BAB 1-3 Anemia
BAB 1-3 Anemia
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh hilangnya
darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel darah merah
(Guyton, 1997:538)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999:569 ).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006:256).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB
atau hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan sutu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.
(Smeltzer, 2002:935 ) .
Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin
yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
2.2 Etiologi
Penyebab dari anemia antara lain :
a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena;
Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
Akut karena perdarahan
Kronis karena perdarahan
Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi
karena;
Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain
besi, vitamin B12 dan asam folat.
2.3 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera (Smeltzer
& Bare. 2002 : 935 ).
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada
bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.(Price ,2000:256-264).
(Bakta, 2003:15)
2.5 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang
flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang
lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan
anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa
juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia
berat, gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak
dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu
dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani
merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price &Wilson,
2006).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999)
1. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan
(AP). Pansitopenia (aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
2. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 10.000 permokro liter
9. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 400.000 per mikro
liter darah. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak
terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
10. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
11. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
12. TBC serum : meningkat (DB)
13. Feritin serum : meningkat (DB)
14. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
15. LDH serum : menurun (DB)
16. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
17. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
19. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
Dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa makanan yang kaya akan zat
besi:
1. Apricot. Buah ini mengandung zat besi yang sempurna guna memastikan
tubuh mendapatkan asupan zat besi.
2. Bit hijau. Bit hijau merupakan sumber vitamin A dan B12. Bit hijau juga
dapat memperkaya darah dengan besi dan mangan.
3. Jagung. Jagung kaya akan zat besi dan tembaga. Jagung juga sumber
vitamin A dan C yang baik.
4. Telur. Telur kaya akan semua mineral, termasuk besi dan vitamin B. Telur
yg dikonsumsi saat sarapan mengandung jumlah energy yang memadai.
5. Kangkung. Kangkung adalah sumber vitamin A, B, dan C yang baik.
Kangkung juga mengandung zat besi, kalsium, dan kalium yang tinggi.
6. Molase. Molase menyediakan sumber zat besi yang sangat baik guna
mengatasi anemia.
7. Kismis. Kismis mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kismis
merupakan makanan yang bersifat basa dan dapat membantu mengatasi
kondisi asam tubuh.
8. Bayam. Selain zat besi, bayam juga mengandung vitamin A. bayam harus
menjadi bagian diet rutin semua orang.
9. Daging. Daging dapat meningkatkan jumlah hemoglobin dan kaya zat
besi. Selain itu, daging mudah diserap oleh usus, sehingga tidak
mengakibatkan pencernaan tersumbat. Namun, jangan berlebihan
mengonsumsi daging karena dapat membuat resiko serangan jantung
bertambah.
10. Sayuran. Sayuran merupakan salah satu makanan penambah darah. Akan
tetapi, tidak semua sayuran dapat mengurangi anemia. Sayuran penambah
darah yang baik adalah bayam, ubi, kacang polong hijau, kacang merah,
kol,lobak, kentang, brokoli dan sawi.
11. Buah-buahan. Selain memperlancar aliran darah , buah-buahan seperti
kismis, plum, apel, anggur, dan melon juga menambah jumlah sel darah
merah.
12. Kacang almond. Beberapa jenis kacang dapat mengatasi kekurangan
darah,terutama kacang almond.
13. Roti dan serealia. Makanan ini bisa memberikan 20 persen zat besi jika
anda mengo.
3.1 Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan Kapasitas pengangkut
oksigen darah.
Diit yang di berikan pada klien anemia adalah diit TETP ( tinggi energi tinggi
protein). Diberikan diit TETP bertujuan untuk :
1. Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia
2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3. Mencapai dan mempertahankan BB dan setatus gizi yang optimal sehingga tidak
terjadi malnutrisi
4. Memperbaiki pola makan yang salah
5. Mengurangi/ mencegah timbulnya factor resiko lain/ penyakit baru pada saat
kehamilan/ setelah melahirkan
6. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada proposal ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono,Andry. 2004. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed.2. Jakarta:EGC
Beck,E Mary. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta:Yayasan Essentina Medika
Atikah P, Erna K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur:
Dunia cerdas
Dewi, Pujiastuti N, Ibnu Fajar. 2013. Ilmu Gizi untuk praktisi kesehatan.