Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PRELIMINARY DESAIN

1.1 UMUM
Perhitungan analisa struktur bangunan 3 lantai lantai dimana ada tambahan rumah
monyet pada lantai dak yang berfungsi sebagai bangunan ruko di jalan pramuka,
Banjarmasin, menggunakan Metode Analisa Struktur Portal Ekivalen untuk
menganalisa sistem balok, kolom dan juga sistem pelat lantai atau juga poer
dengan balok sloof. Analisa perhitungan kekuatan struktur bangunan dihitung
berdasarkan beban mati dan beban hidup yang kemudian beban tersebut dipikul
oleh balok dan kolom dan juga pondasi.

SPESIFIKASI BAHAN
Secara umum elemen struktur adalah beton bertulang, dengan rincian sebagai
berikut :

Untuk Balok dan Kolom


Mutu Beton fc = 20 MPa
Mutu Baja fy = 400 MPa (tegangan leleh 2400 kg/cm2) Untuk Tulangan Utama
Mutu Baja fy = 240 MPa (tegangan leleh 2400 kg/cm2) Untuk Sengkang

Untuk lantai :
Mutu Beton fc = 20 MPa
Mutu Baja fy = 240 MPa (tegangan leleh 2400 kg/cm2)

Untuk Pondasi :
Mutu Beton fc = 25 MPa
Mutu Baja fy = 400 MPa (tegangan leleh 2400 kg/cm2)

Ukuran balok lantai 1 3


Melintang = (25x40) cm
Memanjang = (25x40) cm
Ukuran balok lantai dag
Melintang = (25x40) cm
Memanjang = (25x40) cm

Kolom 1 = Lantai (40x40) cm


Kolom 2 = Lantai (40x40) cm
Kolom 3 = Lantai (40x40) cm

1. PERHITUNGAN PEMBEBANAN
Untuk penentuan dan perencanaan kekuatan poer pracetak beban yang bekerja
adalah sebagai berikut:
1. Beban Mati
2. Beban Hidup
3. Beban Mati Tambahan dan hidup.
BAB II

METODE ANALISA

2.1 Umum

Stuktur dalam hubungannya dengan bangunan adalah bahwa struktur

merupakan sarana untuk untuk menyalurkan beban yang diakibatkan

kehadiran bangunan di atas tanah. Definisi yang lebih luas menjelaskan

bahwa struktur berfungsi secara menyeluruh. Elemen utama dari struktur

adalah kolom, balok, plat dan pondasi.

Tinjauan dasar dalam merencanakan struktur adalah kestabilan pada segala

kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Struktur akan mengalami

deformasi (perubahan bentuk) apabila dibebani. Pada struktur stabil,

deformasi yang diakibatkan oleh beban pada umumnya kecil dan gaya

internal yang timbul di dalam struktur mempunyai kecenderungan

mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban dihilangkan.

Pada struktur tidak stabil tidak memberikan gaya-gaya internal yang

mempunyai kecenderungan mengembalikan struktur ke bentuk semula.

Struktur yang tidak stabil mudah mengalami keruntuhan secara menyeluruh

dan seketika saat dibebani.

Beton bertulang adalah material (bahan) yang sangat banyak digunakan

dalam konstruksi bangunan. Beton sederhana dibentuk oleh pengerasan dari

campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil)

dan kadang-kadang bahan campuran tambahan. Beton kuat terhadap tekan

dalam lemah terhadap tarik, oleh karena itu diperlukan tulangan untuk

menahan gaya tarik, untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton.
Adanya tulangan ini sering kali digunakan untuk memperkuat daerah tarik

pada penampang balok. Tulangan tersebut perlu untuk beban-beban berat

dalam hal untuk mengurangi lendutan jangka panjang. (Nawy. G. Edward,

1990 ).

2.2 Sifat Beton dan Baja Tulangan

Modulus Elastis Beton

Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 10.5.1 menjelaskan nilai

modulus elastisitas beton ditentukan sebagai berikut :

Ec = Wc1,5.0,043 fc (dalam MPa)

Dimana, Ec = Modulus elastisitas beton tekan (MPa)

Wc = Berat isi beton (kg/m3)

fc = Kuat tekan beton (MPa)

Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi

berkisar antara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3. Untuk beton normal Ec boleh

diambil sebesar :

Ec 4700 (dalam MPa)

Tulangan Baja

Berdasarkan SNI 03-2847-2002, modulus elastis tulangan Es boleh

diambil sebesar 2.105 MPa.


Gambar 2.1 Hubungan Tegangan Regangan Baja

Dari grafik diatas dapat dilihat pada bagian awal diagram ini modulus

elastic baja konstan, kemudian terdapat bagian horizontal yang dikenal

sebagai batas leleh baja dimana regangan bertambah sedangkan tegangan

bias dikatakan konstan, tegangan ini disebut tegangan leleh baja (fy).

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 tegangan pada tulangan yang nilainya

lebih kecil dari pada kuat leleh (fy) harus diambil sebesar Es dikalikan

dengan regangan baja (fs < fy maka fs = Es . s). Sedangkan untuk

regangan yang nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan

dengan fy, tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan fy (s > fy /

Es maka fs = fy).

2.3 Faktor Beban Dalam Perancangan Dan Faktor Reduksi Kekuatan

2.3.1 Kuat Perlu

Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan

layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus

dipenuhi ketentuan dari faktor beban yang dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.1 Faktor Pembebanan

1 D 1,4 D

2 D, L, A, R 1,2 D + 1,6 L + (A atau R)

3 D, L, W, A, R 1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R)

4 D, W 0,9 D 1,6 W

5 D, L, E 1,2 D + 1,0 L 1,0 E

6 D, E 0,9 D 1,0 E

Sumber : SNI 03-2847-2002

2.3.2 Kuat Rencana

Kuat rancang yang tersedia pada suatu komponen struktur,

sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, dalam

kreteria lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebagai kekuatan

nominal yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dan tata cara ini,

dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan .

SNI 03-2847-2002 pasal 11.3 faktor reduksi kekuatan ditentukan sebagai

berikut :

1. Lentur tanpa beban axial = 0,80

2. Beban axial, dan beban axial dengan lentur (untuk beban axial dengan

lentur, kedua nilai kekuatan nominal dari beban axial dan momen harus

dikalikan dengan suatu nilai yang sesuai) :

a. Aksial tarik, dan axial tarik dengan lentur = 0,80

b. Aksial tekan,dan aksial tekan dengan lentur :

- Komponen struktur dengan tulangan spiral = 0,70

- Komponen struktur lainnya = 0,65


5. Geser dan torsi = 0,75

2.4 Plat

Plat merupakan suatu elemen struktur yang mempunyai ketebalan relatif

kecil jika dibandingkan dengan lebar dan panjangnya. Dalam konstruksi

beton, plat digunakan untuk mendapatkan bidang atau permukaan yang rata.

Tumpuan plat umumnya dapat berupa balok-balok beton bertulang, struktur

baja, kolom-kolom, dan dapat juga berupa tumpuan langsung di atas tanah.

2.5 Balok

Balok apabila diberi beban akan tejadi deformasi dan lendutan. Lenturan

ini karena adanya gaya tarik dan gaya tekan pada penampang balok, sehingga

pada penampang ada bagian yang memanjang akibat tertarik dan ada bagian

yang memendek akibat adanya tekanan.

Apabila bebannya bertambah maka pada balok terjadi deformasi dan

regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya (atau bertambahnya)

retak lentur sepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah pada

akhir dapat terjadi keruntuhan elemen struktur yaitu pada saat beban luarnya

mencapai kapasitas elemen. Taraf pembebanan demikin disebut keadaan limit

dan keruntuhan lentur (Edward. G. Nawy, 1990) berdasarkan jenis

keruntuhan yang terjadi balok dapat dikelompokan menjadi :

1. Penampang Balance

Tulangan tarik mulai lelah tetap pada saat beton mencapai regangan

batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal terjadinya keruntuhan

regangan tekan yang diizinkan pada serat tepi yang tertekan adalah 0,003

sedangkan regangan bajanya sama dengan regangan lelehnya.


2. Penampang Over Reinforced

Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan. Pada saat

awal keruntuhan regangan baja yang terjadi lebih kecil dari regangan

lelehnya. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih banyak

dari pada yang diperlukan pada keadaan balance.

3. Penampang Under-Reinforced

Keruntuahan yang ditandai dengan terjadinya lelahan pada tulangan baja.

Tulangan baja terus bertambah panjang regangan baja di atas regangan

lelehnya. Kondisi ini terjadi tulangan yang digunakan kurang dari yang

diperlukan pada kondisi balance.

c =0,003 c=0,003 c =0,003

s > y s = y s < y
Under Reinforce Balance Over Reinforce

Gambar 2.2 Gaya Tarik dan Gaya Tekan pada Balok

Berikut adalah jenis-jenis balok, dimana balok terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1. Balok Persegi, terdiri dari :

a. Balok persegi bertulang tunggal

Pada balok ini hanya memperhitungkan tarik saja.


Gambar 2.3 Balok Persegi Bertulangan Tunggal

b. Balok persegi bertulangan rangkap

Pada balok ini selain memperhitungkan tulangan tarik juga

memperhitungkan tulangan tekan.

Gambar 2.4 Balok Persegi Bertulangan Rangkap

2.6 Kolom

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya

menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak

ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Sebagai bagian dari

suatu kerangka bangunan dengan fungsi dan peran tersebut, kolom

menempati posisi penting di dalam system struktur bangunan. Kolom tidak

hanya sering bertugas menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur,

atau dengan kata lain, kolom harus diperhitungkan untuk menyangga beban

aksial tekan dengan eksentrisitas tertentu (Dipohusodo, Istimawan. 1994).


Pada kolom beban aksial biasanya dominan sehingga keruntuhan tekan

sulit dihindari. Apabila beban pada kolom bertambah maka retak akan

banyak terjadi di seluruh tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang.

Dalam keadaan batas keruntuhan (limit state of failure), selimut beton di luar

sengkang (pada kolom bersengkang) atau di luar spiral (pada kolom spiral)

akan lepas sehingga tulangan memanjangnya akan mulai kelihatan apabila

memanjang pada panjang tidak tertumpu sengkang atau spiral. Dapat

dikatakan bahwa dalam keadaan batas keruntuhan selimut beton lepas dahulu

sebelum lekatkan baja-beton hilang (Nawy. G. Edward, 1990).

Kolom beton bertulang biasanya terdiri dari baja tulangan longitudinal dan

ditunjukkan oleh macam dari penguatan lateral tulangan yang diberikan.

Jenis kolom menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986)

1. Kolom Ikat (tied column) biasanya berbentuk bujur sangkar, persegi, atau

lingkaran, di mana tulangan utama memanjang dipegang oleh pengikat

lateral terpisah yang umumnya ditempatkan pada jarak 12 sampai 24

inchi (300 sampai 600 mm) (gambar 1.1.a).

2. Kolom Spiral (spiral column), umumnya jenis kolom berbentuk bujur

sangkar dan lingkaran, di mana tulangan memanjang disusun membentuk

lingkaran dan diikat oleh spiral yang ditempatkan secara menerus dengan

pitch sebesar 2 sampai 3 inchi (50 sampai 70 mm) (gambar 1.1 b).

3. Kolom Komposit (composite column) merupakan jenis kolom yang

memakai profil baja struktur, pipa atau tube, tanpa atau dengan

penulangan memanjang tambahan (gambar 1.1.c dan 1.1.d).


Jenis kolom menurut Nawy (1990). Kolom dapat diklasifikasikan

berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban pada

penampangnya dan panjang kolom dalam hubungannya dengan dimensi

lateralnya.

Klasifikasi Kolom Dapat Dibedakan Berdasarkan

A. Bentuk Dan Susuanan Tulangan

Dapat dibedakan menjadi tiga jenis :

1. Kolom segi empat dengan tulangan memanjang dan sengkang.

2. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa

sengkang atau spiral

3. Kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja struktural

didalamnya.

Gambar 2.5 Klasifikasi Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan


B. Panjangnya

Dapat di bedakan menjadi :

1. Kolom pendek (short column) adalah kolom yang runtuh akibat

kegagalan material (lelehnya baja atau runtuhnya beton)

2. Kolom panjang adalah kolom yang runtuh akibat terjadinya tekuk pada

kolom.

C. Posisi beban pada penampangnya

Dapat di bedakan menjadi :

1. Kolom dengan beban sentris adalah kolom yang hanya menerima beban

aksial (gaya normal) (Gambar 2.6 (a)).

Gambar 2.6 (a) Kolom Berdasarkan Panjang Penampang dengan Beban

Sentris

2. Kolom dengan beban eksentris adalah kolom yang selain menerima

beban aksial juga menerima momen lentur (Gambar 2.6 (b) dan (c)).
Gambar 2.6 (b) dan (c) Kolom Berdasarkan Panjang Penampang

dengan Beban Eksentris

2.7 Gaya Dalam

1. Perhitungan Gaya-Gaya Dalam

Gaya-gaya dalam struktur portal dapat ditentukan dengan Metode

Balok Diatas 2 Tumpuan

Dari analisa struktur akan diperoleh momen dan dilanjutkan

perhitungan penulangan struktur.

2.8 Penulangan Plat

Untuk mengetahui jenis plat dengan memperhatikan nilai perbandingan

antara ly (sisi terpanjang) dan lx (sisi terpendek) atau dirumuskan ly/lx

a. Apabila ly/lx 2 maka digolongkan sebagai plat 1 arah, artinya gaya

bekerja hanya pada arah dengan momen terbesar.

b. Apabila ly/lx < 2 maka digolongkan sebagai plat 2 arah, artinya gaya

bekerja pada dua arah dengan momen yang sama-sama besar.


1. Perencanaan Plat Satu Arah

Penentuan tebal minimum balok non prategang atau plat satu arah bila

lendutan tidak dihitung :

Tabel 2.3 Tebal Minimum Balok Non-Pratekan dan Pelat Satu Arah

Tebal Minimum,( h)

Komponen Dua tumpuan Satu ujung Kedua ujung Kantilever

Struktur sederhana menerus menerus

Komponen yang tidak menahan atau disatukan dengan partisi atau

konstruksi lain yang mungkin akan rusak oleh lendutan besar

Pelat masih
L/20 L/24 L/28 L/10
satu arah

Balok atau

pelat rusuk L/16 L/18,5 L/21 L/8

satu arah

Sumber: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SK SNI T-15-1991-
03 DPU
Persamaan diatas dikalikan dengan persamaaan (dengan kondisi bj 23-

25 KN/m3, Baja mutu 40).

fy
h x 0,4 x = nilai dari tabel 2.3 di atas.
100

Jika bj 1500 2000 kgf/m3 maka dikalikan faktor sebesar (1,65-0,005 bj

beton).

2. Perencanaan Plat Dua Arah

Metode konvensional hanya dipakai untuk menganalisa sistem portal

dengan balok pemikul. Dalam analisa perhitungan plat terpisah dengan


perhitungan portal, plat dihitung tersendiri kemudian beban plat dipikul

oleh balok pemikul beserta beban-beban yang lain.

Langkah-langkah

1. Menentukan kondisi plat dan menentukan nilai momen maksimum

yang terjadi.

2. Menentukan tebal plat

Penentuan tebal plat dua arah mengikuti aturan pada tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Tebal Minimum Balok Non-Pratekan dan Pelat dua arah

fy fy fy Fy

Komponen

400 240 400 240 400 240 400 240

Pelat
1/1 1/1
mendukung satu 1/20 1/27 1/24 1/32 1/28 1/37
0 3
arah

Balok
1/1
mendukung satu 1/16 1/21 1/18,5 1/24,5 1/21 1/28 1/8
1
arah

Sumber : SNI 1992 Tabel 3.2.5a

3. Menentukan Pembebanan

4. Menentukan Momen dan penulangan

Menghitung nilai d, untuk arah x berlaku :

dx = h s .... (2.18)

untuk arah y berlaku :


dy = h s .... (2.19)

5. Menentukan tumpuan plat, lalu menghitung momen dengan

menggunakan tabel 2.4 dan 2.5.3

6. Hitung nilai koefisien tahanan k

Mu
k .. (2.20)
bd 2

7. Menghitung nilai ratio tulangan :

( fy) 2
fy 0,59 k .. (2.21)
fc

cek nilai :

0,85 fc'1 600


b . .. (2.22)
fy (600 fy)

maks 0,75 b .. (2.23)

1.4
min .. (2.24)
fy

tentukan letak nilai terhadap nilai min dan nilai maks :

o bila nilai < min, maka harus dikali faktor 1,33 apabila masih <

min maka gunakan nilai min

o bila min < < max gunakan nilai

8. Menentukan luas tulangan (As) yang diperlukan :

As b d .. (2.25)

9. Memilih diameter tulangan ( ) yang akan digunakan dengan

penampang dihitung dengan persamaan:

1
Astulangan 2 ... (2.26)
4
10. Menghitung jarak antar tulangan x :

1000 As
... (2.27)
x Astulangan

syarat jarak antar tulangan : x 100 mm

cek ulang As perlu

Astotal > As perlu

1000 1
( 2 ) As perlu .OK!
x 4

1.10 Penulangan Lentur Balok

Prosedur dalam merencanakan balok, antara lain:

1. Menghitung momen rencana Mu

Mu
2. Menghitung momen nominal Mn = .. (2.28)

3. Menetapkan tinggi efektif, d = h 70 mm atau dengan mengasumsikan


tulangan tarik satu lapis d = h - ds s 1 t ...... (2.29)
2

4. Menentukan lebar flens efektif be menggunakan ketentuan SK SNI 03

2847 2002 Pasal 10.10.2

be 16hf + bw

be ln + bw

be 1 L
4

5. Menghitung momen tahan Mf,


Mf = 0,85 f c' . h f be bw . d 1 h f ........ (2.30)
2

digunakan faktor reduksi = 0,8


6. Apabila Mf Mn balok akan berperilaku sebagai balok T persegi

dengan lebar be, dan apabila Mf < Mn balok berperilaku sebagai balok T

murni.

Apabila dihitung sebagai balok T persegi langkah selanjutnya adalah

sebagai berikut:

7. Menghitung kmaks,

600
kmaks = 0,75kb = 0,75 1 .. (2.31)
600 f
y

8. Menghitung kapasitas momen nominal maksimum Mn1 yang dapat

ditahan oleh tulangan tunggal.


Mn1 = 0,85. f c' . b . d 2 . k maks . 1 1 k maks .... (2.32)
2

9. Menghitung tulangan luas tulangan tunggal As1,

M n1
As1 = .. (2.33)
f y . d .1 maks
k
2

10. Menghitung selisih momen,

Mn2 = Mn Mn1 .. (2.34)

Jika Mn2 > 0, maka diperlukan tulangan rangkap

Jika Mn2 0, maka tidak diperlukan tulangan rangkap

Jika tulangan tekan diperlukan langkah selanjutnya adalah:

11. Menentukan letak tulangan tekan dengan mengasumsikan tulangan tekan

satu lapis,

d = ds + s 1 t .. (2.35)
2

12. Menghitung luas tulangan tekan As2,


M n1
As2 = ... (2.36)
f y .d d'

13. Menghitung luas total tulangan tarik Ast,

Ast = As1 + As2 .... (2.37)

14. Memilih tulangan yang akan dipakai

Cek lebar balok dengan tulangan terpasang,

bt = 2ds + 2s n.t n 1.st bw ........ (2.38)

15. Menghitung nilai d dan d kembali sesuai dengan sketsa.

Cek kondisi leleh tulangan tekan,

0,85. f c' 600


' ... (2.39)
f . d 600 f
y y

As' As t
maka tulangan tekan leleh. ' dan
b.d b.d

16. Membuat sketsa penulangan balok

17. Apabila dihitung sebagai balok T murni langkah selanjutnya adalah

sebagai berikut:

1. Menghitung momen pada web,

Mw = M n M f .. (2.40)

2. Menentukan nilai k yang diperlukan,

2 Mw
k 1 1 ...................... (2.41)
0,85. fc' . bw . d 2

3. Menghitung nilai Asw,

Mw
Asw =

f y . d k 2 ................................. (2.42)
4. Menghitung nilai Asf,

0,85. f c' . h f .b bw
Asf =

f y . d k
2
........................ (2.43)

5. Menghitung luas total,

As = Asw + Asf ......................................... (2.44)

6. Memilih tulangan dengan syarat Ast As

7. Cek terhadap batas luas tulangan maksimum dan minimum,

As maks 0,75.As b Asf ......................... (2.45)

Dengan :

0,85. f c' . 1 600


As b b . b . d , b , f As f , dan
f 600 f bw . d
y y

b f
bw
b
b

1,4
As min min . b . d , dengan min
fy

1.11 Perencanaan Tulangan Geser

Langkah-langkah dalam perencanaan tulangan geser sengkang:

1. Hitung gaya geser berfaktor Vu berdasarkan penampang kritis

1
2. Jika Vu Vc , maka tidak perlu tulangan geser.
2

1
3. Gunakan tulangan geser minimum bila Vc < Vu Vc
2

bw S
Luas tulangan geser minimum: Av =
3 fy

2
4. Bila Vu Vc fc ' bw d , tulangan geser harus diberikan.
3
Av fy d
Dimana: S = untuk sengkang vertical
Vs

Av fy d
S = sin cos untuk sengkang miring
Vs

Vs Vu Vc

5. Jarak minimum sengkang:

Tabel 2.5 Jarak minimum sengkang

Syarat Nonprestressed Prestressed

1
Vs fc ' bw d S < d/2 S < 0,75 h atau S < 600
3

1
Vs fc ' bw d S < d/4 S < 0,375 h atau S < 300
3

2
6. Bila Vu Vc fc ' bw d , maka dimensi penampang balok
3

harus diperbesar
Zonasi Penulangan Geser

Karena keruntuhan geser pada balok tanpa tulangan geser biasanya bersifat tiba-tiba dan getas, maka SNI 2002 mensyaratkan

adanya tulangan geser minimum pada balok yang dikenai gaya geser Vu yang besarnya melebihi 0,5 Vc dan memerlukan tulangan geser

jika Vu Vc
Tabel 2.6 Zona penulangan geser
Zona V Luas penampang terlalu kecil

Av fy d Av fy sin cos d
2 S atau S
Vu Vc fc' bw d Zona IV
Jarak tulangan sengkang lebih rapat
Vs Vs
3

Av fy d
S atau
Vs
Jarak tulangan sengkang
1 Zona III
Vu Vc fc' bw d Av fy sin cos d
3 S
Vs

S 0,50d atau S 600 mm


Vu Vc Zona II Tulangan sengkang minimum
S 0,25d atau S 300 mm

Vu 0,5 Vc Zona I Tidak perlu tulangan sengkang

Dimana:

Vs Vu Vc
1.12 Perencanaan Kolom

Prosedur dalam mendesain kolom pendek akibat beban uniaksial adalah

sebagai berikut:

1. Menghitung gaya aksial Pu dan momen Mu

2. Menghitung beban aksial nominal Pn dan momen nominal Mn,

Pu
Pn ................................................................................................. (2.46)

Mu
Mn ............................................................................................ (2.47)

Nilai = 0,70 untuk tulangan spiral dan = 0,75 untuk tulangan sengkang

berdasarkan SK SNI 03-2847-2002

3. Tentukan rasio penulangan antara 1,5% s/d 8%

4. Hitung nilai Luas tulangan tarik As dan tulangan tekan As

As As' bh ........................................................................................ (2.48)

5. Hitung titik berat tulangan tekan terhadap serat tekan

d ' ds s 1 t .................................................................................................. (2.49)


2

6. Hitung beban seimbang Pub,

d = h d .............................................................................................. (2.50)

600 d
cb .......................................................................................... (2.51)
600 f y

a = 1cb ................................................................................................. (2.52)

cu c b d'
s ' ....................................................................................... (2.53)
cb

fs = Ess ................................................................................................ (2.54)

Jika nilai fs melebihi nilai fy, maka digunakan fs = fy.


Pnb = 0,85 fc b ab + Asfs Asfy

Mnb = 0,85 fc b ab ( h - ab) + Asfs( h - d) Asfy (d - h) ....... (2.55)

eb = Mnb/ Pnb ....................................................................................... (2.56)

7. Cek eksentrisitas e terhadap eksentrisitas seimbang eb,

Jika,

e < eb ; terjadi keruntuhan tekan

e = eb ; terjadi keruntuhan balanced

e > eb ; terjadi keruntuhan tarik

8. Cek kekuatan penampang

a. Keruntuhan Tarik

h 2 e h 2 e d'
Pn 0,85 f c' bd 2 m 1 .......................... (2.57)
2 d 2d d

As
................................................................................................. (2.58)
bd

fy
m .......................................................................................... (2.59)
0,85 fc '

Jika nilai Pn kurang dari Pu perbesar dimensi kolom atau perbesar luas

tulangan. Jika nilai Pn kurang dari 0,1fcAg, faktor reduksi dapat

ditingkatkan secara sampai 0,8.

9. Cek tegangan pada tulangan tekan,

Pn
a ............................................................................................... (2.60)
0,85 f c' b

a
c ....................................................................................................... (2.61)
1

c d'
f s' 600 ......................................................................................... (2.62)
c
10. Menentukan diameter dan jumlah tulangan sengkang yang dipakai.

Spasi tulangan sengkang diambil nilai terkecil dari:

- 16 kali diameter tulangan pokok

- 48 kali tulangan sengkang

- dimensi terkecil dari kolom

b. Keruntuhan Balanced

Pn = Pnb ...................................................................................................... (2.63)

Jika nilai Pn kurang dari Pu perbesar dimensi kolom atau perbesar luas

tulangan.

c. Keruntuhan Tekan

As' f y bhf c'


Pn .............................................................. (2.64)
e 3 he
0,50 1,18
d d' d2

Jika nilai Pn kurang dari Pu perbesar dimensi kolom atau perbesar luas tulangan.

Anda mungkin juga menyukai