Asga Yoland
Asga Yoland
DI SUSUN OLEH :
NPM. 1614901110210
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga secara langsung dan komperhensif
meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan
Keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Keluarga
1.2.2.2 Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Keluarga
1.2.2.3 Dapat menentukan rencana keperawatan pada Keluarga
1.2.2.4 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
perencanaan pada Keluarga.
1.2.2.5 Dapat melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada Keluarga
1.2.2.6 Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan Keluarga yang telah
dilaksanakan pada Keluarga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Skoring :
2.2.2 Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
2.2.2.1 Usia lanjut dan proses penuaan.
2.2.2.2 Congenital atau bisa diturunkan.
2.2.2.3 Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
2.2.2.4 Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
2.2.2.5 Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2.2.2.6 Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
2.2.2.7 Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
2.2.2.8 Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
2.2.2.9 Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
2.2.4 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor
yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-
obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.7.1 Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2.2.7.2 Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru
pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan
korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
a Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik,
namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami
relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan
mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu
penyesuaian yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan
gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan
pandang yang terbatas.
b Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka
yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat
lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit,
karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan,
sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan
pembersihan lensa.
c Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan
ukuran normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa
apakia. Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di
kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang
menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture
tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.
2.2.8 Pathway
Terlampir pada Lampiran 1.
2.3 Rencana Asuhan Klien dengan gangguan Katarak
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Riwayat keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat
harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau
dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.Riwayat
mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami
cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita
pasien.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau
kakek-nenek.
2.3.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak
terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular.
Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior.
Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,
antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya
atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
2.3.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna
sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi iol (smeltzer, 2001)
b. Kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
c. Lapang penglihatan: penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
d. Pengukuran tonograpi (mengkaji tio,n 12-25 mmhg)
e. Pengukuran gonoskopi : membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma
f. Pemeriksaan oftalmologis : mengkaji struktur internal okuler,pupil
oedema,perdarahan retina, dilatasi &pemeriksaan.belahan lampu
memastikan dx katarak
Diagnosa 4: Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (Wilkinson, ett. Buku
Saku Diagnosis Keperwatan. 2012. Hal: 530-537)
2.3.2.10 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dengan
istilah seperti, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan
sampai beratdengan akhir yang dapat diantisipai atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari 6 bulan.
2.3.2.11 Batasan karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari neyri
b. Perubahan tonus otot
c. Respons autonomic
d. Perubahan selera makan
e. Perilaku distraksi
f. Perilaku ekspresif
g. Wajah topeng
h. Perilaku menjaga atau melindungi
i. Fokus menyempit
j. Bukti nyeri yang dapat diamati
k. Befokus pada diri sendiri
l. Gangguan tidur
2.3.2.12 Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cidera (misalnya, biologis, kimia, fisik dan
psikologis).
2.3.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan
resepsi
2.3.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat daftar
rujukan)
Pasien menunjukkan status neurologis : fungsi motorik/sensorik yang
dibuktikan oleh tidak ada gangguan penglihatan.
2.3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar rujukan)
Peningkatan komunikasi, antaralain:
a. Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis pasien
b. Kaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya terhadap keamanan
c. Tingkatkan penglihatan pasien yang masih tersisa
d. Jangan memindahkan barang-barang pasien di dalam kamar pasien tanpa
memberitahu pasien
e. Pastikan akses terhadap dan penggunaan alat bantu sensori
A. Pengkajian
I. Data Umum
Kepala Keluarga (KK) : Tn. M
Alamat : Jalur 7, Desa Abumbun Jaya
Pekerjaan (KK) : Petani
Pendidikan KK) : SD
Tipe Keluarga : Keluarga Besar (Extanded Family)
Suku Bangsa : Banjar
Agama : Islam
Komposisi Keluarga : Kakek, nenek, anak, anak (istri), suami dan anak (cucu)
Hub. dengan Status Imunisasi
No Nama JK Umur Ket
KK BCG Polio DPT Herp Campak
1 Tn.M L Suami 64
2 Ny.N P Istri 59
3 Tn.B L Anak 35
4 NyM P Anak 27
5 Tn.R L Suami 31
6 An.D L Anak 6
Genogram :
Ny. W
Tn. B 48 th
58 th
: Laki-laki : Hubungan Keluarga
: Klien : Meninggal
Kamar
Ruang Tamu
Kamar
Teras
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Efektif
Tn. M mengatakan yang berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga
sekarang adalah anak laki-lakinya dan suami anak perempuannya. Keluarga tampak
harmonis, saling memperhatikan satu dengan yang lain serta saling menghargai satu
dengan yang lain, selalu mengajarkan dan mencontohkan cara bersopan santun pada
anak-anaknya, apabila ada anggota keluarga lain yang membutuhkan maka anggota
keluarga akan membantu sesuai dengan kemampuan. Apabila ada anggota keluarga
yang sakit langsung dibawa ke Pustu atau petugas kesehatan terdekat.
2. Fungsi Sosialisasi
Interaksi keluarga tampak terjalin baik, masing-masing anggota keluarga masih saling
memperhatikan dan menerapkan etika atau sopan santun dalam berperilaku. Di dalam
keluarga ini tampak kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam
melakukan tugas. Keluarga ini juga membina hubungan yang baik dengan tetangga
disekitar rumah, terbukti dengan selalu bertegur sapa dengan tetangga walau tidak dapat
berkumpul karena kesibukan masing-masing.
3. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak Tn. M dan Ny. N sebanyak 2 orang, anak pertama berjenis kelamin laki-
laki dan anak kedua berjenis kelamin perempuan. Anak perempuan klien sudah menikah
dna memiliki satu orang anak. Jadi, yang bertempat tinggal dalam rumah Tn. M
berjumlah 6 orang.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak dan biaya
untuk berobat dari penghasilan bertani yang sekaraang lebih sering dijalankan oleh Ny.
N, anak pertama yang bekerja sebagai karyawaan BUMD dan suami anak perempuan
klien yng bekerj sebagai karyawana swasta.
5. Perawatan Kesehatan
a. Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada anggota kelaurga yang sakit, keluarga
merawat dan memeriksakannya ke Pustu atau petugas kesehatan terdekat.
b. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Tn. M mengatakan sering mengeluh sulit melihat, nyeri kepala daan sulit tidur.
c. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Tn. M mengatakan apabila sakit biasanya diperiksakaan ke Pustu atau petugas
kesehatan terdekat.
d. Merawat anggota keluarga yang sakit
Dalam merawat Tn. M dan Ny. N, Ny. M mengatakan masih memberikan makanan
yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya, pola tidur juga masih belum
sesuai, Tn. M mengeluh bahwa sulit tidur malam dan sering nyeri kepala, namun
selalu melakukan kontrol secara teratur ke Pustu, untuk keluhan Tn. M dan Ny. N
yang mengalami katarak, keluarga mengatakan tidak ada dilakukan perawatan di
rumah, keluarga hanya menunggu operasi katarak gratis yang tidak tahu kapan akan
diselenggarakan lagi di Puskesmas.
e. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat
Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu sekali dan lantai
kamar mandinya tidak licin, bersih dan terawat.
f. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat
Keluarga mengatakan memeriksakan diri ke Pustu atau petugas kesehatan terdekat
bila sakit. Jika tidak ada keluhan sakit yang dirasa, klien tidak melakukan
pemeriksakan diri ke Pelayanan Kesehatan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Data Objektif
Ny. N tampak bertanya tentang
akibat jika katarak tidak dioperasi
Tn. M tampak bertanya tentaang
bagaimana perawatan dan
lingkungan yang baik untuk
penderita katarak
Mata kiri Tn. M nampak sudah
tidak dapat berfungsi lagi
Ny. N mengatakan tidak
melakukaan pengobatan maupun
operasi pengangkataan katarak
pada mata kanannya karena
menunggu operasi gratis
2 Data Subjektif Resiko cidera Penurunan Resiko
Tn. M mengatakan mata kirinya penglihatan
sudah tidak berfungsi lagi dan mata
kanannya mengalami kekaburan
Ny. N mengatakan katarak pada
mata kirinya belum dilakukan
pengobatan atau operasi
Data Objektif
Tn. M nampak tidak dapat melihat
idcard nama perawat dengan jarak
1 meter
Ny. N nampak tidak dapat melihat
idcard nama perawat dengan jarak
2 meter
1 Kurang pengetahuan Keluarga dapat Setelah dilakukan Respon Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
berhubungan dengan mengetahui 10 kali verbal menjelaskan kembali keluarga tentang
kurangnya informasi tentang penyakit kunjungan, keluarga tentang pengertian, tanda, gejala,
tentang akibat lanjut katarak dan dapat diharapkan tanda gejala, akibat penyebab, akibat
dari katarak, terhindar dari keluarga tentang lanjut dari katarak, lanjut dari katarak,
perawatan penyakit ini penyakit ini akibat lanjut dari perawatan penyakit perawatan
di rumah dan kembali serta katarak, ini di rumah dan penyakit ini di
lingkungan yang baik komplikasi dari perawatan lingkungan yang rumah dan
untuk penderita katarak penyakit ini di baik untuk penderita lingkungan yang
katarak rumah dan katarak baik untuk
lingkungan yang penderita katarak
baik untuk 2. Jelaskan kepada
penderita katarak keluarga tentang
pengertian katarak
3. Jelaskan kepada
keluarga tentang
tanda gejala
katarak
4. Jelaskan kepada
keluarga tentang
akibat lanjut dari
katarak
5. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
penyakit katarak di
rumah
6. Jelaskan kepada
keluarga
lingkungan yang
baik untuk
penderita katarak
7. Berikan pujian
2 Resiko cidera Keluarga dan Setelah dilakukan Respon Kelurga dapat 1. Kaji pengetahuan
berhubungan dengan klien dapat 10 kali verbal menjelaskan kembali keluarga tentang
penurunan penglihatan merwat klien agar kunjungan, keluarga dan memodifiksi modifiksi
terhindar dari keluarga dan klien lingkungan yang lingkungn ynag
cidera dapat baik bagi klien agar baik untuk
memengetahui terhindar dari cidera penderita katarak
dan memodifikasi 2. Jelaskan kepada
lingkungan agar keluarga
terhindar darai bagaimana
cidera lingkungan ynag
baik untuk
penderita katarak
3. Bantu keluarga
memodifikasi
lingkungan agar
penderita katarak
terhindar dari
cidera
4. Berikan pujian
D. Implementasi
Implementasi Hari ke 1
Tanggal/Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi
Kamis, Risiko tinggi peningkatan 1. Mengkaji pengetahuan keluarga
28 September 2017 kadar gula darah b/d tentang penyebab, tanda gejala
Jam 16.30 wita Kurang pengetahun tentang dari penyakit diabetes melitus
penyebab, tanda dan gejala 2. menjelaskan kepada keluarga
diabetel melitus tentang cara penanganan dari
penyakit diabetes melitus
3. Menjelaskan kepada keluarga
tentang akibat lanjut dari
penyakit diabetes melitus
4. Memberikan pujian kepada
keluarga
Kamis, Ketidakmampuan keluarga 1. Menjelaskan bagaimana cara
28 September 2017 Ny. W memodifikasi pencegahan peningkatan kadar
Jam 16.40 wita lingkungan b/d kurang gula darah
pengetahuan tentang 2. Memberi informasi tentang cara
makanan yang dapat memilih makanan untuk
meningkatkan kadar gula mencegah terjadinya peningkatan
darah kadar gula darah
E. Evaluasi
No.
Tanggal Jam Evaluasi Paraf
Diagnosa
1 28/09/2017 17.00 S: Klien mengatakan masih kurang tahu Eka
mengenai penyakit kencing manis secara
Wita
lebih lengkap
O:
- Klien masih nampak bingung saat ditanya
mengenai penyakitnya
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
penyebab, tanda gejala dari penyakit
diabetes melitus
2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
penanganan dari penyakit diabetes melitus
3. Jelaskan kepada keluarga tentang akibat
lanjut dari penyakit diabetes melitus
2 28/09/2017 17.10 S : Klien mengatakan tidak boleh makan yang Eka
Wita manis-manis
O : Klien tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Jelaskan bagaimana cara pencegahan
peningkatan kadar gula darah
2. Beri informasi tentang cara memilih
makanan yang dapat mencegah terjadinya
peningkatan kadar gula darah