PENDAHULUAN
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa
Negara industri maju dan Negara berkembang seperti Indonesia.1 Data epidemiologi untuk
gagal jantung di Indonesia belum ada, namun ada Survei Kesehatan Nasional 2003 dikatakan
bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (26,4%)
dan pada Profil Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa penyakit jantung berada di
urutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di
Indonesia.2Di antara 10 penyakit terbanyak pada sistem sirkulasi darah, stroke tidak
berdarahah atau infark menduduki urutan penyebab kematian utama, yaitu sebesar 27 %
(2002), 30%( 2003) , dan 23,2%( 2004). Gagal jantung menempati urutan ke-5 sebagai
penyebab kematian yang terbanyak pada sistim sirkulasi pada tahun 2005.3
GAGAL JANTUNG
2.1 Definisi
Berdasarkan Fraksi Ejeksi, gagal jantung dibagi menjadi :Heart failure with
reduced ejection fraction (HFrEF) merupakan adanya tanda dan gejala gagal jantung
disertai penurunan nilai fraksi ejeksi ventrikel kiri. Heart failure with preserved
ejection fraction (HFpEF) merupakan adanya tanda dan gejala gagal jantung, namun
nilai fraksi ejeksi normal atau menurun sedikit, serta tidak ada dilatasi ventrikel kiri.
Kondisi ini berhubungan dengan kelainan struktural, serperti hipertrofi ventrikel kiri
atau atrium kiri dan atau disfungsi sistolik.3
Tabel 2.1 Klasifikasi Heart Failure berdasarkan Ejection Fraction
Preload
Prinsip dasar Preload telah di deskripsikan oleh Frank Straling.Dalam
percobaannya diyatakan bahwa semakin ventrikel melebar selama fase diastole,
semakin besar pula volume yang di ejeksikan pada fase systole. Pengukuran yang
dapat dilakukan untuk menentukan besarnya Preload adalah Volume Akhir
Diastole (EDV) atau Tekanan Akhir Diastolik (EDP).
Jika Preload meningkat maka EDV akan meningkat dan Stroke Volume
juga akan meningkat melalui mekanisme Frank-Starling. Artinya, fungsi
ventrikel normal dapat mengeluarkan Stroke Volume yang sama dengan volume
pengisian ventrikel selama diastole asalakan Afterload dana Kontraktilitas jantung
normal.Sedangkan jika terdapat gangguan dalam pengisian ventrikel selama fase
diastole, maka EDV akan menutun dan Stroke Volume akan menurun.
Afterload
Afterload menggambarkan tahanan yang harus dilawan oleh ventrikel saat
menjalankan fungsinya untuk mengosongkan ventrikel.Afterload juga
menggambarkan Ventricular Wall Stress.Hipertensi merupakan hal yang paling
sering menyebabkan peningkatan afterload.Hal tersebut menyebabkan ventrikel
harus berkerja lebih keras untuk memompa darah.Peingkatan afaterload
menyebabkan peningkatan Ventricular Systolic Pressure dan End Systolic Volume
serta menyebabkan menurunnya Stroke Volume.
Kontraktilitas
Kontraktilitas merupakan usaha miokardium untuk menyesuaikan keadaan
dengan Preload dan Afterload yang dihasilkan dari reaksi kimia maupun reaksi
neruohormaonal.Semakin tinggi kontraktilitas jantung, semakin tinggi pula Stroke
Volume dan sebaliknya.
2.5 Etiologi
Etiologi gagal jantung dapat dibagi berdasarkan fraksi ejeksi (EF).3
Fibrosis jantung
Immune-mediated
Kardiomiopati peripartum, hipersensitivitas.
Infeksi
Virus, parasit (Changas disease), bacterial
Genetik
SNP (2CDel322-325, 1Arg389 ), riwayat penyakit keluarga, penyakit jantung kongenital.
2.7 Patofisiologi
Gagal Jantung merupakan hasil akhir dari berbagai macam penyakit
kardiovaskular. Penyebabnya seperti yang telah disebutkan di atas dapat dibagi
menjadi 3 kelompok :
a. Gangguan kontraktilitas jantung = Systolic Dysfunction
b. Peningkatan Afterload
c. Gangguan dalam pengisian ventrikel = Diastolic Dysfuntion
Tanda
S3 gallop Pengisian abnormal akibat dilatasi ventrikel
S4 gallop Kekuatan kontraksi atrium yang berlebihan sebagai
kompensasi melawan tekanan ventrikel
Kardiomegali Secara kronik jantung memompa lebih kuat dan terjadi
dilatasi dari otot jantung
2.9.2 Radiologi
2.9.2.1 Foto Rontgen Toraks PA
Dapat menunjukkan adanya kardiomegali dengan tanda Cardio-
Thoracic ratio > 50%. Rontgen toraks juga dapat menunjukan adanya
edema paru sebagai tanda dari kongesti paru
2.9.2.2 Ekokardiografi
Digunakan untuk mencari kelainan structural pada jantung seperti
kelainan katup : Stenosis dan regurgitasi Aorta, Stenosis dan
regurgitasi Mitral dan juga dapat melihat hipertrofi ventrikel, untuk
evaluasi dan monitor fungsi sistolik ventrikel kiri dan kanan secara
regional dan global, fungsi diastolik, struktur dan fungsi valvular,
kelainan perikard, komplikasi mekanis dari infark akut, adanya
disinkroni, juga dapat menilai semi kuantitatif non invasive, tekanan
pengisian dari ventrikel kanan dan kiri, stroke volum dan tekanan arteri
pulmonalis yang dengan demikian dapat menentukan strategi
pengobatan.14
2.10 Diagnosis
Kriteria diagnosis gagal jantung dapat menggunakan kriteria Framingham
yaitu seperti pada tabel 5.
Tabel 2.5. Kriteria Framingham10
Terdapat 2 klasifikasi gagal jantung, yaitu menurut ACCF/AHA dan New York Heart
Asscociation (NYHA) yang menggambarkan progresifitas dan gejala dari gagal
jantung.Klasifikasi menurut ACCF/AHA menggambarkan progresifitas gagal jantung yang
secara individual maupun populasi. Klasifikasi NYHA lebih berfokus kepada kapasitas dan
status penyakit itu sendiri.4
Tabel 2.6. Klasifikasi Derajat ACCF/AHA dan NYHA4
2.12 Tatalaksana
A. Tatalaksana Farmakologis
2.12.1 Penatalaksanaan Gagal Jantung dengan Hipertensi dan Reduced EF
Pada pasien gagal jantung dengan hipertensi, sangat penting untuk
menurunkan dan memantau terus tekanan darahnya. Penggunaan obat diuretic terbukti
mengurangi gejala gagal jantung pada pasien dengan hipertensi. Kombinasi dengan
obat ACE Inhibitor, ARBs, CCB dan Beta Blocker menambah efektivitas.
Gambar 2.8 Rekomendasi Obat Anti Hipertensi
2.12.2 Penatalaksanaan gagal Jantung dengan Coronary Artery Disease
Tabel 2.8 Rekomendasi Pengobatan Pasien Gagal Jantung dengan CAD
Tatalaksana Non-Farmakologis
a) Self-Care
Pasien dengan gagal jantung harus dapat memperhatikan perjalanan pernyakitnya.
Pasien harus diedukasi untuk menjaga gaya hidupnya, belajar untuk dapat beraktivitas
sendiri dan tidak mengandalkan orang lain untuk beraktivitas. Yang terpenting adalah
kesadaran pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan juga kontrol rutin
berkala.
b). Restriksi Garam
c). Penggunaan CPAP untuk mengurangi gejala malam hari saat tidur
d). Latihan fisik dan Cardiac Rehabilitation dengan cara melatih sedikit demi sedikit tbuh
untuk melakukan aktivitas ringan sampai sedang agar membantu menurunkan derajat
gagal jantung. Hal ini sudah diteliti dapat meningkatkan prognosis gagal jantung lebih
baik.
Tabel 2.7. Target pengobatan pada Pasien dengan Gagal Jantung
Target Pengobatan pada Pasien dengan Gagal Jantung Akut
Segera/saat perawatan di ruang intensif
Memperbaiki keluhan-keluhan
Memperbaiki oksigenasi
Memperbaiki perfusi organ dan hemodinamik
Mencegah kerusakan jantung dan ginjal
Perawatan di ruang intensif sesingkat mungkin
Saat Perawatan di ruang perawatan (intermediate)
Stabilkan pasien dan optimalkan strategi terapi
Mulai pengobatan terapi farmakologi yang tepat untuk penyelamatan
Pertimbangan pemasangan alat bantu untuk pasien yang tepat
Perawatan RS sesingkat mungkin
Jangka panjang dan penanganan saat berobat jalan
Rencanakan startegi terapi lanjut
Diingatkan kemabli untuk penyesuaian pola hidup yang tepat
penjelasan mengenai pencegahan sekunder
Pencegahan perawatan ulang
Memperbaiki kualitas hidup dan harapan hidup
2.13 Prognosis
Prognosis tergantung pada penyakit yang mendasari. 5 year mortality rate
antara 45 60 % dengan laki-laki memiliki hasil yang lebih buruk daripada
perempuan. Penyebab kematian dari gagal jantung adalah sudden death karena
Ventrikular Aritmia. Namun perbaikan prognosis dapat di tingkatkan dengan
mengikuti pengobatan secara teratur dan terkontrol.
BAB III
KESIMPULAN
Gagal jantung (heart failure) merupakan sindroma klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau aktifitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur jantung.
Berdasarkan presentasinya, gagal jantung dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal
jantung kronis (menahun), dan acute on chronic heart failure.Terdapat beberapa terminology
dari gagal jantung, yaitu gagal jantung sistolik dan gagal jantung diastolik.Kedua jenis gagal
jantung ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan
jasmani, foto thoraks atau ekokardiografi (EKG) dan hanya dapat dibedakan dengan eko-
Doppler.
Di Indonesia, prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,13 %, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 %. Gagal
jantung memiliki prognosis yang buruk namun memprediksi perburukan sulit ditentukan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Hess OM, Carrol JD. Clinical Assessment of Heart Failure. In: Libby P, Bonow RO, Mann DL,
Zipes DP, editor. Braunwalds Heart Disease. Philadelphia: Saunders; 2007. p. 561-80.
2. Darmojo B. Penyakit Kardiovaskuler pada Lanjut Usia. Dalam : Darmojo B, Martono HH,
editor. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2004. h. 262-264
3. Hardiman A. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007. h. 2-9.
4. Panggabean MM. Gagal Jantung. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th edition.
Jakarta: Interna Publishing;2009: 1583-5
5. Mansjoer A. dkk. (Eds). Kapita Selekta Kedokteran. 3rd edition. Volume 1. Jakarta:
Media Aesculapius. 2001
6. Liwang F, Wijaya IP. Gagal Jantung.In: Kapita Selekta Kedokteran. 4th edition.
Jakarta: MediaAesculapius. 2014
7. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH. 2013
ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: A Report of the
American College of Cardiology Foundation/ American Heart Association Task
Force on Practice Guidelines.2013
8. Tandera M.The epidemiology of heart failure. JRAAS 2004;5suppl1:1-6
9. Bui AL, Horwich TB, Fonarrow GC. Epidemiology and risk profile of heart failure.
Nat Rev Cardiol 2011;8:30-41
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Available at
:depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Accessed May 17,2014
11. Arnold JMO. Heart Falure (HF).MSD Manual Professional Edition. Available at:
http://www.msdmanuals.com/professional/cardiovascular-disorders/heart-
failure/heart-failure-hf
12. Dimitru I, Baker MM, Windle MR, Ooi HH, Brenner BE, Brown DFM, et al. Heart
Failure. Pathophysiology. In: MedScape. Available at:
http://emedicine.medscape.com /article/163062-overview#a3
13. Figueroa MS, Peters JI. Congestif Heart Failure : Diagnosis, Pathophysiology,
Theraphy, and Implications for Respiratory Care.Resp Care 2006;51:403-12
14. Simmons CS, Petzold BC, Pruitt BL. Microsystems for biomimetic stimulation of
cardiac cell. Lap Chip 2012;12:3235-48
15. Yelle D, Chaudhry S. Heart Failure.In: Mc Master Pathophysiology Review.
Available at: http://www.pathophys.org/heartfailure/
16. Arrol B, Doughty R, Andersen V. Clinical Review: Investigation and management of
congestive heart failure. BMJ 2010;364:190-5
17. Manurung D. Gagal Jantung Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 th edition.
Jakarta: Interna Publishing;2009: 1586-95