Definisi Sinusitis
Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh
rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common
cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. dan
sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor. Gejala
Mayor: nyeri sinus, hidung tersumbat, ingus purulen, post nasal drip, gangguan penghidu,
sedangkan Gejala Minor: nyeri kepala, nyeri geraham, nyeri telinga, batuk, demam.
Sesuai anatomi sinus yang terkena, sinusitis dapat dibagi menjadi sinusitis maksila,
sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut
Sinusitis yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,
ANATOMI
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang paling sulit
didiskripsikan oleh karena bentuknya yang sangat bervariasi pada setiap individu, ada empat
pasang sinus paranasal yaitu sinus maxilla, sinus etmoid, sinus frontal dan sinus sfenoid.
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok anterior
yang terdiri sinus frontalis, sinus maksila dan sinus etmoid anterior, muara sinus kelompok
ini bermuara di meatus media, dekat infundibulum, sedangkan kelompok posterior terdiri dari
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung
dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontal dan sinus
sfenoid. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal
berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih delapan tahun.
Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian
posterosuperior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia
Sinus maksila atau antrum Highmore adalah suatu rongga pneumatic berbentuk
piramid yang tak teratur dengan dasarnya menghadap ke fosanasalis dan puncaknya ke arah
apeks prosesus zigomatikus os maksila. Sinus ini merupakan sinus yang terbesar diantara
sinus paranasal. Pengukuran volume sinus maksila dapat di lakukan dengan dua cara, yaitu
rontgenologik dan manometrik. Pada saat lahir volume sinus maksila dan sekitarnya
berukuran 6 8 ml dan penuh dengan cairan, sedangkan volume sinus maksila orang dewasa
16,17 10 kira -kira 15 ml. Tidak ada perbedaan kapasitas antara laki-laki dan perempuan.
Ukuran kedua sinus maksila kanan dan kiri tidak selalu sama, tetapi diantara sinus
paranasal yang lain, sinus maksila yang paling simetris antara kanan dan kiri serta paling
sedikit mengalami variasi dalam perkembangan. Besar kecilnya rongga sinus maksila
terutama tergantung pada tebal tipisnya dinding sinus. Ukuran rata-rata pada bayi baru lahir 7
maksila, yang disebut fosa kanina. Dinding posterior dibentuk oleh permukaan infratemporal
maksila. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral rongga hidung. Dinding superior
dibentuk oleh dasar orbita dan dinding inferior oleh prosesus alveolaris dan palatum.
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan
anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks osti-meatal
(KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskenesia silia seperti pada
Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga
rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan
kering serta kebiasaan merokok. Keadaaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa
Sinusitis yang disebabkan oleh infeksi ada 3 agen penyebabnya, yaitu virus, bakteri,
dan jamur. Rhinosinusitis akibat virus disebut common cold. Virus yang menginfeksi antara
virus, adenovirus dan enterovirus. Sementara rinosinusitis bakterial akut disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Neisseria spp., basil gram negatif, Klebsiella sp., Moraxella
spp., dan Fusobacteria ditemukan pada kasus sinusitis maksilaris yang merupakan infeksi
sekunder terhadap penyakit gigi. Jenis jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus
PATOFISIOLOGI
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
edema, mukosa yang berhadapan, akan saling bertemu sehingga silia tidak dpat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini boleh dianggap sebagai
rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam waktu beberapa hari tanpa
pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, sekret yang dikumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk pertumbuhan dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhubungan dengan
tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung. Gangguan terhadap
salah satu atau kombinasi faktor tersebut dapat merubah sistem fisiologis sinus dan
menyebabkan sinusitis.
KLASIFIKASI
Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya
berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu, sinusitis subakut bila gejala berlangsung 4
Tetapi apabila dilihat dari gejala, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila
terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda akut sudah reda dan
perubahan histologik mukosa sinus masih reversible, misalnya sudah berubah menjadi
jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan
Sinusitis kronis adalah suatu inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang dapat
ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari 12 minggu, dan sesuai
DIAGNOSIS
Diagnosis Sinusitis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah
berapa lama, sinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu,
sinusitis subakut bila gejala berlangsung 4 sampai 3 bulan sedangkan kronis berlangsung
lebih dari 3 bulan, dan sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2
Anamnesis
hidung, sekret hidung purulen, sakit kepala, nyeri atau rasa tertekan pada wajah, ganguan
penghidu, sedangkan untuk anak: batuk dan iritabilitas. Kriteria minor antara lain : demam
dan halitosis.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior serta palpasi turut membantu
Rinoskopi anterior dengan cahaya lampu kepala yang adekuat dan kondisi rongga
hidung yang lapang (sudah diberi topikal dekongestan sebelumnya). Dengan rinoskopi
anterior dapat dilihat kelainan rongga hidung yang berkaitan dengan rinosinusitis kronik
seperti udem konka, hiperemi, sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip.
Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan etmoid anterior
dan frontal) atau dimeatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sfenoid)
Pemeriksaan Penunjang
1. Waters
2. PA
3. Lateral.
alveolaris antrum maksila biasanya terjadi akibat infeksi yang berasal dari gigi atau
daerah periodontal.
Jika cairan tidak mengisi seluruh rongga sinus, selalu dapat dilihat adanya
batas cairan (air fluid level) pada foto dengan posisi tegak.
Sinus maksila, rongga hidung, septum nasi dan konka terlihat pada penampang
CT-Scan aksial dan koronal. Pada sinusitis dengan komplikasi, CT-Scan adalah cara
visualisasi yang baik tentang anatomi rongga hidung, komplek osteomeatal, rongga-
kribiformis, dan kanalis optikus. Obstruksi anatomi pada komplek osteomeatal dan
TERAPI
mencegah perubahan akut menjadi kronik. Jenis terapi dibagi menjadi 2 pilihan, yaitu secara
Medikamentosa
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drenase dan ventilasi
sinus-sinus pulih secara alami. Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada
sinusitis bakterial akut. Antibiotik yang dipilih adalah yang berspektrum lebar, yaitu
golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika kuman resisten terhadap amoksisilin, maka
dalam 72 jam, maka dilakukan reevaluasi dan mengganti antibiotik yang sesuai.
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman negatif gram dan
anaerob.
Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti
analgesik, mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau
pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan karena sifat antikolinergiknya dapat
menyebabkan sekret menjadi kental. Bila ada alergi berat, sebaiknya diberikan antihistamin
generasi kedua. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi
tambahan yang dapat bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita
Pembedahan
Tatalaksana pembedahan yang dilakukan ada beberapa cara, antara lain : bedah sinus
endoskopi fungsional dan operasi sinus terbuka, seperti operasi Caldwell-Luc, etmoidektomi
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/ FESS) merupakan operasi terkini untuk
sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak
membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversibel,
Operasi Caldwell-Luc
Operasi dengan metode Caldwell-Luc dilakukan pada kelainan sinus maksilaris.
Indikasi operasi dengan metode ini yaitu jika terlihat manifestasi klinis seperti mukokel sinus
maksilaris, polip antrokoanal, misetoma, atau benda asing yang tidak dapat dijangkau melalui
endoskopi intranasal.
Etmoidektomi Eksternal
Etmoidektomi eksternal telah banyak digantikan oleh bedah endoskopi. Meskipun begitu,
masih ada keuntungan dalam menggunakan metode operasi ini. Misalnya, biopsi dapat
dilakukan secara eksternal pada lesi sinus etmoid atau frontal. Manfaat lain dari metode ini
yaitu dapat memperbaiki komplikasi orbita dari sinusitis etmoid akut atau frontal dengan
Metode operasi ini bermanfaat untuk infeksi akut ketika endoskopi nasal sulit dilakukan
akibat perdarahan mukosa hidung. Operasi ini aman dan dekompresi pus pada sinus frontalis
cepat dilakukan.
Irigasi Sinus
Irigasi sinus bermanfaat sebagai diagnostik sekaligus terapi. Irigasi sinus dilakukan
pada sinusitis maksilaris akut yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan konservatif dan
juga dijadikan sebagai prosedur tambahan untuk drainase eksternal pada komplikasi orbita
yang akut. Pungsi antrum biasanya dilakukan pada meatus inferior hidung.
DAFTAR PUSTAKA
2. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Hidung dan sinus paranasalis. Buku ajar penyakit
tenggorok, kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2010.
4. https://www.aaaai.org/Aaaai/media/MediaLibrary/PDF%20Documents/Practice%20a
nd%20Parameters/sinusitis2005.pdf