Anda di halaman 1dari 2

Tugas Va: Contoh aplikasi konsep Mendel yang bisa dipakai contoh untuk manajemen biologi

Muhammad Maulana Sidik

11414055

Contoh pada tumbuhan

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting karena memiliki prospek pengembangan
yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya,
menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesarbagi Indonesia setelah karet dan kopi
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar
(biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan
lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia. Tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari Dura, Pisifera, dan
Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek
umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per
tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel)
yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan
buah. Pada akhirnya, disilangkanlah kelapa sawit tipe Dura dengan kelapa sawit tipe Pisifera yang
menghasilkan kelapa sawit Tenera. Kelapa sawit tenera dianggap bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil.
Kelapa sawit Tenera banyak ditanam secara komersil di perekebunan. Ketebalan cangkang dari Tenera
0.4-4 mm dan di sekelilingnya ada lingkar serabut dan perbandingan mesokarp terhadap buahnya
cukup tinggi mencapai (60-96%). Tenera menghasilkan tandan relatif lebih banyak dibandingkan dura
dan menghasilkan minyak mencapai 22-24% (Soehardjo et al., 1996).

Contoh pada hewan

Beternak saat ini, bukan hanya mengacu pada pemenuhan kebutuhan protein hewani saja melainkan juga
sebagai kesenangan (fancy) bagi pemiliknya. Salah satu ternak yang dimaksud adalah burung. Pada
dasarnya, burung dipelihara untuk memberikan kepuasan bagi pemiliknya karena dapat memberikan
suasana alami berupa penampilan bentuk, warna, dan kicauannya yang indah (Hamiyanti dkk., 2011).
Faktanya, sebagian besar orang yang memelihara ataupun membudidayakan burung hias selain
kegemaran dan mencari profit juga bertujuan untuk diikutsertakan dalam kontes. Kontes yang dimaksud
berupa kontes kicauan maupun body contest berdasarkan warna dan kesempurnaan bentuk tubuh. Salah
satu jenis burung hias yang banyak digemari adalah lovebird. Adanya komunitas lovebird yang dibentuk
khususnya di Kota Bandar Lampung menandakan lovebird memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini karena
lovebird memiliki karakteristik dan perilaku khas yang mampu menarik perhatian. Dalam menarik
perhatian para penghobi burung hias khususnya lovebird maka penangkar terus mengembangkannya
melalui persilangan sehingga akan menghasilkan corak warna yang beragam pada bulu lovebird dan
dikenal sebagai varian. Varian green series seperti hijau standar merupakan varian spesies Agapornis
fischeri. Sampai saat ini, varian tersebut masih diburu para penghobi untuk diikutsertakan dalam kontes
kicauan. Budidaya lovebird merupakan usaha untuk mengembangbiakan burung tersebut agar dapat
memenuhi permintaan secara berkelanjutan. Agapornis fischeri merupakan anggota kelompok
monomorpic. Pada kelompok tersebut lovebird jantan maupun betina mempunyai penampilan yang
terlihat sama terutama warna pada bulunya (Prawoto, 2011). Sampai saat ini, pengembangbiakan
lovebird fischeri masih terkendala karena adanya hambatan sexing (penentuan jenis kelamin) jantan dan
betina.

Selain itu di Indonesia, bisa ditemukan berbagai jenis sapi. Semakin berkembangnya zaman dan teknologi,
banyak pihak yang melakukan persilangan sapi dengan tujuan tertentu, salah satunya adalah untuk
mendapatkan daging sapi potong yang terbaik. Salah satu yang menjadi popular adalah persilangan antara
Sapi Brahman dengan Sapi Aberdeen Angus. Sapi Brahman mempunyai punuk yang besar diatas bahu
depan dan mempunyai kulit longgar serta berlebih pada bagian leher dan gelambir serta berlipat-lipat.
Telinga besar dan menggantung. Mempunyai suara yang besar. Warna bulu putih sedang pada yang
jantan terdapat warna gelap pada punuk, leher, kepala dan kadang kala pantat serta paha belakang
terdapat yang berwarna putih, abu-abu merah (Sugeng, 1998). Sedangkan Sapi Aberdeen Angus memiliki
warna bulu hitam, keriting, dan halus. Jantan dan betina tidak memiliki tanduk; tubuhnya panjang dan
kompak, serta kualitas karkasnya tinggi (Pane, 1986). Sifat-sifat yang menonjol adalah ketahanan
terhadap hawa dingin, kemampuan yang baik dalam memelihara anak dan menyusui, masak dini, fertilitas
tinggi, tidak banyak kesulitan dalam melahirkan, kualitas karkas yang istimewa dengan tulang-tulang yang
kecil (Blakely & Bade, 1991).

Hasil persilangan dari Sapi Brahman dengan Sapi Aberdeen Angus adalah sapi Brangus. Sapi ini merupakan
tipe potong, dengan ciri-ciri bulu halus dan pada umumnya berwarna hitam atau merah. Sapi ini juga tidak
bertanduk ataupun bergelambir serta memiliki telinga kecil. Sapi ini juga berpunuk, tetapi kecil. Berat sapi
betina mencapai 900 kg dan jantan 1100 kg (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Contoh pada mikroorganisme

Anda mungkin juga menyukai