BAB I
PENDAHULUAN
depresi. Kemunculan depresi ini diperikirakan setelah 1 tahun atau secepatnya dalam
4 minggu setelah melahirkan. Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca
melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu
walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi
terus meningkat. Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi dan sangat
adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut. Menurut
Ade (2011) di Indonesia angka kejadian postpartum blues antara 50-70% dari wanita
pasca persalinan. Secara tidak kita sadari ternyata gangguan ini mulai menunjukkan
1
2
presentase yang cukup besar, penelitian yang dilakukan pun masih jarang, sehingga
Wanita pada masa postpartum dianggap kebal terhadap syndrome baby blues.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan diIndonesia yaitu di Jakarta yang dilakukan
oleh dr. Irawati Sp.Kj, 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya mengalami
Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadian syndrome baby bluest
erdapat 11-30% ini merupakan jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin
Data penelitian di berbagai belahan dunia secara tegas menunjukkan 2/3 atau
sekitar 50-75% wanita mengalami baby blues syndrome. Menurut The Globe Journal
pada
tahun 2008 ditemui hampir 70% ibu yang baru melahirkan menderita syndrome baby
blues, sementara itu menurut Santoso (2009) 50% ibu-ibu di Indonesia menderita
syndrome baby blues setelah melahirkan anaknya. Sementara itu menurut Journal
medika tahun 2009 di Indonesia saat ini terdapat hampir 80% ibu mengalami depresi
akan mengalami kesulitan dalam mengasuh serta menjalin ikatan emosional yang
memadai terhadap bayi maupun anaknya yang lain. Dampaknya, anak-anak mereka
gangguan kognitif. Bagi ibu sendiri, dalam kondisi berat bisa memunculkan
maupun anaknya.
ringan. Oleh sebab itu, gangguan ini sering tidak dipedulikan bahkan sering anggap
sebagai efek samping keletihan, sehingga tidak terdiagnosis dan tidak tertangani
yang lebih berat yaitu depresi pasca persalinan, yang mempunyai dampak lebih
perkembangan anaknya.
Perubahan emosi pasca persalinan dapat dicegah dan diatasi dengan menerapkan gaya
hidup dan pola makan yang benar, juga dengan mengantisipasi perubahan hormonal
yang sering terjadi pada wanita setelah melahirkan bayinya (Uzzi Reiss, 2008).
wanita pada masa postpartum. Wanita yang merasa dihargai, diperhatikan dan
dicintai oleh suami dan keluarganya tentunya tidak akan merasa diri kurang berharga.
Sehingga salah satu ciri dari seseorang menderita depresi dapat dihambat. Wanita
sosial tentunya akan lebih mudah merasa dirinya tidak berharga dan kurang
diperhatikan oleh suami maupun keluarga, sehingga wanita yang kurang mendapat
dukungan sosial pada masa postpartum lebih mudah untuk mengalami depresi
(Urbayatun, 2012). Oleh karena itu diperlukan dukungan yang adekuat dari
lingkungan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu suami, keluarga dan
teman. Dengan dukungan dan bantuan seluruh anggota keluarga terhadap ibu dapat
Simalingkar B jumlah ibu nifas terdapat 40 orang ibu nifas. Dari jumlah tersebut, ibu
hamil yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 21 orang (52,5%) dan ibu
yang mengalami pospartum blues sebanyak 19 orang (47,5%). Namun demikian yang
berkunjung untuk pemeriksaan masa nifas masih dibawah target kunjungan masa
nifas dan masih adanya ibu nifas yang terlambat dalam mengetahui pentingnya
penelitian dengan judul faktor-faktor yang berhubungan postpartum blues pada ibu
Ternalem Simalingkar B.
5
target.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
Postpartum blues adalah perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah
Postpartum blues sering disebut juga dengan maternity blues atau baby
syndrome, yaitu kondisi yang sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah
melahirkan, dan cenderung lebih buruk pada hari ketiga dan keempat (Suririnah,
2008).
Postpartum blues adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6
Dapat juga diartikan keadaan depresi secara fisik maupun psikis pada ibu
yang dapat terjadi setelah beberapa hari kelahiran sampai kira-kira sebulan kemudian
(Sjahruddin, 2006).
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues adalah suasana hati
7
8
yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari
dalam 14 hari pertama pasca melahirkan, dimana perasaan ini berkaitan dengan
1. Periode Taking-In. Periode ini berlangsung selama satu sampai dua hari pasca
melahirkan. Ibu dalam kondisi pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu
menjaga komunikasi yang baik dengan ibu yang melahirkan. Ibu sangat tergantung
orang lain. Perhatiannya tergantung pada kondisi fisiknya pasca melahirkan. Ibu
lingkungan atau tempat kondusif agar ibu dapat beristirahat dengan tenang dan
kembali seperti sediakala. Nafsu makan ibu akan meningkat itu menandakan
2. Periode Taking Hold. Periode ini berlangsung tiga sampai sepuluh hari pasca
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi. Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu ibu membutuhkan dukungan dari orang terdekat. Saat ini adalah saat
Dengan begitu ibu dapat meningkatkan kembali rasa percaya dirinya. Pada periode
9
ini ibu akan berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya. Misalnya, buang
air kecil atau air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk dan
3. Periode Letting Go. Periode ini berlangsung sepuluh hari setelah ibu melahirkan.
Secara umum, fase ini telah terjadi setelah ibu kembali ke rumah. Ibu menerima
tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan ketegantungan
bayinya. Keinginan untuk merawat bayi meningkat. Ada kalanya ibu mengalami
sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ibu sering disebut dengan baby
blues.
3. Tidak sabar
5. Sensitive
6. Mudah tersinggung
9. Sulit tidur
12. Ada perasaan membenci diri sendiri, perasaan bersalah, individu merasa dirinya
tidak berguna.
2.1.4 Etiologis
1. Faktor hormonal
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktivikasi, baik
nonadrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2. Faktor demografik
Yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga
dia memikirkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.
Sedangkan pospartum blues banyak terjadi pada ibu primipara, mengingat dia baru
memasuki perannya sebagai serang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga
terjadi pada ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika mempunyai riwayat postpartum
blues sebelumnya.
11
memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada persalinan, hal-hal yang
tidak menyenangkan bagi ibu mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis
yang digunakan selama proses persalinan, seperti ibu yang melahirkan dengan cara
operasi caesar (sectio caesarea) akan dapat menimbulkan perasaan takut terhadap
peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin besar trauma fisik yang
terjadi selama proses persalinan, akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul.
ini? Apakah suami, keluaraga dan teman dapat memberikan dukungan moril
berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh kesah) selama ibu menjalani masa
kehamilannya.
5. Fisik
mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak jarang di malam buta
sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota
6. Faktor hormonal
terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan ternyata
estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim nonadrenalin maupun serotin yang
kompleks.
11. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,
sebelumnya.
15. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang
16. Problem anak, setelah melahirkan bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari
2.1.5. Penatalaksanaan
lain:
mendengar (sahabat).
pekerjaan rumah.
tangan, berendam dalam air hangat, meditasi atau hal lain yang membuat
e. Untuk mengatasi kelelahan dan depresi, perlu cukup istirahat, sebaiknya bisa
f. Menggerakkan badan, jalan kaki keliling sekitar rumah pun sudah cukup.
letih nyaman.
beras merah atau jagung, buah, sayuran sertakan daging atau ikan. Jauhi kopi,
mengungkapkan emosi.
14
jam hanya berdua dengan bayi ditempat yang nyaman dan sunyi di sertai
iringan alunan musik atau bagi yang muslim bisa menggunakan murottal Al
Quran. Di usahakan sesering mungkin terjadi kontak mata antara ibu dengan
tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan dirinya sendiri, karena bayi
istirahat. Ibu bisa memeluk bayi dan berbicara dengannya dengan lembut,
kontak antara kulit bayi dan ibu dapat menurunkan tingkat ketegangan atau
kecemasan pada ibu maupun pada bayi. Demikian elusan dan pijatan ringan
oleh ibu akan membantu memperbaiki emosional ibu, agar gangguan ini tidak
terjadi.
15
nenek atau mertua bila ada. Ajak bayi keluar rumah untuk menghirup udara
segar. Udara yang bersih dan segar untuk memperbaiki moodnya. Bila timbul
perasaan negatif seperti kesepian, marah, frustasi atau lelah, ibu bisa
meninggalkan bayi untuk sementara waktu, minta orang lain yang dipercaya
melahirkan.
4. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu prefeksionis dalam mengurus bayi atau
rumah tangga.
7. Berolahraga ringan.
2.2.1. Umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung
masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia
trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula
trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
dan Inwood mengatakan bahwa depresi pasca melahirkan ini lebih banyak ditemukan
pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang
berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan
2.2.3. Paritas
Menurut (Fatma, 2012) wanita yang baru pertama kali melahirkan lebih
umum menderita depresi karena setelah melahirkan wanita tersebut berada dalam
proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri, begitu bayi lahir jika ibu
17
tidak paham peran barunya, dia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap
dirawat. Sedangkan ibu yang sudah pernah beberapa kali melahirkan secara
psikologis lebih siap menghadapi kelahiran bayinya dibandingkan dengan ibu yang
Wanita yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan peran dan aktivitas
tentang cara-cara perawatan bayi agar ibu dapat beradaptasi dengan peran barunya.
dimanapun berada, keberadaan orang lain tersebut akan sangat dirasakan ketika
seseorang mengalami kesulitan atau suatu masalah, kehadiran orang lain bagi
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang turut berperan terhadap
lemah fisik dan mental sehingga membutuhkan dukungan bantuan dan perhatian yang
lebih dari lingkungannya, baik itu dari suami, keluarga maupun teman. Kurangnya
18
postpartum blues.
Dukungan sosial (suami) merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang
dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian
Setiap manusia ditakdirkan untuk berpasangan, dalam hal ini dapat menjalani
serta seorang suami, dukungan dari keluarga atau orang terdekat (suami) akan
menguasai keadaan.
Dukungan suami dapat melemahkan dampak streess atau tekanan disebut efek
keluarga disebut efek langsung. Dukungan suami merupakan strategi koping penting
pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai preventif untuk mengurangi stress
wanita pada masa postpartum. Wanita yang merasa dihargai, diperhatikan dan
dicintai oleh suami dan keluarganya tentunya tidak akan merasa diri kurang berharga.
19
Sehingga salah satu ciri dari seseorang menderita depresi dapat dihambat. Wanita
yang kurang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih mudah merasa
dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh suami maupun keluarga,
sehingga wanita yang kurang mendapat dukungan sosial pada masa postpartum lebih
mudah untuk mengalami depresi (Urbayatun, 2012). Oleh karena itu diperlukan
dukungan yang adekuat dari lingkungan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber
yaitu suami, keluarga dan teman. Dengan dukungan dan bantuan seluruh anggota
- Umur
- Riwayat
Pospartum Blues
Persalinan yang
lalu
- Paritas
- Dukungan
suami
-
2.4. Hipotesis
1. Ada hubungan umur ibu dengan postpartum blues di klinik Heri Ternalem
Simalingkar B
2. Ada hubungan riwayat persalinan yang lalu dengan postpartum blues di klinik Heri
Ternalem Simalingkar B
20
3. Ada hubungan paritas ibu dengan postpartum blues di klinik Heri Ternalem
Simalingkar B
4. Ada hubungan dukungan suami dengan postpartum blues di klinik Heri Ternalem
Simalingkar B
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan
2010).
Penelitian ini dilaksanakan di klinik Heri Ternalem jalan pintu air IV No. 209
simalingkar B Medan dimana lokasi penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan postpartum blues pada ibu postpartum dan
lokasi ini memenuhi syarat penelitian yang dianjurkan peneliti dalam melakukan
21
22
3.3.1 Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu pospartum 3-6 hari di
klinik Heri Ternalem Simalingkar B pada bulan Januari Maret 2014 sebanyak 40
orang.
3.3.2 Sampel
orang.
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui kuesioner di klinik Heri
Ternalem Simalingkar B.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui status yang ada di klinik
1. Umur adalah usia ibu yang dihitung mulai dari tanggal lahir ibu sampai saat
2. Riwayat persalinan yang lalu adalah keadaan terdahulu yang dimiliki oleh ibu
1. Tidak ada
1. Postpartum blues adalah suasana hati yang dirasakan oleh wanita setelah
melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari dalam 14 hari pertama pasca
1. tidak mengalami
3.6.Metode Pengukuran
Variabel
Dependen
Postpartum Koesioner 0. Mengalami Nominal
blues 1. Tidak mengalami
1. Editing
Yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis
data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat kode dibuat
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable.
3. Tabulating
Data yang lengkap dihitung sesuai dengan variabel yang dibutuhkan, kemudian
4. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi
ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Aziz,
2010).
27
1. Analisis Univariate
2. Analisis Bivariate
statistik dengan Chi-square nilai < (0,05) melalui program SPSS kemudian
dinarasikan hasilnya.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Klinik Heri Ternalem berdiri pada tahun berlokasi di jalan Pintu Air IV No.
209 Simalingkar B, dimana terdiri dari 3 ruangan yaitu : Ruang Bersalin, Ruang Inap
4.2.1 Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden yang Mempengaruhi Terjadinya
Postpartum Blues Berdasarkan Umur di Klinik Heri Ternalem
Simalingkar B
No Umur f %
1 Resiko( >20 thn & > 35 thn) 21 52,5
2 Tidak resiko(20-35 tahun) 19 47,5
Jumlah 40 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang umurnya
28
29
mempunyai riwayat dan tidak mempunyai riwayat yaitu sama banyaknya yaitu
4.2.3 Paritas
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden yang Mempengaruhi Terjadinya
Postpartum Blues Berdasarkan Paritas di Klinik Heri Ternalem
Simalingkar B
No. Paritas f %
1 Bersalin < 4 kali 22 55
2 Bersalin > 4 kali 18 45
Jumlah 40 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang bersalin <
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang tidak
Analisa statistik bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan anatara umur,
riwayat persalinan, pendidikan, fisik, dukungan sosial dengan postpartum blues maka
dipakai analisa dengan menggunakan Uji Chi-square dan didapat hasilnya sebagai
berikut.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 19 responden yang berumur <20-
>35 tahun mengalami postpartum blues sebanyak 15 orang (79%) dan responden
yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 4 orang (21%) sedangkan dari 21
responden yang berumur 20-35 tahun yang mengalami postpartum blues sebanyak 6
probabilitas (0,001) < (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa umur responden
Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Faktor Riwayat Persalinan Yang Lalu Dengan
Postpartum Blues di Klinik Heri Ternalem Simalingkar B
Riwayat Postpartum Blues
No. Persalinan Mengalami Tidak Total Pvalue
yang lalu mengalami
n % n % N %
1 Mempunyai 6 30 14 70 20 100
riwayat
2 Tidak 15 75 5 25 20 100 0,004
mempunyai
riwayat
Jumlah 21 52,5 19 47,5 40 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang mempunyai
riwayat persalinan yang mengalami postpartum blues sebanyak 6 orang (30%) dan
yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 14 orang (70%) sedangkan dari 20
sebanyak 15 orang (75%) dan tidak mengalami postpartum blues sebanyak 5 orang
(25%).
probabilitas (0,004) < (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa riwayat persalinan yang
Postpartum Blues
No. Paritas Mengalami Tidak Total Pvalue
mengalami
n % n % N %
1 Bersalin 4 kali 17 77,3 5 22,7 19 100
2 Bersalin >4 kali 4 22,2 14 77,8 21 100 0,001
Jumlah 21 52,5 19 47,5 40 100
32
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 22 responden yang bersalin < 4 kali
yang mengalami postpartum blues sebanyak 17 orang (77,3%) dan responden yang
responden yang bersalin > 4 kali yang mengalami postpartum blues sebanyak 4 orang
(22,2%) dan yang responden yang tidak mengalami postpartum blues 14 orang
(77,8%)
probabilitas (0,001) < (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 17 responden yang mendapat
dukungan dari suami yang mengalami postpartum blues sebanyak 4 orang (23,5%)
dan responden yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 13 orang (76,5%),
mengalami postpartum blues sebanyak 17 orang (74%) dan yang tidak mengalami
BAB V
PEMBAHASAN
Analisa statistik untuk menguji apakah ada hubungan antara umur, riwayat
persalinan yang lalu, pendidikan fisik dan dukungan sosial dengan memakai analisa
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responen yang mengalami postpartum
blues pada kelompok umur < 20 dan > 35 tahun sebesar 79% dan tidak mengalami
postpartum blues sebesar 21%, sedangkan pada kelompok umur 20 35 tahun yang
mengalami postpartum blues sebesar 29% dan yang tidak mengalami postpartum
blues 71%.
berhubungan dengan kejadian postpartum blues Prob < (0,001) < (0,05). Hal ini
besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk
melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
34
35
Menurut Gribel (2007) semakin muda usia ibu maka semakin melemahnya
postpartum blues yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan diatas yang
menyatakan semakin muda usia ibu maka semakin melemahnya kondisi tubuh ibu
bahkan bisa menjadi ketidaknormalan fungsi organ pada usia muda dan ketidaksiapan
postpartum blues pada kelompok ibu yang mempunyai riwayat persalinan yang lalu
sebesar 30% dan yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 70% , sedangkan
pada kelompok yang tidak mempunyai riwayat persalinan yang lalu yang mengalami
postpartum blues sebanyak 75% dan yang tidak mengalami postpartum blues
sebanyak 25%.
yang lalu responden berhubungan dengan kejadian postpartum blues Prob < (0,004)
< (0,05).Hal ini menyatakan bahwa riwayat persalinan yang lalu menyebabkan
mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya
merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri
36
muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka
kejadian postpartum blues yang dapat dilihat dari penelitian dan pernyataan diatas
karena si ibu tersebut belum memiliki pengalaman dalam menghadapi kehamilan dan
postpartum blues pada kelompok bersalin 4 kali sebanyak 77,3% dan yang tidak
mengalami sebanyak 22,7%, sedangkan pada kelompok bersalin > 4 kali yang
mengalami postpartum blues sebanyak 22,2% dan yang tidak mengalami postpartum
berhubungan dengan kejadian postpartum blues Prob < (0,001) < (0,05). Hal ini
menurut manuba (2008) paritas adalah wanita yang perna melahirkan bayi aterm.
Menurut (Sudarsono, 2009) wanita yang baru pertama kali melahirkan lebih
umum menderita depresi karena setelah melahirkan wanita tersebut berada dalam
proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri, begitu bayi lahir jika ibu
37
tidak paham peran barunya, dia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap
dirawat. Sedangkan ibu yang sudah pernah beberapa kali melahirkan secara
psikologis lebih siap menghadapi kelahiran bayinya dibandingkan dengan ibu yang
Wanita yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan peran dan aktivitas
tentang cara-cara perawatan bayi agar ibu dapat beradaptasi dengan peran barunya.
postpartum blues yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan diatas yang
menyatakan ibu yang besalinnya 4 kali lebih rentan mengalami postpartum blues
karena setelah melahirkan ibu tersebut berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri, begitu bayi lahir jika ibu tidak paham peran barunya,
postpartum blues pada kelompok ibu yang mendapatkan dukungan dari suami
sebanyak 23,5% dan yang tidak mengalami 76,5%, sedangkan pada kelompok ibu
38
yang tidak mendapatkan dukungan dari suami yang mengalami postpartum blues
yang mengalami postpartum blues sebanyak 74% dan yang tidak mengalami
berhubungan dengan kejadian postpartum blues Prob < (0,002) < (0,05).Hal ini
dimanapun berada, keberadaan orang lain tersebut akan sangat dirasakan ketika
seseorang mengalami kesulitan atau suatu masalah, kehadiran orang lain bagi
sehingga dapat mengurangi beban yang dirasakan. Sebagai makhluk sosial seseorang
selalu membutuhkan keberadaan orang lain dimanapun berada, keberadaan orang lain
tersebut akan sangat dirasakan ketika seseorang mengalami kesulitan atau suatu
masalah, kehadiran orang lain bagi seseorang yang mengalami kesulitan diharapkan
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang turut berperan terhadap
lemah fisik dan mental sehingga membutuhkan dukungan bantuan dan perhatian yang
lebih dari lingkungannya, baik itu dari suami, keluarga maupun teman. Kurangnya
postpartum blues.
39
Dukungan sosial (suami) merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang
dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian
Setiap manusia ditakdirkan untuk berpasangan, dalam hal ini dapat menjalani
serta seorang suami, dukungan dari keluarga atau orang terdekat (suami) akan
menguasai keadaan.
Dukungan suami dapat melemahkan dampak streess atau tekanan disebut efek
keluarga disebut efek langsung. Dukungan suami merupakan strategi koping penting
pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai preventif untuk mengurangi stress
depresi yang dihadapi wanita pada masa postpartum. Wanita yang merasa dihargai,
diperhatikan dan dicintai oleh suami dan keluarganya tentunya tidak akan merasa diri
kurang berharga. Sehingga salah satu ciri dari seseorang menderita depresi dapat
dihambat. Wanita yang kurang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih
40
mudah merasa dirinya tidak berharga dan kurang diperhatikan oleh suami maupun
keluarga, sehingga wanita yang kurang mendapat dukungan sosial pada masa
kejadian postpartum blues yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan
diatas yang merupakan respon ataupun sikap yang ditunjukkan oleh suami ibu
Dengan adanya dukungan suami akan sangat membantu ibu post partum dalam
mencegah terjadinya syndrome baby blues. Begitu juga sebaliknya, ibu post partum
yang tidak mendapatkan dukungan suami maka akan lebih beresiko mengalami
syndrome baby blues disebabkan karena tidak adanya perhatian dan tempat berbagi
BAB VI
6.1. Kesimpulan
2. Terdapat hubungan riwayat persalinan yang lalu dengan kejadian pospartum blues,
3. Terdapat hubungan paritas dengan kejadian pospartum blues, berdasarkan hasil uji
6.2. Saran
1. Bagi Peneliti
pengalaman peneliti dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan bahan untuk
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
menilai tingkat pelayanan kesehatan dan bahan kajian serta informasi bagi tenaga
41
42
lengkap tentang postpartum blues sehingga hasil penelitian ibu dapat sebagai acuan