PENDAHULUAN
Olahraga bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga prestasi yang sangat
terkenal diseluruh dunia.Sehingga menjadi suatu olehraga yang paling diminati di UNITRI
MALANG. UNITRIMALANG juga sering melaksanakan aktivitas yang dapat
dipertandingkan seperti misalnya pada kompetisi UNITRI CUP MALANG.Bagi mahasiswa
UNITRI MALANG yang gemar berolahraga atau memiliki bakat bermain Bulutangkis dapat
mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulutangkis sebagai wadah pengembangan
bakat dan keterampilan mahasiswa untuk meningkatkan prestasi dalam keterampilan bermain
bulutangkis. Latihan UKM bulutangkis UNITRI MALANG dilaksanakan setiap hari selasa
dan hari kamis di GOR Bulutangkis UNITRI MALANG.
Sebagai aspek pendukung prestasi atlet, jenis masase seperti sport masase, circullo
masase, Swedia masase dan masase frirage dapat membantu atlet dalam mencapai prestasi,
karena masase dapat membantu menjaga kondisi atlet tetap dalam kondisi baik sesuai dengan
fungsi masase yang digunakan. Masase frirage merupakan salah satu masase yang dapat
bermanfaat untuk membantu penyembuhan setelah penanganan medis maupun sebelum
penanganan medis sebagai salah satu pencegahan dan perawatan tubuh dari cedera ringan
seperti keseleo pada persendian dan kontraksi otot akibat aktivitas sehari-hari ataupun
berolahraga.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di UKM Bulutangkis UNITRI
MALANG pada bulan maret, diketahui bahwa cedera merupakan salah satu cedera yang
dialami pemain bulutangkis di UKM bulutangkis UNITRI MALANG. Gejala yang
disebabkan oleh cedera menimbulkan inflamasi atau peradangan yang ditandai adanya kalor
(panas), rubor (merah), dolor (nyeri), tumor (bengkak) yang bermuara menyebabkan derajat
gerak sendi (Range of Movement) menjadi terganggu bahkan menurun dari derajat gerakan
normal, sehingga menggangu pemain saat bertanding. Bambang Priyonoadi (2008: 2)
mengatakan bahwa, dalam mencapai prestasi yang diinginkan, olahragawan perlu didukung
oleh berbagai aspek seperti pelatih, latihan dengan program yang benar, medis, fisioterapi,
masseur, psikologi dan ilmu gizi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 April 2017, peneliti ingin
melakukan penelitian secara mendalam kepada 40 orang anggota UKM bulutangkis untuk
mengetahui seberapa besar efektivitas masase frirage dalam mengatasi penurunan range of
movement pada pemain Bulutangkis UNITRI MALANG. Dari hasil wawancara dengan
anggota UKM bulutangkis UNITRI MALANG disamapaikan bahwa biasanya meraka
menggunakan sekitar 80% masase dan 20% menggunakan conterfain atau etil clorin saat
terjadi cedera. Dari latar belakang di atas diteliti bahwa pengaruh masase frirage terhadap
penurunan ROM khususnya pada pemain bulutangkis UNITRI Kabupaten MALANG.
1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Mengetahui pengaruh masase frirage terhadap penurunan ROM pada pemain
Bulutangkis UNITRI MALANG.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
Mengidentifikasi pengaruh masase frirage pada pemain Bulutangkis UNITRI
MALANG
Mengidentifikasi penurunan ROM pada pemain Bulutangkis UNITRI MALANG.
Menganalisis pengaruh masase frirage terhadap penurunan ROM pada pemain
Bulutangkis UNITRI MALANG.
1.4 MAMFAAT
PRAKTIS
a) Membantu Pemain UKM Bulutangkis menangani cedera sehingga cedera yang
dialami dapat disembuhkan.
TEORITIS
b) Penelitian dapat menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan di bidang massase terapi
tentang cara tepat menangani cedera pergelangan tangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masase Frirage
Masase telah lahir di Indonesia sejak zaman kerajaan dan perkembangan agama-
agama yang mengurangi ajaran-ajaran animisme. Salah satu bukti masase telah ada di bumi
Indonesia ini, tergambar pada relief-relief peninggalan agama Hindhu dan Budha. Seperti
halnya di India, masase telah tertuang dalam kitab Ayur-veda yang menceritakan kehidupan
penganut agama Hindu dalam kehidupan di dunia ini (Ali Satia Graha dan Bambang
Priyonoadi, 2009: 16).
Perkembangan masase juga terjadi dengan pesat di negara-negara Eropa seperti
Swedia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Jerman. Negara-negara Eropa menggunakan masase
untuk perawatan orang sakit dan cedera, pesenam dan olahragawan, serta untuk
mengembalikan kebugaran dan melawan kelelahan yang diakibatkan oleh latihan fisik
(Bambang Priyonoadi, 2008: 2).
Para ahli kesehatan menyadari dan membuktikan bahwa masase tidak sekadar cara
untuk mendapatkan kesegaran badani, kekuatan tubuh, dan ketenangan jiwa, tetapi
mempunyai pengaruh yang lebih luas terutama dalam membantu proses penyembuhan suatu
penyakit, kelainan atau gangguan fisik, serta mencegah atau memulihkan cedera
(TjiptoSoeroso, 1983: 6).
Istilah masase frirage berasal dari kata: masase yang artinya pijatan, dan frirage yaitu
gabungan teknik masase atau manipulasi dari friction (gerusan) dan efflurage (gosokan) yang
dilakukan secara bersamaan dalam melakukan pijatan. Masase frirage ini, sebagai salah satu
ilmu pengetahuan terapan yang termasuk dalam bidang terapi dan rehabilitasi, baik untuk
kepentingan sport medicine, pendidikan kesehatan maupun pengobatan kedokteran timur
(pengobatan alternatif) yang dapat bermanfaat untuk membantu penyembuhan setelah
penanganan medis maupun sebelum penanganan medis sebagi salah satu pencegahan dan
perawatan tubuh dari cedera, penyakit, kelelahan dan perawatan kulit. Sehingga dengan
terlahirnya masase frirage ini, bertujuan untuk pencegahan dan perawatan tubuh supaya tetap
bugar dan sehat, selain dari berolahraga dan perawatan medis. Terapi masase, khususnya
pada masase frirage dalam melakukan pijatan hanya menggunakan ibu jari untuk
memasasenya (Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi, 2009: 18).
Menurut Tjiptosoerosa (1983: 5) bahwa saat melakukan masase akan diperoleh
sirkulasi darah dan peredaran hormon yang lancar, sebagai penenang, atau perangsangan
saraf dan sebagai pengobatan bermacam-macam penyakit :
2.1.1 Macam-macam Manipulasi Masase Frirage dan Pengaruhnya.
Menurut Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 19) bahwa manipulasi dalam
masase frirage menggunakan 4 cara yaitu manipulasi friction, efflurage, traksi dan reposisi.
Seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1) Manipulasi friction adalah manipulasi dengan cara menggerus. Tujuannya adalah
menghancurkan myogilosis yaitu timbunan dari sisa-sisa pembakaran yang terdapat pada
otot dan menyebabkan pengerasan serabut otot.
3) Tarikan (traksi) caranya adalah dengan menarik bagian anggota gerak tubuh yang
mengalami cedera khususnya pada sendi ke posisi semula.
4) Mengembalikan sendi pada posisinya (reposisi) caranya adalah waktu penarikan (traksi)
pada bagian anggota gerak tubuh yang mengalami cedera khususnya pada bagian
sendi,dilakukan pemutaran atau penekanan agar sendi kembali pada posisi semula.
2) Masase frirage pada penatalaksanaan untuk cedera anggota gerak tubuh baik pada bagian
atas maupun bawah, merupakan gabungan manipulasi friction, efflurage dan traksi yang
dilakukan pada bagian tubuh yang mengalami cedera saja, antara lain: syaraf, otot dan
persendian tubuh yang mengalami cedera ringan berupa ankle dan kontraksi otot akibat
aktivitas sehari-hari dan olahraga.
3) Masase frirage pada penatalaksanaan untuk bayi dan ibu hamil, merupakan gabungan
manipulasi friction dan efflurage yang dilakukan pada bagian tubuh bayi dan ibu hamil.
Masase frirage pada bayi dan ibu hamil ini, membantu dalam proses pertumbuhan tubuh
bayi lebik baik dan cepat juga membantu ibu hamil agar tidak mengalami keluhan pegal
pada tubuh dan membantu agar tetap bugar dan sehat.
3) Memberi informasi secara akurat kepada klien, praktisi kesehatan lainnya dan
masyarakat yang terbatas pada lingkup ruang kerja.
7) Menjalankan bisnis dan aktivitas profesional secara jujur dan mempunyai integritas
yang tinggi serta mampu menghargai nilai-nilai yang melekat pada setiap orang.
9) Menjaga kerahasiaan semua klien, kecuali atas dasar hukum yang kuat, perintah
pengadilan atau apabila memang benar-benar diperlukan bagi kepentingan masyarakat
luas.
10) Menghormati hak-hak klien atau pengacara untuk mendapatkan segala informasi yang
diperlukan dan secara sukarela memberikan izin untuk melakukan tindakan perawatan.
Izin ini bisa diberikan secara lisan maupun tulisan.
12) Menyediakan semua perlengkapan dan perawatan dengan baik agar keselamatan,
kenyamanan dan privasi klien terjamin.
13) Menggunakan hak untuk menolak memberikan perawatan kepada seseorang atau pada
bagian tubuh tertentu dengan alasan yang masuk akal.
14) Mampu menahan diri dalam segala situasi untuk melakukan atau terlibat dalam
kegiatan secara seksual ataupun perilaku seksual yang melibatkan klien, walaupun ada
indikasi bahwa klien hendak mengarah kepada hal tersebut.
15) Menghindari segala ketertarikan, segala aktivitas atau pengaruh yang bertolakbelakang
dengan segala kewajiban dalam profesi terapi masase dan olah tubuh, dan harus
bertindak profesional sesuai kepuasan klien.
17) Mampu menolak setiap pemberian atau keuntungan lainnya yang dapat mempengaruhi
segala keputusan, tindakan perawatan yang nyata-nyata hanya memberikan keuntungan
pribadi dan bukan demi kebaikan pasien.
18) Mengikuti semua kebijakan, prosedur, petunjuk/pedoman, peraturan, kode etik dan
persyaratan-persyaratan yang dikeluarkan oleh Dewan Sertifikasi Nasional untuk
Masase Terapi dan Olah Tubuh.
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi
tubuh menjadi bagian depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan
eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi
(tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya
eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh
struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan
sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
4. Merangsangsirkulasidarah
5. Mencegahkelainanbentuk, kekakuandankontraktur
2.2.3 Manfaat ROM (Range Of Motion)
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-
tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di
curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin
telah di lakukan.
2.2.5 Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)
a. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal
(klien aktif). Keuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi
di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal (klienpasif). Kekuatanotot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
1. ROM Aktif :
1.1 Indikasi :
a) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas
sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian
sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif
yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau
mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan
gerakan).
c) c. ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
d) d. ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah
daerah yang tidak dapat bergerak.
1.2 Sasaran :
a) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran ROM Aktif serupa
dengan ROM Pasif.
b) Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol
gerak volunter.
c) Sasaranspesifik:
Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat
Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi
Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian
Meningkatkan sirkulasi
Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik
2. ROM Pasif
2.1 Indikasi :
a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau
seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
2.2 Sasaran :
e. Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian
2.2.7 Kontraindikasi dan Hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a) Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses
penyembuhan cedera.
Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas
nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap
penyembuhan dan pemulihan
Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah,
termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b) ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life
threatening)
PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM
pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan
trombus
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang
ketat
2.2.8 Keterbatasan dalam Latihan ROM
a. ROM Aktif
Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan.
Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan
menggunakan pola gerakan.
b. ROM Pasif
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk
sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan
yang sama.
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga
berikut :
2. Bahu
3. Siku
5. Pergelangan tangan
7. Ibu jari
8. Pinggul
9. Lutut
Umur
Beberapa peneliti dalam studinya menemukan perubahan (penurunan/peningkatan)
ROM sendi pada beberapa kelompok umur.
- Fleksi-ekstensi wrist, rotasi hip dan rotasi shoulder mengalami penurunan ROM
dengan bertambahnya usia .
- Gerakan aktif hip dan knee mengalami penurunan 3 sampai 5 pada kelompok
umur 25 39 tahun dan 60 74 tahun. Untuk ekstensi hip penurunan ROM
sampai 15 %.
- Peningkatan ROM thoracolumbal (fleksi, ekstensi dan lateral fleksi) terjadi pada
kelompok umur 15 24 tahun dan mulai umur 25 34 tahun terjadi penurunan
secara progresif
Jenis Kelamin
Boone dan kawan-kawan menemukan bahwa wanita pada usia 21-69 tahun
mengalami penurunan ROM pada gerakan ekstensi hip lebih besar daripada fleksi
hip pada pria dengan umur yang sama. Wanita pada usia 1 29 tahun mengalami
penurunan ROM pada gerakan adduksi dan lateral rotasi hip yang lebih besar
daripada pria pada kelompok umur yang sama.
Beighton dan kawan-kawan dalam studinya di Afrika menemukan bahwa wanita usia
antara 0 80 tahun lebih mobile daripada pria pada kelompok umur yang sama.
Aktif ROM
Dapat memberikan informasi tentang keberadaan gerakan yang dilakukan
klien/pasien termasuk memantau/melihat koordinasi gerak, kekuatan otot dan ROM
sendi.
Bila terdapat rasa nyeri selama melakukan aktif ROM, kemungkinan terjadi
pemendekan atau penguluran pada jaringan kontraktil (otot dan tendon).
Rasa nyeri dapat juga disebabkan oleh penguluran/penjepitan jaringan non kontraktil
seperti ligamen, kapsul sendi dan bursa.
Pasif ROM
Pasif ROM biasanya sedikit lebih besar daripada aktif ROM. Hal ini
disebabkan oleh kontrol gerak volunter pada tiap sendi lebih kecil pada pasif ROM.
1) Net
Pukulan lob adalah cock overhead (di atas) yang dipukul di bagian belakang
kepala (samping telinga). Pukulan di belakang kepala ini relatif lebih sulit dibanding
dengan overhead yang biasa, karena untuk bisa melakukan pukulan (teknik) ini
diperlukan ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang baik. Pukulan lob dibagi
menjadi dua jenis yaitu full lob dengan arah cock tinggi ke belakang dan Attacking
lob dengan arah cock-nya tidak terlalu tinggi.
3) Dropshot
2.4 Hubungan Masase Frirage dengan penurunan ROM pada pemain Bulutangkis
UNITRI MALANG
Belum ada penelitian yang membahas tentang hubungan masase frirage
dengan penurunan ROM pada pemain Bulutangkis UNITRI MALANG Adapun
penelitian tersebut adalah milik Wawan Agung Raharjo (2011) yaitu, Tingkat
Keberhasilan Masase Frirage dan Streching dalam Cedera Panggul Tim Hoki
Uiversitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan tingkat keberhasilan
masase frirage dan steching dalam meminimalisir cedera pangggul yang terganggu
pada range of movement menjadi lebih baik dan meningkat kualitasnya pada
gerakan panggul tim Hoki UNY. Dari tingkat keberhasilan yang diperoleh dari
Range of Movement pada articulatio coxae sendi panggul antara lain: meliputi gerak
fleksi pada panggul tanpa bantuan sebesar 43,44%, ekstensi tanpa bantuan sebesar
39,53%, abduksi tanpa bantuan sebesar 41,50% dan adduksi tanpa bantuan sebesar
33,07%, sedangkan gerak fleksi dengan bantuan sebesar 41,26%, ekstensi dengan
bantuan sebesar 41,04%, abduksi dengan bantuan sebesar 41,19% dan adduksi
dengan bantuan sebesar 36,78%. Disimpulkan bahwa hubungan terhadap penurunan
ROM sehingga pemain bulutangkis UNITRI MALANG memerlukan penanganan
khusus terhadap cedera yang dialami untuk meningkatkan prestasi.
BAB III
KERANGKA KONSEP
KET : DITELITI
TIDAK DITELITI
3.2 HIPOTESIS
4.1 Desain
Penelitian ini merupakan hasil observasional dengan pendekatan cross
selectional pada tanggal 12 april 2017.
4.2 Populasi
4.2.1 Pengertian Populasi dan Sample
Populasi adalah sekumpumpulan data yang mempunyai karakteristik yang
sama dan menjadi objek inferensi. Statistika inferensi mendasarkan diri pada kedua
konsep dasar populasi sebagai keseluruhan data, baik nyata atau pun imajine, dan
sample sebagai bagian dari populasi yang di gunakan untuk melakukan inferensi
(pendekatan / penggambaran) terhadap populasi tempatnya berasal.sample dianggap
mewakili populasi.sample yng diambil satu tidak dapat dipakai untuk mewakili
populasi lain, melainkan menggunakan rumus :
n = N / 1+Ne 2
4.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pemain Bulutangkis UNITRI MALANG.
Sedangkan sampel penelitian adalah sebagian pemain Bulutangkis UNITRI
MALANG yang mengalami penurunan ROM angan sebanyak 36 pemain dari
keseluruhan populasi 40.
4.2.3 Kriteria
Inklusif :
laki-laki
pemain bulutangkis
ikut ukm unitri
Ekslusif :
perempuan
bukan pemain bulutangkis
tidak ikut ukm
4.2.4 Sampling
Variable dalam penelitian ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu variabel bebas
yaitu hubungan masase friarage dan variabel terikatnya yaitu penurunan ROM pada
pemain bulutangkis UNITRI MALANG
4.2.6 Instrumen