Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama merupakan pegangan bagi setiap manusia dalam menjalani
proses kehidupan. Di Indonesia, terdapat enam agama yang telah disahkan, yaitu
Kristen Protestan, Kristen Katolik, Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu. masing -
masing agama tersebut menyembah Tuhan yang berbeda-beda tiap agama, sesuai
dengan kepercayaannya masing-masing, dan tiap agama tersebut juga memiliki
tempat ibadah sendiri, yang dapat dibedakan karena memiliki ciri khas tersendiri
pada bangunannya. Selain karena tuntutan akan adanya wadah untuk
melangsungkan ibadah, adapun pengadaan tempat peribadatan dilatarbelakangi
oleh peraturan yang terdapat di Indonesia, yang dirangkum pada Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berisikan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu, dan juga mengingat semakin
bertambahnya jumlah penduduk ataupun jemaat yang dengan otomatis akan
membutuhkan tempat untuk mempertebal iman serta berkomunikasi dengan
Tuhan.
Dalam pemahaman iman Kristen khususnya, manusia terdiri dari tubuh,
jiwa, dan roh. Ketiganya memiliki sistem kerja yang berlainan namun memiliki
peran yang sama agar kehidupan manusia terus berlangsung. Dengan kata lain,
manusia dapat dikatakan sehat apabila tiga unsur ini saling seimbang dan selaras.
Dalam pandangan agama Katholik ibadah liturgi yang biasa dilakukan
satu minggu sekali merupakan cara yang diatur oleh gereja sebagai
sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu guna menyeimbangkan
kehidupan dan menumbuhkan keiman umat Katholik dapat melakukan kegiatan
doa secara langsung setiap harinya, melakukan kegiatan pelayanan yang
merupakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, serta melakukan wisata
hati untuk menyegarkan kerohaniannya dengan ziarah ketempat-tempat suci
seperti Goa Maria, meditasi atau mengikuti kegiatan retret.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk akan
terus meningkat setiap tahunnya. Umat penganut agama Katholik juga akan
meningkat, sehingga tentu akan membutuhkan ruang dan fasilitas pelayanan yang
semakin lengkap dan luas yang dapat menampung jumlah umat serta mampu
mewadahi kegiatan rohani.
Saat ini berdasarkan data statistik Kabupaten Jembrana di Bali tahun
2013, tercatat jumlah penganut agama Katholik di Jembrana berjumlah 2.786 jiwa
yang meningkat dari jumlah pada tahun 2010 sebanyak 1865 jiwa.
Menurut Departemen Agama Kabupaten Jembrana dalam tahun 2010 terdapat
rumah ibadah untuk pemeluk agama Kristen Protestan dengan jumlah 13 gedung
Gereja. Sedangkan untuk agama Katholik jumlah rumah ibadah katholik ada
sebanyak 4 bangunan gereja, 2 kapel, dan 2 Goa Maria sebagai tujuan ziarah Goa
Maria umat Katholik. Berdasarkan jumlah Goa Maria tersebut maka tempat tujuan
ziarah Goa Maria umat Katholik yang tersedia saat ini masih kurang jumlahnya,
kapasitas dan fasilitas Goa Maria tersebut juga masih kurang memadai sedangkan
Goa Maria yang berada di Kabupaten Jembrana di Kecamatan Negara Desa
Ekasari merupakan tujuan utama yang sangat dikenal oleh wisatawan lokal dan
asing untuk berziarah Goa Maria.
Wisata rohani berupa ziarah Goa Maria dapat dikatakan sebagai kegiatan
bagi umat Katholik untuk men-charge dan me-refresh kembali keimanannya
setelah lelah menjalani kehidupan duniawinya. Ziarah Goa Maria dalam agama
Katholik terdiri dari beberapa kegiatan kerohanian seperti retret, meditasi,
perenungan, misa, berdoa, diskusi sosial keagamaan, jalan salib dan kegiatan
kerohanian lainnya yang bisa ditambahkan. Kegiatan ini sendiri dibawah
pengawasan atau bimbingan langsung kaum rohaniawan, dengan tujuan sebagai
proses introspeksi dan refleksi diri akan kehidupan masa lalu baik itu berupa
pencapaian hidup atau keadaan yang dianggap gagal dan mengarahkannya
menuju proses yang lebih baik di masa mendatang, serta mempersiapkan dan
kemudian mengajak manusia untuk mencari maksud dan tujuan hidupnya sesuai
dengan kehendak Tuhan.
Berdasarkan hal tersebut, kawasan Goa Maria yang berada di Kecamatan
Negara Desa Ekasari yang didesain oleh arsitek Ir. Gusti Ketut Suarya penduduk
asli Desa Ekasari sudah memiliki nilai kenyamanan yang mendukung dengan
suasana dan pemandangan alam yang masih hijau, namun kelengkapan fasilitas
dan sarana yang ada masih kurang memadai seperti kurang memaadainya jalur
sirkulasi manusia dan kendaraan di area kawasan Goa Maria ini, kurang adanya
identitas ketegasan pada kawasan entrance, terbatasnya lahan parker kendaraan,
kurangnya penataan ruang luar berupa perkerasan, sign board, permasalahan
utilitas kawasan yaitu penampungan sampah yang belum maksimal. Selain itu
belum tersedianya tempat penginapan khusus wisatawan rohani atau yang disebut
rumah retret untuk menampung wisatawan yang datang berwisata ke Goa Maria
apabila ingin menginap. Maka diperlukan sebuah pengembangan akan kebutuhan
tempat ziarah Goa Maria yang sudah ada di Kabupaten Jembrana Goa Maria
Palasari dimana kawasan ini masih belum terlalu padat serta masih memiliki
udara yang sejuk guna melengkapi sarana dan prasarana kerohanian.

1.2 Identifikasi dan rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah
yang terdapat di kawasan wisata rohani Goa Maria Palasari berupa permasalahan
non arsitektural berupa permasalahan pada zonasi kawasan dalam zona utama
yaitu kurang tegasnya pembagian zonasi pada areal jalan salib dan areal suci (altar
dan goa) yang berakibat pada terganggunya ziarah jalan salib disebabkan oleh
jemaat yang ingin melakukan doa dan ziarah ke areal suci.
Zona penunjang yang masih kurang tertata dengan baik yang akan
berdampak pada kebutuhan jemaat untuk melengkapi kegiatan wisata rohani
seperti kurang fasilitas rumah retret dan took souvenir berupa pernak-pernik
rohani hasilkerajinan masyarakat setempat. Sedangkan pada zona servis yang
kurang seperti toilet, kurang failitas parker yang memadai.
Setelah mengetahui permasalahan pada aspek non arsitektural zonasi
kawasan di atas, maka adapun permasalahan arsitektural dalam proses
pengembangan kawasan wisata rohani Goa Maria Palasari ini terkait pada konsep
dasar dan tema rancangan, serta konsep perencanaan dan perancangan. Pada Goa
Maria Palasari ini belum adanya terapan elemen konsep dasar dan tema rancangan
yang berfungsi dalam memperkuat identitas kawasan sebagai kawasan wisata
rohani, konsep perncanaan site yang masih kurang tertata seperti masalah tata
zonasi areal jalan salib dan areal suci (altar dan goa), tidak adanya ketegasan pada
entrance, pembagian sirkulasi di dalam site yang masih kurang teratur dan elemen
ruang luar yang masih minim seperti sign board.
Konsep perancangan yaitu tidak adanya konsep massa yang jelas pada
kawasan seperti bentuk massa, pola massa dan arah orientasi dalm menunjukkan
fungsi utama sebagai kawasan wisata rohani, konsep perancangan bangunan yang
masih tidak teratur hingga permasalahan pada sistem utilitas seperti tata cahaya
pada sore hingga malam hari, penyediaan air bersih, sistem pembuangan air
limbah dan samapah.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yang terdapat di kawasan Goa Maria Palasari dalam aspek non
arsitektural pada zonasi kawasanyaitu:
a. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pada zona utama kawasan Goa
Maria Palasari?
b. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pada zona penunjang kawasan Goa
Maria Palasari?
c. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pada zona servis kawasan Goa
Maria Palasari?

Permasalahan Arsitektural.

a. Bagaimana penerapan konsep dasar dan tema rancangan yang mendukung


identitas kawasan sebagai kawasan wisata rohani?
b. Bagaimana konsep perencanaan site yang sesuai untuk diterapkan pada fungsi
utama kawasan?
c. Bagaimana konsep perancangan yang sesuai untuk diterapkan pada fungsi
utama kawasan?
d. Bagaiman konsep utilitas yang sesuai untuk diterapkan pada fungsi utama
kawasan?

1.3 Pengertian Judul


Adapun pemaparan pengertian judul tentang Pengembangan Kawasan
Wisata Rohani Goa Maria Palasari di Kabupaten Jembrana yaitu diantaranya:
a. Pengembangan : Proses, Cara, Perbuatan mengembangkan, Upaya
meningkatkan mutu agar dapat dipakai untuk berbagai
keperluan dalam kehidupan masyarakat modern.
(Kamus Besar bahasa Indonesia;edisi ketiga 2002).
b. Kawasan : Daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti
tempat tinggal, pertokoan, industry, dan lain sebagainya
(Setiawan, Ebta; kemdikbud; pusat bahasa 2012-2015)
c. Wisata : Bepergian bersama sama (untuk memperluas
pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya,
bertamasya, piknik) (Setiawa, Ebta; kemdikbud;pusat
bahasa 2012-2015)
d. Rohani : Roh, di samping jasmani, berkaitan dengan roh.
(Kamus Besar bahasa Indonesia;edisi ketiga 2002).
e. Goa : liang (lubang) besar (pada kaki gunung dan sebagainya)
(Kamus Besar bahasa Indonesia;edisi ketiga 2002).
f. Maria : Ibu Yesus dalam kekristenan
g. Palasari : Salah satu desa yang terletak di Desa Ekasari,
Kabupaten Jembrana, Bali.
h. Di : kata depan untuk menandai tempat (Setiawa, Ebta;
kemdikbud;pusat bahasa 2012-2015)
i. Kabupaten : Pembagian wilayah administrative di Indonesia setelah
provinsi.
j. Jembrana : merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di
Provinsi Bali.
Jadi pengertian dari Pengembangan Kawasan Wisata Rohani Goa
Maria Palasari di Kabupaten Jembrana adalah upaya meningkatkan mutu
daerah tertentu sebagai tempat bersenang senang secara rohani di Goa Maria
Palasari, Kabupaten Jembrana, Bali.

1.4 Batasan
Batasan lokasi dalam penataan kawasan wisata rohani Goa Maria
Palasari ini adalah sepanjang areal wisata rohani Goa Maria Palasari, Desa
Ekasari, Kabupaten Jembrana, Bali.

Titik lokasi
Goa Maria Palasari di Desa Ekasari
Kec. Melaya, Jembrana

Gambar 2.1 Peta Lokasi Goa Maria Palasari Jembrana


Sumber : www.google.com

Batasan lingkup pelayanan wisata rohani yaitu pada kegiatan wisata


ziarah berdoa melalui perantaraan Bunda Maria di pelataran patung Maria, jalan
salib, persekutuan dan misa.
Batasan sifat pelayananan yaitu merupakan kawasan rekreasi komersil
seperti took souvenir yang dikelola jemaat atau masyarakat local yang ingin
menggunakan fasilitas penunjang yang ada di kawasan wisata rohani ini.
Batasan penataan (planning), penataan akan dilakukan pada planning
meliputi entrance, sirkulasi, fasilitas parkir, tata hijau, elemen ruang luar dan pola
massa, setelah itu pada bangunan (building) meliputi komposisi, orientasi, bentuk
dan tata letak bangunan dan juga struktur dan utilitas (kawasan dan bangunan).
Batasan jangka waktu perencanaan kebutuhan saat ini diproyeksikan
untuk 15 (lima belas) tahun yang akan dating, dengan pertimbangan unsur teknik
bangunan, potensi dan kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi mendatang.

1.5 Tujuan, Sasaran dan Manfaat


Dalam melakukan penataan kawasan wisata rohani Goa Maria Palasari
ini adapun tujuannya yaitu mengembangkan atau meningkatkan mutu fasilitas-
fasilitas yang ada di kawasan wisata rohani ini seperti fasilitas penunjang dan
servis sesuai dengan kondisi kawasan, merancang kawasan menjadikan area yang
nyaman dan aman bagi jemat, masyarakat lokal, wisatawan domestik maupun
wisatwan asing dalam memenuhi kegiatan wisata rohaninya dan menyusun
konsep dasar perencanaan (palnning), perancangan (building), struktur dan utilitas
atas dasar masalah yang terjadi agar mengoptimalkan kebutuhan jemaat mupun
wisatawan pada fasilitas yang disediakan.
Setelah mengetahui tujuan dalam penataan ini, sasaran yang dituju yaitu
jemaat, masyarakat lokal, wisatawan domestik maupun wisatawan asing dan dapat
menciptakan suasana yang nyaman dan aman melalui penerapan konsep dasar
arsitektur yang berupa penataan kawasan, bangunan dan elemen lansekap.
Manfaat yang didapat dalam pengembangan kawasan wisata rohani Goa
Maria inia adalah jemaat, masyarakat lokal, wisatawan domestik maupun
wisatawan asing dapat menikmati daerah wisata dan melakukan ibadah berupa
jalan salib, persekutuan, maupun misa didukung dengan adanya fasilitas yang
memadai secara optimal dan juga memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat
yang ingin memanfaatkan fasilitas penunjang seperti toko souvenir dalam
kawasan.

1.6 Metode
Dalam metode pengumpulan data ini adapun cara-cara yang digunakan
berupa studi lapangan, strudi literature, wawancara, dokumentasi dan studi
bnanding. Berikut adalah penjelasan secara rinci:
a. Studi lapangan dengan mengamati langsung bagaimana kondisi kawasan Goa
Maria Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali
terkait fungsinya sebagai kawasan wisata rohani.
b. Studi literatur yaitu tinjauan literature yang relevan bersumber dari buku yang
terkait terhadap komponen perencanaan (planning) dan perancangan
(building) arsitektur yaitu dari kunjungan ke perpustakaan Universitas
warmadewa, perpustakaan Universitas Udayana, perpustakaan Werdhapura,
perpustakaan BAPPEDA dan perpustakaan Daerah Kota Denpasar.
c. Wawancara dengan melakukan tanya jawab berdasarkan sudut pandang
pengurus kawsan wisata rohani (Pastor, Frater, Suster), jemaat, masyarakat
lokalmaupun wisatawan untuk mengetahui gambaran umum kondisi kawasan
wisata rohani Goa Maria Palasari guna mengetahui permasalahan yang sedang
terjadi dan kebutuhan apa yang dibutuhkan untuk menunjang kawasan wisata
rohani ini.
d. Dokumentasi dengan melakukan pengambilan gambar dan catatan untuk
kepentingan penyusunan yang sifatnya teoritis dalam memperkuat dan
memperjelas bahasan.
e. Studi banding yaitu dengan tujuan untuk memahami kesamaan dengan
kawasan wisata rohani lainnya seperti Goa Maria Air Sanih di Buleleng,
Singaraja, Bali, Goa Maria Annai Velangkani di Medan, Goa Maria Sendang
Jatiningsih di Jogjakarta dan Goa Maria Kaliori di Banyumas, Jawa Tengah.
Studi banding ini diharapkan akan membantu sebagai pedoman dalam
melakukan pengembangan kawasan wisata rohani Goa Maria Palasari ini.
Setelah mengetahui metode pengumpulan data di atas,maka selanjutnya
melakukan metode penyusunan data berupa kompilasidata dan klasifikasi data,
berikut adalah penjelasan secara rinci:
a. Kompilasi data, yaitu dengan menyusun dan memilih data yang diperoleh
berdasarkan keperluan seperti data berupa gambar, foto, grafik, table, tulisan
yang berkaitan dengan pengembangan kawasan wisata rohani Goa Maria
Palasari di kabupaten Jembrana.
b. Klasifikasi data, yaitu dengan mengacu pada kimpilasi data yang telah
didapat, kemudian data dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi dan
kegunaannya berdasarkan jenis, sifat dan kualitas data dalam proses
penyususnan landasan konsepsual.
Dan yang terakhir adalah metode analisis data, adapun data yang digunakan
adalah data berupa penguraian dari permasalahan-permasalahan yang ada
berdasarkan unsurnya yang didukung oleh data-data yang relevan dari studi
yang dilakuak di kawasan wisata rohani Goa Maria Palasari untuk
mengetahui secara detail solusi yang bisa didapatkan yang kemudian
diterapkan dalam program dan konsep perancangan.

Anda mungkin juga menyukai