TINJAUAN PUSTAKA
Resin komposit mulai dikenal sebagai bahan restorasi gigi yang dapat
meminimalisir kekurangan resin akrilik dan semen silikat pada tahun 1940.8,24 Resin
komposit juga telah digunakan sebagai restorasi gigi selama lebih dari 50 tahun.25
Sistem adhesif berperan penting dalam keberhasilan aplikasi klinis bahan restorasi
estetik dan meningkatkan perlekatan mikromekanis antara gigi dan bahan restorasi
dengan teknik minimal invasif serta menutup tepi restorasi karena memberikan ikatan
yang kuat antara resin dan struktur gigi.10,26,27 Walaupun jenis resin komposit dan
sistem adhesif semakin berkembang, tetapi kontraksi polimerisasi yang dapat
menyebabkan terbentuknya celah mikro masih menjadi masalah utama.16 Untuk
memecahkan masalah tersebut maka digunakan Stress Decreasing Resin (SDR)
sebagai intermediate layer.
Matriks resin yang sering ditambahkan pada bis-GMA adalah triethylene glycol
dimethacrylate (TEGDMA).9,16,19 Struktur kimia TEGDMA memiliki sifat mekanis
yang lebih rendah daripada bis-GMA (Gambar 2).25
pelebaran
R= rantai polimer
Gambar 4. 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane.19
Deaktivasi
Polimerisasi
Modifier Optik
Stain dan opacifiers digunakan untuk mengubah dan memodifikasi warna
visual (shading) dan translusensi bahan komposit menjadi kombinasi yang lebih baik
sebagai bahan restorasi yang menyerupai warna gigi. Bahan yang sering digunakan
untuk meningkatkan opasitas adalah titanium dioksida dan alumunium oksida dalam
jumlah kecil antara 0,001-0,007% berat.16,25
Tabel 1. Perbandingan sifat fisis dan mekanis antara resin komposit packable dan
resin komposit flowable.19
Sifat Resin Komposit Resin Komposit
Packable Flowable
Inisiator
(peroksida)
Radikal bebas
Inisiasi
(monomer baru)
Propagasi dengan
monomer yang
tersedia
Termasi (2 radikal
bebas bergabung)
Polimer lengkap
Gambar 6. Reaksi rantai suatu radikal bebas pada tahapan proses polimerisasi.29
celah
permukaan
gigi
restorasi
Gambar 8. Gun dan kompul untuk aplikasi Stress Decreasing Resin (SDR).
SDR terdiri dari kombinasi unik dengan struktur molekul besar dengan bagian
kimia yang disebut modulator polimerisasi dan secara kimia tertanam di tengah pusat
monomer resin SDR yang berpolimerisasi.5,21-23 Perluasan fase curing
memaksimalkan keseluruhan derajat konversi dan meminimalisir stress polimerisasi
di atas 60% daripada resin komposit flowable konvensional.3,22 Berat molekul yang
tinggi di sekitar pusat modulator memberikan fleksibilitas dan struktur jaringan resin
SDR yang baik (Gambar 9).21,22
Sistem adhesif total etch two step merupakan sistem adhesif generasi kelima
yang sering disebut dengan two step one bottle total etch dan paling efektif, efisien,
serta memiliki perlekatan yang stabil terhadap enamel. Larutan selektif kristal
hidroksiapatit termasuk etsa yang biasanya digunakan adalah 30-40% gel asam
fosfor. Tahap prosedur yang paling penting adalah aplikasi primer. Kelebihan dari
penggunaan sistem adhesif total etch two step antara lain, prosedur aplikasi lebih
sederhana, komposisi stabil dan konsisten, aplikasi bersifat hygienic sehingga dapat
mencegah kontaminasi silang, dan berperan sebagai shock absorber.33
Total etch two step mempunyai kekuatan perlekatan yang lebih baik
dibandingkan dengan self etch two step dan self etch one step sehingga mampu
mengurangi terjadinya celah mikro pada restorasi resin komposit klas I.
2. Adhesif Self-Etch
Sistem adhesif self etch terbagi atas dua, yaitu self etch two step yang
merupakan generasi adhesif keenam dan self etch one step yang merupakan generasi
adhesif ketujuh. Sistem adhesif self etch menggunakan bonding agent yang bisa
berpenetrasi ke smear layer dan menggabungkannya kedalam bonding layer, selain
itu self etch tidak memerlukan prosedur rinsing. Sistem adhesif self etch mempunyai
kekuatan perlekatan yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem adhesif total
etch.18,40
enamel
Pengetsaa
n
Pengetsaa
n
Macrotag
Microtag
Gambar 12. Scanning Electron Microscopy ruang intertubular dan tubulus dentin
yang terbuka pada dentin yang dietsa (A). Pandangan cross-sectional
micromechanical retention sistem perlekatan pada dentin. Gambaran skematik
komposit, hybrid layer dengan microtags dan tubulus dengan resin microtags
setelah larut dengan dentin (B).35
Gambar 13. SEM (Scanning Electron Micrograph) smear layer pada dentin.29
C-Factor
c-factor
Proses
selama
curing
Tampilan
lateral
Tampilan
atas
Hilangnya perlekatan
Sensitivitas post-operatif
Restorasi
Resin Komposit Klas I
Stress dan shrinkage polimerisasi resin serta restorasi klas I memiliki nilai C-factor tertinggi
Celah mikro
Upaya penanganan?
Three step Two step Two step One step Stress Decreasing Resin Konvensional
total etch total etch self etch self etch (SDR)