Anda di halaman 1dari 2

A.

EPIDEMIOLOGI

Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara


berkembang. Di Amerika Serikat insidensi osteomielitis adalah 1 dari tiap 5000
orang, dan 1 dari tiap 1000 usia bayi. Insidensi pertahun pada pasien sickle cell
berkisar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah adanya trauma pada kaki bisa
meningkat yaitu 16% terdapat dalam 30-40% pasien diabetes, dan jika
dibandingkan antara laki-laki dan perempuan kira-kira 2:1. Angka kematian
akibat osteomielitis rendah, biasanya disebabkan sepsis atau kondisi medis serius
yang menyertai.
Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat
higienis yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum
baik, diagnosis yang terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis
kronis, angka kejadian tuberkulosis masih tinggi, pengobatan osteomielitis
memerlukan waktu lama dan biaya tinggi, serta banyak pasien dengan fraktur
terbuka yang datang terlambat dan sudah terjadi osteomielitis.
Osteomielitis hematogenik akut merupakan penyakit yang terutama
terjadi pada anak-anak. Osteomielitis karena trauma langsung dan osteomielitis
perkontinuitatum umum sering terjadi pada usia dewasa dan remaja dibandingkan
usia anak-anak. Tulang vertebra dan pelvis paling sering terkena pada kasus
dewasa, sedangkan osteomielitis pada anak-anak biasanya mengenai tulang
panjang. Tibia merupakan tulang yang paling sering terjadi osteomielitis post
traumatika, karena merupakan tulang yang peka, dengan asupan darah yang
kurang kuat.
Insidensi osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan sekitar 2%
sampai 16%, tergantung pada derajat trauma dan terapi yang didapat. Pengobatan
yang cepat dan tepat dapat mengurangi resiko infeksi, menurunkan kemungkinan
berkembangnya osteomielitis, terutama pada pasien-pasien dengan faktor resiko
seperti diabetes, gangguan imunitas dan yang baru mengalami trauma.

Rasjad C. Pengantar Ilmu Ortopedi. Makasar: Bintang lamumpatue,2003


Pemeriksaan penunjang
1. Darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapandarah.
2. titer antibodi anti staphylococcus.
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukanbakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas.
3. Biopsi tulang.
4. Ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
5. Radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik,setelah
dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
6. Sinar X
Akan terlihat kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau pembentukantulang

Carek PJ, Dickerson LM, Sack JL. Diagnosis and Management of Osteomyelitis.
American Family Physician 2001

Prognosis
Ketika pengobatan didapatkan, hasil akhir dari osteomielitis biasanya bagus.
Prognosismenjadi lebih buruk pada osteomielitis kronik, bahkan jika dilakukan
pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun
setelahnya. Amputasi biasanya dibutuhkan,terutama pada pasien dengan diabetes
atau diabetes atau kurangnya sirkuasi darah.

Chew FS, Schulze ES, Mattia AR. Osteomyelitis. Radiologic-phatologic


conferences of Massachusetts General Hospital. AJR 1994

Anda mungkin juga menyukai