Anda di halaman 1dari 12

Prolog

Berhentilah menjadi seorang pengecut. Ucap seseorang yang berdiri tepat dihadapannya.

Diamlah, aku tidak membutuhkan ocehanmu.

ShanaShana. Asal kamu tahu kalau kamu adalah sisi lemah dari diriku. Kamu pikir

dengan kamu bersembunyi seperti ini kamu akan merasa sangat hebat karena tidak membuat

dia menangis lagi? tanya wanita itu.

Diamlah, aku saat ini sedang tidak bersembunyi. Bantah Shan.

Tidak bersembunyi? Apa ini yang kau sebut dengan tidak bersembunyi darinya? tanya

wanita itu lagi.

Ia tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Disisi lain ia ingin bermain

bersama dengan Dinda tapi disisi lain ia tidak ingin membuat sahabatnya menangis lagi

seperti saat mereka bertanding untuk pertama kalinya di pertandingan sesungguhnya.

Kau tidak bisa menjawabnyakan. Sudah kubilang kau hanya sok menjadi seorang pahlawan

padanya tetapi kau tidak lihat bagaimana Dinda. Bagaimana sedihnya wanita itu saat kau

benar-benar tidak menepati janjimu. Ingat wanita itu padanya

Aku tidak bisa

Dengar, kau takut bahwa kau akan membuatnya menangis lagi akan kekalahannya? Jadi,

bagaimana dengan Dinda yang selalu ada untukmu, yang selalu menemanimu dalam bermain

basket. Tidakkah kau berpikir bahwa dia akan kecewa bahkan membencimu saat engkau

menolak keinginan terbesarnya? tanya wanita itu

Tapi

Sekali lagi kau berkata bahwa kau tidak bisa melakukannya maka aku akan bertul-betul

menguasai dirimu dan tidak akan membiarkan dirimu yang lemah itu untuk masuk lagi ke

dalam tubuhmu. Jadi, apa yang akan kau pilih persahabatmu dengan wanita itu atau Dinda

yang selama ini ada untukmu, ucap wanita itu memotong ucapan Shana
Satu

Awas!!! teriak seorang pria di tengah lapangan basket

Sebuah bola melanyang tinggi di udara, ditangkap dengan sukses oleh seorang wanita dengan

sepasang tangan halusnya.

Lemparkan bolanya kemari! teriak pria itu kembali menyadarkannya.

Ia melempar bola itu ke arah lapangan basket. Tapi, lemparannya sukses membuat semua

orang yang berada di lapangan terkejut. Lemparan yang ia berikan melayang dengan mulus

memasuki jaring. Semua orang memandang takjub kepadanya tetapi ia mengacuhkan tatapan

orang-orang itu dan memilih berjalan ke arah kantin.

Shana. Teriak seorang wanita yang sedang berlari kecil ke arahnya.

Yang dipanggilnya hanya menatap kearah wanita yang sednag berlari kecil kearahnya.

Hee.baatttt ucap wanita itu terbata-bata

Apa? tanya

Kau melemparkannya dengan sempurna sama seperti biasa jelas wanita itu kepada Shana

Jadi?

Jadi apa? tanyanya bingung pada sahabatnya itu

Sudah berubah pikiran untuk mau bergabung dengan Club Basket? tanyanya

Sudah kubilang aku tidak mau. Tolaknya cepat

Tapi, Sha..

Sudah kubilang aku tidak mau Dinda. Jika kau hanya datang utnuk membicarakan itu lebih

baik kau kembali saja karena aku tetap tidak akan mau. Ucapnya datar

Baiklah. Aku tidak akan mengungkitnya lagi. Maafkan aku. Ucap Dinda menyesal.

Sudahlah. Aku harus pergi ucapnya seraya meninggalkan wanita itu yang tetap berdiri

dipinggir lapangan basket sekolah itu


Kau tahu, aku sangat ingin melihatmu bermain basket lagi sama seperti aku melihatmu

pertama kali bermain basket dengan senyuman. Batin Dinda.

# # # #

Dua

Kenapa kamu ga mau gabung dengan aku di club basket SMA kita, Shana? ucap wanita

yang kini telah duduk dihadapannya.

Aku ga mau aja, Din. Ucap dingin tanda ia tidak menyukai topik pembicaraan yang selalu

sama jika ia sedang berdua dengan sahabatnya yang satu ini.

Tapi setidaknya kasih alasan ke aku kenapa kamu ga mau gabung dengan club basket SMA

kita? tanya wanita itu kembali kepada Shana

Aku ga mau aja, Din ucapnya dan kembali menyibukkan dirinya membaca buku yang ada

dipegangannya.

Iya aku tau kamu ga mau. Tapi kenapa, Shana? tanya Dinda.

Ia hanya menatap sekilas ke arah sahabatnya itu dan tak menjawab pertanyaan itu. Ia kembali

membaca buku yang ada dipegangannya.

Shana kamu dengar aku ga sih? tanyanya jengkel karena melihat sahabatnya itu acuh tak

acuh jika sudah ditanya mengenai basket.

Ia hanya mengangguk menandakan bahwa ia mendengar semua pertanyaan yang dilontarkan

Dinda kepada dirinya. Bukannya ia tidak mau untuk memberitahu alasan kenapa ia tidak mau

bergabung dengan club basket sekolah mereka kepada Dinda hanya saja dia belum siap untuk

memberitahu alasannya.

Shana teriak wanita itu


Shana tidak menggubris teriakan Dinda yang memanggil-manggil namanya. Ia tetap asik

dengan kesibukannya membaca buku yang ia pegang saat ini.

Shana. Teriak Dinda kembali sambil mengguncang bahu Shana

Dinda mendingan kamu gabung latihan sama teman kamu dari pada kamu duduk dibangku

penonton sama aku hanya untuk menanyakan pertanyaan konyol itu. Karena berapa kali pun

kamu menanyakan itu sama aku, aku ga akan memberikan jawabannya sama kamu.

Ucapnya kesal pada sahabatnya itu.

Aku ga mau gabung sama mereka kalau kamu ga kasih tau alasannya kenapa kamu ga mau

gabung dengan club basket sekolah kita. Rengek Dinda

Oke aku akan kasih tau ke kamu alasannya asalkan kamu bisa kalahkan aku bermain basket

one-on-one. Akhirnya ia mengalah dengan sikap kekanak-kanakan sahabatnya ini.

Sementara itu Dinda tersenyum senang dengan keputusan Shana. Walau akhirnya ia akan

kalah melawan Shana bermain basket one-on-one karena kemampuannya bermain basket

masih jauh dibawah Shana, tapi ia akan berusaha agar ia menang dari Shana dan

mendapatkan alasan kenapa Shana tidak mau bergabung dengan club basket sekolah mereka.

* * *

Di bangku penonton Shana menyaksikan latihan gabungan tim basket putri dan putra tetapi ia

tidak hanya sekedar melihat permainan mereka ia juga mengamati semua kemampuan fisik

tiap-tiap pemain. Ia tersenyum melihat salah satu permainan tim basket putra bernomor

punggung 23. Permainan pria itu hampir sama dengan permainannya yang membuat

permainan mereka tidak sama ialah lelaki itu tidak bisa melakukan tembakan tiga angka

seperti yang sering dilakukan Shana. Tembakan tiga angka yang dilakukan lelaki itu tidak

seakurat tembakan yang sering dilakukan Shana.

Di lapangan basket Dinda sedang berbincang dengan pelatih mereka, dan tampaknya

perbincangan mereka sangat serius.


Kamu sudah berhasil membujuknya untuk bergabung dengan club basket kita, Dinda?

tanya pelatih itu

Saya sudah berusaha Pak, tapi bapak tau sendiri jawabnya selalu sama. Jawab Dinda

sambil menyeka keringat yang membasahi keningnya

Kamu tidak tahu alasannya kenapa ia tidak mau bergabung? tanya pelatih itu kembali

dengan penuh keingintahuan

Saya sudah bertanya Pak, tapi dia akan memberikan jawabnya jika saya bisa

mengalahkannya one-on-one. Tapi saya rasa ia menggantungkan kalimatnya dan tampak

berpikir.

Tapi kenapa, Dinda? tanya lelaki itu tidak sabaran

Tapi saya rasa saya tidak bisa mengalahkannya Pak. Shana itu berbeda dengan pemain

lainnya. Jawabnya yang suskes membuat Pak Andrian bingung.

Berbeda apanya? tanyanya

Bapak bisa lihat nanti sore saat kami bermain one-on-one. Ia tersenyum kepada lelaki itu

dan kembali melanjutkan latihan basketny.

* * *

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore dan itu artinya latihan gabungan tim basket putra dan

putri telah usai. Semua pemain sudah meninggalkan lapangan basket kecuali Dinda yang

masih setia duduk dibangku cadangan menunggu seseorang.

Dinda Dinda tersemyum ke arah seseorang yang memanggil namanya.

Udah siap bermain one-on-one? tanya Shana

Sudah dan aku pasti akan menang kali ini melawan kamu, Shana. Shana tersenyum kecil

dan menggeleng kepala melihat aksi sahabatnya itu.

Baiklah. Jangan kecewakan aku kali ini.


Oke aku tidak akan mengecewakanmu kali ini, Shana. Senyumnya dan melemparkan bola

basket ke arah Shana

Apa peraturannya? tanya Shana seraya memantulkan bola basket yang ia pegang

Memasukkan bola ke dalam jaring sebanyak 3 kali. Jika aku menang kamu harus kasih tau

alasannya ke aku tapi jika aku kalah aku ga akan bujuk kamu lagi untuk bergabung dengan

club basket SMA kita. Jelasnya panjang lebar

Shana hanya mengangguk menyetujui peraturan yang dibuat oleh sahabatnya Dinda. Ia

melemparkan bola itu kepada Dinda dan membiarkan sahabatnya itu duluan.

Di bangku penonton dua orang lelaki sedang mengamati permainan Dinda dan Shana. Pak

Andrian terkejut melihat Dinda sangat kewalahan bermain bersama Shana berbeda dengan

Dinda yang ia lihat bermain bersama tim basket putri. Dinda yang biasanya ia lihat sangat

cepat untuk melewati lawan tapi Dinda yang ia lihat saat ini sangat berbeda. Ia melihat Dinda

sangat kewalahan melawan Shana. Apakah ini yang dimaksud Dinda berbeda? Batinnya.

Lelaki yang berada disamping Pak Adrian hanya menatap kagum pada permainan Shana ia

ingin bermain one-on-one bersama Shana. Dan mereka sangat terkejut melihat Shana

memasukkan bola ke jaring dengan jarak yang lumayan jauh dan itu dilakukan Shana

sebanyak 3 kali berturut-turut.

Mungkin lain kali kamu bisa kalahin aku, Din ucap Shana menyesal karena ia telah

mengalahkan sahabatnya

Mungkin. Kayaknya aku harus berlatih lebih keras lagi deh, Sha ujar wanita itu

Kamu udah bagus kok mainnya cuma kamu sangat lemah di sisi kirimu. Ujarnya

mengingatkan Dinda

Yah sayang banget aku jadi ga bisa tau alasan kamu donk ujarnya menyesal atas

kekalahannya melawan Shana

Aku akan kasih tau kamu tapi lain kali.


Janji? tanya Dinda kegirangan

Iya. Ia memberikan senyum kecil kepada Dinda

Ia dan Dinda berjalan berbarengan meninggalkan lapangan basket dan menuju parkiran. Yah,

Dinda selalu pergi dan pulang sekolah bareng dengan Shana karena rumah mereka juga

bersampingan.

* * *

Bel tanda berakhirnya sekolah berbunyi. Siswas-siswi SMA Kartika berhamburan keluar

kelas. Ada yang langsung pulang, ada yang ke kantin, ada yang ke ruang OSIS ada juga yang

masih asik mengobrol di dalam kelas mereka masing-masing.

Shana panggil seorang wanita dari luar kelas

Ia memalingkan wajahnya dan tersenyum menatap wanita yang memanggil namanya yang

kini berjalan menghampirinya.

Ada apa Din? tanya Shana sambil mengemasi buku-bukunya

Tungguin aku pulang yah. Ujarnya meminta persetujuan Shana

Emang kenapa? Kamu ada urusan? tanya Shana yang kini kembali menatap ke arah Dinda

Iya. Ada rapat OSIS jadi aku harus hadir. Jawabnya

Sampai jam berapa? tanyanya kembali

Kira-kira sampai jam 4 sore. Jawab Dinda

Oke aku tungguin. Gumamnya memberikan persetujuan kepada Dinda

Dinda tersenyum lebar mendengar persetujuan Shana yang mau menunggunya untuk pulang

bersama. Dinda berbalik dan meninggalkan Shana yang masih berdiri di dalam ruangan kelas

yang menatapnya sambil menggeleng kecil.

* * *
Ia sedang duduk di bangku taman sekolah sambil mendengarkan musik menggukan MP3

miliknya. Ia mendongakkan kepalanya ke atas dan memejamkan matanya. Saar ia sedang asik

menikmati angin sore di taman sekolah seseorang mencabut headsetnya.

Kamu Shana kan? tanya lelaki itu padanya

Ia memalingkan wajahnya dan menatap lelaki itu dengan tatapan tidak suka karena telah

mengganggu kesenangannya

Ga usah tatap aku kayak gitu, aku bukan orang jahat kok. Ucapnya saat mengetahui tatapan

tidak suka Shana

Oh. Ucapnya singkat dan langsung memalingkan wajahnya

Kamu Shana kan? tanyanya kembali

Shana hanya mengangguk tanpa menatap ke arah pria yang kini duduk di sampingnya.

Ada yang mau aku bilang sama kamu. Ujarnya yang suskes membuat Shana kembali

menatapnya

Ada apa? tanya Shana dingin

Aku mau ajak kamu bergabung dengan Club Basket Sekolah kita. Ujarnya

Aku ga mau. Ucap Shana dingin dengan nada tak suka

Tapi

Berapa kali pun kamu mengajakku untuk mengikuti club itu aku tidak akan mau. Potong

Shana

Tapi kan kamu punya. Perkataannya terpotong saat seseorang berteriak memanggil nama

Shana.

Shana. Teriak wanita itu dari kejauhan

Shana dan juga lelaki menoleh ke arah suara itu. Mereka mendapati Dinda yang sedang

berlari kecil ke arah mereka.

Maaf aku kelamaan. Ucapnya meminta maaf pada Shana


Ga apa-apa kok. Ya udah kita pulang sekarang yah, Din? ajak Shana

Dinda hanya mengangguk pelan menyetujui ajakan Shana. Shana beranjak dari posisinya dan

hendak meninggalkan lelaki yang sedari tadi hanya menatapnya dengan tatapan tak bisa

dibaca

Shana teriak lelaki itu

Shana menghentikan langkahnya saat ia mendengar lelaki itu meneriakkan namanya. Ia

berbalik dan menatap lelaki yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Aku akan melakukan segala cara untuk membujuk kamu masuk ke dalam club basket

sekolah kita. Ucap lelaki itu

Jika kamu bisa melakukannya. Ujar Shana

Aku pasti akan bisa, Shana. Ucap lelaki itu tetap pada pendiriannya.

Kita lihat saja nanti. Ucap Shana dengan nada dingin.

Ia kembali membalikkan badannya dan berjalan perlahan meninggalkan lelaki itu. Dinda

yang masih bingung dengan apa yang terjadi antara Shana dan Kapten tim basket putra

sekolah mereka hanya dapat mengikuti Shana yang berjalan perlahan meninggalkan lelaki itu

menuju ke parkiran.

Tiga

Bel tanda istirahat berbunyi.

Oke, Ibu harap kalian akan mengumpulkan tugas kalian dengan tepat waktu. Ingat jika

kalian tidak mengumpulkannya kalian akan mendapatkan nilai merah. Ujar seorang guru

wanita

Baik Bu. Teriak semua murid yang ada di dalam kelas itu.
Guru itu keluar dari ruangan itu diikuti dengan murid-murid yang berhamburan keluar

ruangan. Ada yang berlari kecil kearah kantin, ada yang sedang bercerita dengan teman-

temannya di luar kelas dan ada yang sedang asyik membaca buku.

Shana teriak Dinda yang berlari kecil memasuki ruangan kelas XI IPA 1 itu.

Yang dipanggil hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil seakan ia tak ingin diganggu

saat ini.

Mau menemaniku ke kantin? tanya Dinda saat ia telah berdiri tepat di depan meja Shana

Tapi

Sudahlah, jangan terlalu memfokuskan dirimu dengan pelajaran terus. Sesekali cari hiburan

diluar sana. Potong Dinda

Baiklah aku akan menemanimu tapi tidak dengan waktu yang lama. ucapnya

Oke Oke. Jawab Dinda

# # # #

Saat mereka sedang asyik menikmati makan siang mereka di kantin tiba-tiba saja kantin

menjadi gaduh. Oke , gaduh bukan dalam artian ada adegan pertarungan atau apalah

namanya. Tapi adegan saat dimana sekelompok pria yang menjadi Pangeran disekolah itu

memasuki kantin tersebut yang otomatis membuat semua kaum hawa terkagum-kagum dan

membuat kaum adam lainnya merasa minder. Tapi itu semua tidak berlaku pada seorang

Shana. Karena ia tidak akan berteriak histeris mengikuti wanita-wanita lain.

Apa sih hebatnya mereka. Tampan? Lebih tampan kali abangku. Ah, dasar wanita-wanita

kurang kerjaan lebih baik aku memakan kue manis ini daripada ikut berteriak-teriak tak jelas

seperti itu. Batin Shana

Hai Din sapa salah seorang lelaki yang sedari tadi hanya menjadi fokus para kaum hawa

yang ada di kantin itu

Hai juga. Balas Dinda


Bisa kami bergabung? tanyanya

Silahkan. Ucap Dinda seraya tersenyum kepada mereka

Ada seorang wanita yang duduk dengan mereka hanya diam tidak menyadari sekelompok

pria itu duduk bersama mereka. Seakan asik dengan dunianya sendiri sampai seorang dari

sekelompok pria itu menyapanya

Kamu Shana? tanya pria itu

Shana
Empat

Anda mungkin juga menyukai