Disusun Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Berbagai hambatan dan tantangan yang ditemui dalam penyelesaian makalah ini, namun
dengan kesabaran, semangat, dan kerja keras akhirnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Makalah yang berjudul Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik. Disamping itu, penulis juga
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan
pengetahuan kita.
Sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan, penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian makalah ini, dengan harapan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. Suatu daerah tidak akan dapat menjalankan kegiatan pemerintahan tanpa adanya
anggaran, oleh karena itu setiap tahunnya APBD ditetapkan guna meningkatkan efektifitas
dan efisiensi perekonomian daerah berdasarkan fungsi alokasi APBD.
APBD merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD
adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota
DPRD (Dewan perwakilan Rakyat Daerah). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan
Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifikasikan
menurut urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bab II
Pembahasan
A. PELAKSANAAN APBD
Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah dikelola dalam APBD. Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan
anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Penjelasan berikut ini didasarkan pada
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan
ini telah disusun pedoman pelaksanaannya yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pengeluaran dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya diusulkan
dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.
Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan persetujuan
Sekretaris Daerah. Proses penetapan DPA-SKPD adalah sebagai berikut :
1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD
ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan
DPA-SKPD.
2. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan,
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan
dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.
3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6
(enam) hari kerja setelah pemberitahuan.
4. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala
SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD.
5. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPASKPD dengan
persetujuan sekretaris daerah.
6. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD, satuan kerja
pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak tanggal disahkan.
yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak pada
penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-
menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga,
jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta
penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan
pendapatan daerah.
Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum
daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat sebagai inventaris
daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang bersangkutan
untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk pengembalian
kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada rekening
belanja tidak terduga.
Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
Memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; dan
Menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Perlu menjadi perhatian bahwa penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang
dan/atau jasa diterima kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Setelah
tahun anggaran berakhir, kepala SKPD selaku pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM
yang membebani tahun anggaran berkenaan.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara
pengeluaran. Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya setelah:
Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran;
Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
dan
Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
1. Penatausahaan Penerimaan
Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang
ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang
disetor tersebut dilakukan dengan cara:
Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh pihak
ketiga; dan disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara
penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
9
2. Penatausahaan Pengeluaran
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran kas
SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD tersebut disampaikan kepada PPKD selaku BUD
bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD. Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD
dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA-SKPD.
Setelah DPA-SKPD ditetapkan, PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas
pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai
pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-
SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas tersebut memuat perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna mendanai
pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Penyediaan Dana
Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan
Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD
merupakan dasar pengeluaran kas atas beban APBD. Permintaan pembayaran hanya dapat
dilaksanakan, jika SPD telah diterbitkan.
Permintaan Pembayaran
Berdasarkan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran melalui Pejabat Pengelola
Keuangan SKPD (PPK-SKPD). Ada 4 jenis SPP yaitu:
1. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP UP).
2. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPPGU).
3. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP TU).
4. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS).