Muhammad Fikri Azis 270110140034 B Tugas 4
Muhammad Fikri Azis 270110140034 B Tugas 4
OLEH
Disusun untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah Pemodelan Keteknikan Geologi
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Batubara di Pulau Jawa Tidak Seekonomis di Sumatera dan
Kalimantan
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya
merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture.
Batubara terbentuk dari bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak
kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya bahan
organik tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga
menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah
tertutup oleh endapan lainnya (Tirasonjaya, 2006).
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous
Period) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai
290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses
awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah
menjadi batubara muda (lignit) atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara
muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah (Raharjo, 2006).
Di Pulau Jawa sendiri, pembentukan batubara ini tidak banyak terjadi. Sedimentasi yang
terjadi di Jawa bagian utara pada kala Eosen umumnya dijumpai terutama di Sub-cekungan
Jatibarang, terdiri dari piroklastik, lava andesit bersisipan dengan tuffa. Perselingan
piroklastik, konglomerat, serpih dan batugamping tipis serta lapisan batupasir diendapkan di
lingkungan paralik hingga laut. Sementara untuk di Jawa bagian Selatan Formasi Ciletuh dan
Formasi Karangsambung di Komplek Luk Ulo mewakili sedimen yang diendapkan pada
cekungan muka busur (forearc basin) yang labil. Pengisian cekungan terdiri dari batulempung
(mudstone) yang terlipat kuat (tightly folded), dengan sisipan batupasir, batupasir-
konglomeratan dan batugamping. Sangat umum endapan-endapan turbidit maupun aliran
masa (mass-flow) dijumpai di daerah ini (Martodjojo, 1998). Selama kala Oligo-Miosen
(Oligosen Akhir-Miosen Awal), terjadi kegiatan perkembangan volkanisme old andesite di
Jawa bagian selatan yang menghasilkan batuan volkaniklastik serta perkembangan paparan
dan terumbu karbonat yang menghasilkan endapan karbonat. Kemunculan endapan batubara
di Jawa pun sangat jarang dan hanya ditemukan di beberapa zona saja seperti di Zona
Kendeng, Zona Rembang, Zona Pegunungan Selatan, serta sedikit di Jawa bagian Utara
dengan umur pembentukan yang masih muda (masih pada tahap lignit).
Oleh karena itulah potensi batubara di Pulau Jawa tidak seekonomis seperti di Sumatera
ataupun Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyani, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its Implication for
Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin, Indonesian Petroleum Association,
Proceeding Ann.Conv.29th.
Awang H.Satyana, 2005, Oligo-Mioscene Carbonates of Java, Indonesia. Tectonic-Volcanic
Setting and Petroleum Implication. Indonesia Petroleum Association, Proceeding
Ann.Conv. 30th.
Helen Smyth et al., 2005, East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes and Ancient Basement,
Indonesia Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th
Raharjo, B. 2006. Mengenal Batubara I. Artikel Iptek Bidang Energi dan Sumber Daya Alam.
Sukandarrumidi, 1995, Batubara dan Gambut, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Jogjakarta
Anonim. Batubara. Diambil pada 5 Oktober 2017 pukul 22:35 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara