Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUGAS TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

TEKNOLOGI PADA BAMBU

Disusun Oleh:
1. Agung Yon Pamuji
2. Tegar Aji Pambudi
3. Novel Saputra DF
4. Wahyu Setiaji
5. Tri Bekti Ardian
6. Fathannia indah Wahyuni (H1D009034)
7. Sahala Dameyanto Sihotang

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PURBALINGGA

2012

1
BAB I
2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bambu merupakan kekayaan hutan bukan kayu yang merupakan bagian dari kekayaan
sumber daya hutan Indonesia. Bambu dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengurangan
penebangan kayu di hutan yang semakin terbatas keberadaannya. Di desa-desa, pemanfaatan
bambu seringkali terlihat pada

perlengkapan rumah tangga. Namun sekarang makin berkembang menjadi industri, sehingga
bagi

masyarakat di pedesaan dikategorikan sebagai penunjang utama perekonomian masyarakat


desa.

Bambu memiliki kemudahan, antara lain penanamannya cukup dilakukan sekali saja karena
bambu akan berkembang biak dengan sendirinya dan mudah tumbuh pada habitat yang sesuai
dan elanjutnyan dipanen sesuai kebutuhan. Pertumbuhan bamboo tidak terlepas dari factor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan optimal dari tanaman bamboo itu sendiri.
Peningkatan

penggunaan beberapa jenis bamboo menyebabkan tanaman rakyat terekploitasi secara tidak
terkendali tanpa diimbangi dengan tindakan pembudidayaan. Hal tersebut dikarenakan
informasi dan pengetahuan tentang budidaya jenis-jenis bamboo masih sangat kurang,
demikian pula pengenalan terhadap jenis-jenis bamboo yang ada di Indonesia serta
oemanfaatannya.

3
Oleh karena itu, pengembangan tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis umumnya telah
digunakan maupun yang belum dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak manfaat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis bambu yang umum dimanfaatkan?

2. Bagaimana proses pengoahan bambu?

3. Bagaimana cara pengawetan bambu?

4. Bagaimana riset pasar pada bambu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui jenis bambu yang umum dimanfaatkan

2. Memahami proses pengoahan bambu

3. Mengetahui cara pengawetan bambu

4. Mengerti riset pasar pada bambu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bambu

4
Bambu merupakan tanaman sebangsa rumput yang banyak tumbuh di Indonesia. Bambu
secara botanis dapat digolongkan pada family Graminese (rumput). Tanaman ini dapat
tumbuh di daerah beriklim panas maupun dingin. Bambu tumbuh secara bergerombol
membentuk rumpun. Tunas-tunas mudanya keluar dari rimpang dan membentuk suatu
rumpun dengan banyak buluh bambu. Bambu merupakan tanaman berdaun tunggal, tersusun
berselang-seling di ujung buluh atau ranting-rantingnya. Perakaran tanamannya bamboo
sangat kuat, karena rimpangnya bercabang-cabang dan punya ikatan kuat yang sukar
dipisahkan. Tanaman bambu banyak ditanam di daerah-daerah miring atau dipinggir sungai
dan sekaligus berfungsi untuk mencegah erosi atau tanah longsor (haryoto, 1996).

Tanaman bambu jarang berbunga, tetapi ada yang menyebut bahwa bambu hanya berbunga
setiap 35 tahun. Pengembangbiakan bamboo umumnya dilakukan dengan tanaman potongan
buluh yang mengandung tunas cabang. Walaupun bamboo mudah tumbuh dan harganya
murah, namun sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Rebung bamboo bias dimasak
orang untuk sayur. Bambu yang sudah tua dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan
(haryoto, 1996).

2.2 Proses Produksi

Produksi merupakan suatu aktivitas fisik berupa pengubahan bentuk, sifat, atau tampilan suatu
material untuk memberikan nilai tambah (Baroto, 2003). Produksi juga dapat diartikan
sebagai cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk
dengan mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku) yang ada
(Nasution, 2003).

2.4 Riset Pasar

Riset pasar atau riset pemasaran merupakan suatu fungsi yang menghubungkan konsumen,
pelanggan, dan masyarakat dengan para pemasar melalui informasi-informasi yang digunakan
untuk mengidentifikasikan peluang dan masakah pemasaran, menghasilkan, menyaring, dan
mengevaluasi aktivitas-aktivitas pemasaran, memonitor kinerja pemasaran, dan meningkatkan

5
pemahaman atas pemasaran sebagai suatu proses. Informasi-informasi yang dapat diperoleh
pada riset pasar adalah (Churchill, 2001):

1. Menciptakan ide-ide untuk aktivitas-aktivitas pemasaran, termasuk identifikasi masalah dan


peluang pemasaran

2. Mengevaluasi aktivitas pemasaran

3. Membandingkan kin

I. PENDAHULUAN

I.1. Penjelasan Bambu


Perkembangan teknologi sudah demikian maju sehingga segala kelemahan bambu sudah
dapat direkayasa dan diatasi mulai dari konstruksi, sambungan dengan berbagai jenis
konektor serta bentuk, yang memungkinkan bambu dipakai pada panjang efektif sesuai
dengan desain yang diinginkan tetapi memenuhi persyaratan teknis. Keterbatasan bambu
untuk dipakai pada bangunan-bangunan khusus yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi
sudah dapat diatasi bahkan di beberapa negara maju, bambu sudah dipakai sebagai bahan
untuk bangunan penting seperti villa, tribun stadion, kantor bertingkat, jembatan dengan
bentang lebar, dll. Teknologi pengawetan tradisional yang tadinya menggunakan metode
perendaman, pemulasan dan pengasapan, sudah mulai berkembang dengan cara modern
seperti, metode Bucherie cara grafitasi atau vertikal, tekanan udara (vacuum pressure) yang
mempercepat proses pengawetan. Begitu pula sistem pengeringan dengan menggunakan
pengeringan di ruangan, sudah memudahkan kita untuk mendapatkan bambu yang memenuhi
syarat kekeringan sesuai yang disyaratkan untuk dipakai pada konstruksi bangunan. Saat ini
untuk mendapatkan bambu dengan keawetan yang tinggi sudah mudah diperoleh bahkan
dapat dilakukan oleh kita sendiri.
Perkembangan teknologi sudah demikian maju sehingga segala kelemahan bambu
sudah dapat direkayasa dan diatasi mulai dari konstruksi, sambungan dengan berbagai jenis
konektor serta bentuk, yang memungkinkan bambu dipakai pada panjang efektif sesuai
dengan desain yang diinginkan tetapi memenuhi persyaratan teknis. Keterbatasan bambu
untuk dipakai pada bangunan-bangunan khusus yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi
6
sudah dapat diatasi bahkan di beberapa negara maju, bambu sudah dipakai sebagai bahan
untuk bangunan penting seperti villa, tribun stadion, kantor bertingkat, jembatan dengan
bentang lebar, dll. Teknologi pengawetan tradisional yang tadinya menggunakan metode
perendaman, pemulasan dan pengasapan, sudah mulai berkembang dengan cara modern
seperti, metode Bucherie cara grafitasi atau vertikal, tekanan udara (vacuum pressure) yang
mempercepat proses pengawetan. Begitu pula sistem pengeringan dengan menggunakan
pengeringan di ruangan, sudah memudahkan kita untuk mendapatkan bambu yang memenuhi
syarat kekeringan sesuai yang disyaratkan untuk dipakai pada konstruksi bangunan. Saat ini
untuk mendapatkan bambu dengan keawetan yang tinggi sudah mudah diperoleh bahkan
dapat dilakukan oleh kita sendiri.
I.2. Pengertian Bambu
Bambu merupakan suatu tanaman yang memiliki Ordo Gramineae, Familia
Bambusea,Sub familia Bamboidae.Bambu memiliki pertumbuhan yang sangat cepat.
Bambu dapat dimanfaatkan dalam banyak hal :
sebagai komponen bangunan, peralatan rumah tangga, penyalur air minum ataupun air
pengairan, bahan kertas, bahan makanan, bahan kerajinan tangan, alat musik, dan pakaian

I.3. Keunggulan Bambu


Bambu mudah ditanam dan dapat tumbuh di lahan basah maupun kering
Bambu adalah bahan terbaharui dan murah
Bambu dapat ditebang setiap tahun tanpa merusakkan
Bambu tahan terhadap gangguan
Bambu menghasilkan banyak O2 penyerap CO2
Keunggulan Bambu
g y 2p y p 2
Pertumbuhan bambu sangat cepat, bambu dengan kualitas prima dapat diperoleh
pada umur 35 tahun
Bambu mempunyai sifat mekanik yang bagus, kuat tariknya relatif tinggi (sekitar 370
MPa) dan dapat dipersaingkan dengan baja,
Bentuk berongga menjadikan momen kelembaman bambu tinggi,
Kulit bambu licin, bersih, dan kuat
Bambu mudah dikeringkan dengan alat sederhana, dan dapat diawetkan agar dapat
dipakai dalam waktu yang lama

7
Bambu mudah dipecah dengan alat sederhana
Seluruh bagian bambu termasuk batangnya dapat dimanfaatkan, rebung untuk
dimakan, daun untuk makanan ternak, dan ranting dapat dipakai sebagai bahan sapu
atau kayu bakar.
Hubungan antara tahan tarik dan berat jenis bambu 6 kali lebih besar dibandingkan baja.

I.4 Kekurangan dan Solusi


Kekurangan (masalah) pada bambu:
1. Tidak awet Diawetkan
2. Sifat tak seragam, bentuk silindris
3. Gaya geser lemah
4. Konvensional/Marjinal
Solusi yang dapat dilakukan pada bambu:
1. Teknologi Laminasi
2. Teknologi sambungan
3. Teknologi bamboo
4. Diawetkan

I.5 Sifat Bambu


Sebagai bahan bangnan, sifat fisika yang perlu diketahui
adalah sifat kembang susut agar komponen bangunan
dapat didisain sedemikian sehingga tidak mengalami
perubahan bentuk yang berlebihan sebagai akibat
perubahan temperatur/kelembaban.
Perubahan bentuk komponen struktur yang berlebihan
tidak hanya menimbulkan retak, tetapi juga dapat
menimbulkan kerusakan pada komponen bangunan yang
lain, seperti pecahnya kaca jendela, sulitnya daun
8
pintu/jendela untuk dibuka, dan mengurangi keindahan
bangunan.
Akibat yang fatal dapat terjadi pada pemakaian bambu
sebagai tulangan beton. Tulangan bambu akan susut
setelah bambu kering. Hal ini dapat mengakibatkan ikatan
antara beton dan tulangan menjadi lepas, sehingga
tulangan dapat lolos.

II. PENGAWETAN BAMBU

Menurut Liese (1980)

Ketahanan bambu tanpa pengawetan, langsung berhubungan dengan tanah dan tidak
terlindung terhadap cuaca kurang dari 1--3 th Bambu yang terlindung terhadap cuaca dapat
tahan lebih dari 4--7 tahun. Tetapi untuk lingkungan yang ideal, sebagai rangka kudakuda,
bambu dapat tahan lebih dari 10--15 th. Di Temanggung Jawa Tengah rangka atap dari bambu
yang diawetkan secara tradisional, masih dapat bertahan pada umur lebih dari 20 tahun.

Cara pengawetan Bambu dengan gravitasi:

- Memecah buku bambu dengan batang besi, pastikan buku bamboo yang ujung tidak
ikut pecah
- Bambu bambu tersebut kemudian di tegakkan dan di ikat agar tidak bergerak
- Menyambungkan selang dengan tangki penampung bak pengawet
- Pada hari ke 13 larutan tidak perlu diisi lagi.
- Waktu yang dibutuhkan untuk penyerapan larutan secara sempurna tergantung pada
ketebalan dan kelembaban bambu.
- Pada hari ke 14, lihat tingkat penyerapan dengan menggergaji buku bagian atas
bambu. Jika penyerapan sempurna batang bambu akan berwarna kemerahan.
Kemudian pecahkan buku paling bawah bambu dengan menancapkan pada paku atau
besi pemecah. Pastikan memakai penutup mata sewaktu melakukanya. Biarkan larutan
mengalir keparit penampungan
- Kemudian bambu di angin anginkan selama 2 minggu dan tidak terkena sinar
matahari langsung

9
III. TEKNOLOGI BAMBU
III.1 Sambungan Bambu

Perbedaan pengisi sambungan.

Sambungan dengan pengisi kayu :

- Siap dibebani setelah 3 hari

- Mahal

- Resin tidak tersedia di sembarang toko

- Kurang praktis untuk pedesaan

Sambungan bamboo dengan pengisi mortar

- Murah

- Baru bisa dibebani setelah berumur 28 hari

- Cocok untuk pedesaan

- Sambungan dengan pengisi mortar

- Sambungan dengan pengisi mortar dilakukan pada bambu yang masih basah

- Mortar dibuat dengan adukan semen, pasir halus, dan air dengan perbandingan 1
semen, 2 pasir halus dan air secukupnya.

- Untuk batang menerus lubang dibuat agak panjang.

- Sisi dalam bambu dikasarkan dengan memakai alat.

III.2. Teknik laminasi Bambu

III.2.1. Persiapan bambu

Pembelahan dan Pembutan Bilah bambu


Bambu di belah menjadi bilah dengan ukuran 2-3 cm
Pengawetan Bilah Bambu

10
Pengawetan dilakukan pada bilah awal dengan cara direndam(direbus)
menggunakan larutan pengawet
Pengeringan Bilah Bambu
Bilah bambu yang telah diawetkan kemudian di keringka
Pemeriksaan kadar Air Bilah Bambu
Kadar air selama proses pengeringan diperiksa dan di kontrol samapai kadar
airnya kurang dari 15%
Pembuatan Bilah Bambu Akhir (Finising)
Bilah bambu akhir diperoleh setelah proses pengeringan kemudian diplanner n di
bentik sesuai dengan ukuran yang diinginkan

III.2.2 persiapan Perekat

Perekat Urea Formaldehida (UF)

Perekat UF adalah campuran dari Resin UF, tepung terigu dan Hardener.

Perbandingan Campuran Perekat

Resin UF (79,4-84,3%):Flour(14%-19,8%):Hardener(0,8%-1,7%)

III.2.3 Proses Laminasi bambu

a.Pelaburan Perekat

Pengolesan Perekat pada permukaan bambu yang akan dilaminasi

b.Penjepitan

c.Pengempaan (Press)

d.Pengerasan/Pengeringan Perekat

e.Pelepasan Penjepit (klem)

III.2.4 Tahap Akhir

Bambu yang telah dilaminasi ,selanjutnya diplanner,dirapikan dan dipotong sesuai kebutuhan
untuk siap digunakan

III.2.5 Aplikasi Bambu laminasi

Penerapan bambu laminasi pada struktur jembatan


11
Jembatan bambu laminasi pertama yang dikembangkan adalah jembatan pejalan kaki di
kampus Hunan University, dekat Laboratorium Lingkungan. Ukuran jembatan, lebar 1,5 m,
panjang 5 m dengan 6 girder bambu laminasi ukuran lebar 84 mm x tinggi 30 cm. Desain
beban hidup lalu-lintas jembatan 5 kPa dan lendutan yang dijinkan dibawah L/600

III.3. Aplikasi bamboo pada struktur

Bambu Sebagai Alat Sambung

Alat sambung bambu pada struktur rangka batang di pameran Aichi, Pavilion Nagakutre,
Jepang

Sambungan konstruksi bambu memakai baut dan pelat


buhul dengan pengisi kayu atau mortar (Morisco, 2006)

Kelemahan geser pada bambu dapat diatasi dengan membuat


struktur komposit dengan memasukkan kayu atau mortar di dalam
rongga bambu sehingga gaya yang bekerja akan dilawan secara
komposit

Sambungan bambu memakai PVC (Polyvinyl Choride)


sistem double layer grids (DLG)
Sistem DLG dengan PVC dapat menjamin tahan tarik dan tekan
sambungan bambu tanpa terjadi keruntuhan belah

III.3.1 Aplikasi bambu pada struktur komposit bambu - beton


Penerapan bambu pada pelat, kolom, dan balok

Diperoleh kekuatan geser half split

bamboo diafragma sebesar 10,89 MPa

dengan standar deviasi 2 56 MPa

Half split bamboo diafragma Full split bamboo diafragma

2,56 MPa.

Salah satu faktor utama yang

memberikan pengaruh kekuatan pelat

adalah tahanan geser diafragma

sebagai konektor geser.

Dengan mengganti iafragma dengan

12
baja atau dibuat penuh, memberikan

peningkatan hasil hampir 2 kali lipat

- Kolom beton tulangan bamboo


- Kolom dibuat bentuk lingkaran (diameter 30 cm) dan persegi (20x20 cm) dengan
tinggi 220 cm,untuk sengkang kolom persegi digunakan baja 5 mm.
- Hasil uji menunjukkan kekuatan kolom beton
sengkang bambu sama dengan kolom sengkang baja

Kelemahan utama pada bamboo konstruksi beton bertulan


Keawetan
Penyusutan
Dan daya lekat

Solusi yang dapat dilakukan:


Keawetan -> sistem pengawetan (pengeringan, zat kimia)
- Penyusutan -> memberikan lapisan permukaan (waterproofing)
- Daya lekat -> perlakuan pada permukaan bambu (dibuat kasar, lilitan kawat)

Gambar sambungan bambu dengan pengisi

13
IV. PENUTUP

14

Anda mungkin juga menyukai