviasi residual

sebesar 76,06 dan 5,852. Rata-rata residual sangat kecil karena mendekati 0. Nilai

statistik Kolmogorov Smirnov pengamatan adalah 0,166 dan nilai p uji normal

residual grafik melebihi 15%. Nilai statistik Kolmogorov Smirnov yang diperoleh dari

pengamatan kurang dari nilai statistik Kolmogorov Smirnov pada Lampiran 4, yaitu

0,294. Oleh karena itu, kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual

model regresi linier yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. Sehingga, asumsi

kenormalan residual pada suatu model regresi telah dipenuhi oleh model regresi linier

sehingga model regresi yang dibuat telah sesuai dan dapat digunakan.

4.4. Analisa Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi dan Bilangan Asam

Hasil analisa bilangan iod, bilangan hidroksi dan bilangan asam bahan baku

Me.ALSD dapat dilihat pada Tabel 5. Dari hasil tersebut bilangan iod mengalami

penurunan dari 50,651 mg/g menjadi 2,150 mg/g setelah epoksidasi dapat dilihat pada

Tabel 11.

Bilangan iod menunjukkan banyaknya jumlah ikatan rangkap (tidak jenuh)

dalam minyak dan lemak. Bilangan iod juga sebagai indikator tingkat epoksidasi

dimana bilangan iod akan mengalami penurunan seiring dengan semakin tingginya

tingkat epoksi. Penurunan bilangan iod disebabkan degradasi ikatan rangkap oleh

senyawa asam peroksi menghasilkan senyawa epoksi. Dari hasil penelitian Sinaga,

Mersi S., (2005) yang melakukan epoksidasi menggunakan katalis asam sulfat

menunjukkan bilangan iod menurun seiring meningkatnya konversi epoksi.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Bilangan hidroksi bahan baku Me.ALSD sebesar 0,6592 mg KOH/g

mengalami peningkatan pada senyawa epoksi menjadi 2,624 mg KOH/g. Hal ini

memberikan bukti terjadinya pemutusan ikatan rangkap pada senyawa hasil

epoksidasi. Terbentuknya gugus hidroksi (ikatan O-H) sehingga meningkatkan

bilangan hidroksi pada larutan senyawa epoksi ini disebabkan oleh pembentukan hasil

reaksi samping yaitu hidrolisis terhadap metil ester. Ini dikarenakan katalis amberlite

merupakan katalisator dengan efisiensi yang tinggi dan dirancang untuk mengkatalisis

antar reaksi-reaksi lain (Merck KgaA, Darmstadt Catalog Chemical Reagent, 2002).

Keberadaan katalis amberlite asam peroksida sebagai oksidanya dapat dengan mudah

menyerang ester lemah secara relatif dari ikatan rangkap minyak nabati (Vlcek, dkk,

2006).

Bilangan asam bahan baku Me.ALSD sebesar 5,8899 mg KOH/g mengalami

peningkatan pada senyawa epoksi menjadi 15,153 mg KOH/g. Hal ini

memperlihatkan bertambahnya asam lemak jenuh dan berkurangnya kadar asam

lemak tidak jenuh dengan terjadinya pemutusan ikatan rangkap (C=O).

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Tabel 11. Hasil analisa Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi dan Bilangan Asam
Senyawa Epoksi

Parameter Hasil

Bilangan Hidroksi (mg KOH/g) 2,624


Bilangan Iodin (mg/g) 2,150
Bilangan Asam (mg KOH/g) 15,153

Hubungan Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi dan Bilangan Asam dengan Konversi

Oksigen Oksiren digambarkan dengan grafik bar pada Gambar 22.

Gambar 22. Hubungan Bilangan Iod, Bilangan Hidroksi dan Bilangan Asam dengan
Konversi Oksigen Oksiren

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai epoksidasi terhadap

Me.ALSD menggunakan katalis amberlite, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,

yaitu :

1. Kondisi optimum reaksi diperoleh pada konsentrasi katalis amberlite sebesar 25%

(b/b), temperatur reaksi 70oC dan waktu reaksi selama 24 jam dengan konversi

oksigen oksiren sebesar 70,802 %.

5.2. Saran

Untuk penelitian mengenai epoksidasi dari metil ester asam lemak sawit

distilat (Me.ALSD) menggunakan katalis amberlite, beberapa hal berikut ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan penelitian selanjutnya :

1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melakukan studi waktu reaksi,

konsentrasi dan suhu reaksi dan dipilih sebagai variabel tetap. Dengan demikian

penetapan waktu reaksi, konsentrasi dan suhu reaksi dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan konversi oksigen oksiran.

2. Pengaruh jenis dan konsentrasi pelarut pada reaksi epoksidasi dengan katalis

amberlite bisa terjadi pada perbandingan mol hidrogen peroksida terhadap bahan

baku metil ester asam lemak sawit destilat (Me.ALSD) dan dapat digunakan

sebagai variabel bebas.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S., F. Ahmad, and S.M. Osman, 1984, Derivatization of Keto Fatty Acids: V.
Syinthesis and Characterization of 1,3 Dioxolane, JAOCS 61 (9): 1464-1465.

Anonim, 1966, Gas Chromatografic Analysis of The Fatty Acid, Kent Hammarstrand
Applications Chemist, Varian Aerograph, California.

Anonim, 1977, Lipids Analysis, Pergamon International Library, Oxford, New York.

Ayorinde, F.O., Bobby D. Butler and Marcella T. Clayton,1990. Vernonia galamensis


: A rich Source of Epoxy Acid. JAOCS 67 (11) : 844-845.

Carlson, R.D., and S.P.Chang, 1985, Chemical Epoxidation of Natural Unsaturated


Epoxy Seed Oil From Verononia Galamensis and a Look at Epoxy Oil
Market, JAOCS 62 (5): 924-939.

Cochran,W.G., Cox, G.M., 1976, Experiment Designs. 2nd ed John Wiley and Sons
Inc., New York.

Corley, R.V.H., and J.J Hardon, 1976, Oil Palm Research Elsevier Scientific Pub.
Co., New York.

Elisabeth, Jenny., Jatmika,Angga., E.Nainggolan., dan D.M Malau, 1998, Preparasi


Mono-dan Digliserida Dari Minyak Sawit Dengn Gliserolisis Enzimati, Jurnal
Penelitian Kelapas Sawit 6(1): 79-94

Gall, R.J., and F.P. Greenspan, 1995, Epoxy Compound From Unsaturated Fatty Acid
Ester, Industrial and Engineering Chemistry 47(1):147-148.

Gen Klaas, M.R., S. Warwel, 1996, CHemoenzymatic Epoxidation of Unsaturated


Fatty Acid Esters and Plant Oils. JAOCS 73 (11) : 1453 1457.

Godtfredsen, S.E., O. Kirk, and F. Bjorkling, 1991, A Process for Preparing


Peroxocarboxylic Acids Using an Enzyme Catalyst, WO 91/04333.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Haya, Marlina Daniel, 1991, Mempelajari Pembuatan Senyawa Epoksi dari Minyak
Kelapa Sawit Kasar, Tesis. IPB, Bogor.

Haryati, T., dan Buana. L, 1992, Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Kristalisasi
Terhadap Pemisahan Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit, Menara
Perkebunan, 60(3), 94-98.

Haryati, T., dan Oerip,S, 1991, Epoksidasi Metil Ester Asam Lemak dari Fraksi
Olein, Menara Perkebunan, 60(3), 90-94.

Hendrawati, T.Y., 1992, Hidrolisis Minyak Biji Karet dengan Katalisator Reagen
Twitchell, Laporan Penelitian, Yogyakarta, Lab. Proses Kimia Jurusan Teknik
Kimia FT. UGM.

Koto, Zulham S., 1992, Pembuatan Senyawa Epoksi Metil Ester Asam Lemak dari
Fraksi Olein Minyak Sawit, Tesis, IPB, Bogor.

Kumoro, A.C, 1995, Hidrolisis Minyak Biji Kluwak pada suhu diatas 1000C.,
Laporan Penelitian, Yogyakarta, Lab. Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia FT.
UGM.

Kirk, R.E., and D.F. Othmer, 1965, Encyclopedia of Chemical Technology, Vol. 2nd
ed., John Wiley and Hall., London.

Kwart, H., and D. M. Hoffman, 1996, Journal Organic Chemistry Chemical Society
Northampton Streets Easton, Perrisylvania, 31:419-425.

Merck KgaA, Darmstadt, Catalog Chemical Reagent, edited by DR Wolfgang Baden,


2002)

Lemoult, S.C., P.F. Richardson and S.M. Roberts, 1995, Lipase-Catalyzed Baeyer-
Villiger Reactions, J. Chem. Soc., Perkin Trans. I:89.

Paquot, C dan A. Hantfene, 1987, Standart Methods for The Analysis of Oils, Fats,
and Derivates of The IUPAC, Blackwell Scientific Pub, London.
Sadi,S., K. Pamin, and Darnoko, 1995, Preparation of Butyl Epoxystearate From
Palm Oil and Palm Fatty Acid, Paper is presented at 21st World Congres and

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
Exhibition of The International Socienty for Fat Research 1 6 Oct, The
Hagua, Netherland.

Sadi, S., 1992, Proses In- Situ Epoksidasi Minyak Sawit, Buletin Perkebunan, 23 (2),
115 1234.

Sinaga, Mersi S., 2005, Optimasi Proses Pembuatan Senyawa Epoksi dari Metil Ester
Palm Fatty Acid Distillate, Tesis, USU, Medan.

Sofiah, 1989, Hidrolisis Minyak Biji Karet dengan Katalisator Damar Penukar Ion.
Laporan Penelitian, Yogyakarta, Lab. Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia FT.
UGM.

Swern, D., 1982, Baileys Industrial Oil and Fat Producs, Vol 1 dan 2, 4th ed., John
Wiley & Sons, New York.

Upidi , K., 1979, Styrene Butadien, Epoxidation of a Block Polymer, JAPS, 23:3301-
3309.

Vlcek, Tomas and Zoran S.Petrovic, 2006. Optimization of Chemoenzymatic


Epoxidation of Soybean Oil. JAOCS 83 (3) : 247 252.

Warwel, S., M. Ruch gen. Klaas, and M. Sojka, 1991, Formation of Vicinal Diols by
Re2O7-Catalyzed Hydroxylation of Alkenes with Hydrogen Peroxide, J.
Chem. Socs., Chem Commun.:1578-1579.

Wood, W., and J. Termini, 1958, Ion Exchange Resin Catalyst Stability in In Situ
Epoxidation, JAOCS 35(7):331-335.

Yadav, G.D. and K. Manjula Devi, 2001. A. Kinetic Model for Enzyme Catalyzed
Self Epoxidation of Oleic Acid. JAOCS 78 (4) : 347 351.

Yamamura, S., M. Nakamura, and T. Takeda, 1989, Synthesis and Properties of


Destructible Anionic and Cationic Surfactants with a 1,3-Dioxolane ring,
JAOCS 66(8):1165-1170.

Yuliasari, R dan Herawan T., 1999, Peranan H2SO4 Pada Reaksi Epoksidasi Metil
Oleat Asam Lemak Sawit, Warta PPKS 7(2): 81 86.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008
http ://www.Rephis Weblong, 2007.

http : // id.Wikipedia.org/wiki/katalis.

Syawaluddin Nasution : Pembuatan Senyawa Epoksi Dari Metil Ester Asam Lemak Sawit Destilat Menggunakan
Katalis Amberlite, 2009
USU Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai