Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk
berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit
malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan
kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan
kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat
rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di
pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk
sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.
Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur
khususnya NusaTenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan
mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu
Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh
Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi
menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca
preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita
yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik
yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis.
Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta
berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah
diagnostik laboratorik maupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria,
serta variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria
secara tidak tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya
mengandalkan teknik diagnosis mikroskopis.
Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang terlatihnya
tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara mikroskopis
yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratoris malaria.
Penelitian terbaru telah mengembangkan metode diagnostik yang dapat diperbandingkan
dengan metode yang lazim (konvensional). WHO bersama para ilmuwan, ahli laboratorik, serta
peklinik mengembangkan alat uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDTs) yang mudah
dilakukan, tepat, sensitif, dan sesuai biaya (cost-effective).
Sebagian besar RDTs malaria menggunakan asas imunokromatografi yang menggunakan
antibodi monoklonal yaitu HRP-2 (Histidine Rich Protein) untuk Plasmodium falciparum dan
pLDH (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui Plasmodium vivax sebagai indikator
infeksi.
Ada beberapa antigen malaria yang dapat digunakan sebagai sasaran (target) pemeriksaan
ini, yaitu: HRP-2, pLDH, dan Plasmodium aldolase. HRP-2 adalah protein larut air yang
dihasilkan pada tahap aseksual dan gametositPlasmodium falciparum dan dikeluartekankan
(diekspresikan) di membran sel eritrosit. HRP-2 banyak dihasilkan oleh Plasmodium falciparum,
sehingga merupakan sasaran (target) antigen utama dalam membuat uji diagnostik cepat malaria.
pLDH adalah enzim glikolitik di Plasmodium sp, yang dihasilkan pada tahap seksual dan
aseksual parasit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji diagnostik metode imunokromatografi
diperbandingkan dengan pemeriksaan laboratorik mikroskopis malaria. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat berguna dan memberikan sumbangan serta masukan bagi perkembangan
teknologi diagnostik laboratoris malaria.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan pada anak dengan malaria.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian pada kliendengan malaria.
b. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi dan implementasi pada klien
dengan malaria.
c. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi pada klien dengan malaria.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis pada anak dengan malaria adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat : sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa : di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.
3. Untuk Insatansi : agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
4. Untuk tenaga kesehatan : makalh ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakuakan tindakan
asuhan keperawatan pada kasus yang serupa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian/Definisi
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi melalui vektor
nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium.(Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal
406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies
plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari
genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2009)
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.
(www.depkes.go.id)
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa
(genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).
2. Etiologi
Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan nyamuk spesiesAnopheles betina yang
terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus plasmodium. Terdapat lima spesies paling umum
yang memberikan pengaruh ceddera terhadap manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
a. Plasmodium Falcifarum
b. Plasmodium Vivax
c. Plasmodium Ovale
d. Plasmodium Malariae
e. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen bermakna
secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).

3. Patofisiologi
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik melalui gigitan
nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang terkandung dalam
air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap darah
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalan dapat
secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadi gametocytes, yang mengalami
reproduks, seksual ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi
sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam
host baru. Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
tetap sebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi siklus malaria
yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).
a. Siklus eksoeritrosit.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati. Penularan terjadi bila
nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya memasukkan
sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim pada sel hepatosit di
parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6-9 hari skizon menjadi
dewasa dan pecah dengan melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian merozoit memasuki sel-
sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan
lain, antara lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai kembali.
b. Siklus eritrosit.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit
dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas
dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
c. Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa siklus,
sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual
jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan berkembang lalu mati bila tidak
diisap olehAnopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil akan
memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi sitolisis sel darah
merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah dan memberikan
gejala, seperti menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini terjadi dalam siklus
eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan anemia. Plasmodium.
falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya dari lima spesies plasmodium karena dapat
menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian. Kematian akibat malaria dapat dicegah. jika
perawatan yang tepat dicari dan diimplementasikan.
Parasit memperoleh energi mereka semata-mata dari glukosa dan mereka
mencernanya 70 kali lebih cepat dari sel darah merah yang mereka tempati sehingga
menyebabkan insufisiensi insulin (Gambar 2.2) yang akan memberikan manifestasi penurunan
intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap hipoglikemia intrasel
dan ekstrasel.
Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan respons peningkatan glukogenesis dan
glukoneogenesis yang memberikan manifestasi pemecahan lemak dan perubahan sintesis protein.
Peningkatan pemecahan lemak akan meningkatkan produksi keton yang juga akan meningkatkan
risiko terjadinya ketoasidosis diabetikum. Perubahan sintesis protein akan meningkatkan risiko
kaheksia, letargi, dan terjadi penurunan gama globulin yang juga meningkatkan risiko infeksi
akibat kerusakan jaringan kulit.
Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan manifestasi peningkatan osmotik plasma
dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal. Pada kondisi peningkatan osmotik plasma
akan terjadi dehidrasi sel yang berlanjut pada koma hiperglikemi. Respons dari peningkatan
pengeluaran glukosa oleh ginjal akan menyebabkan diuresis osmotik dengan manifestasi poliuri,
polidipsi, hipokalemi, dan hiponatremi.
Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang terinfeksi dan yang
tidak terinfeksi), penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah merah
oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia serta splenomegali. Seiring waktu, malaria dan
infeksi juga dapat menyebabkan trombositopenia.
Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
pasien (Gambar 2.3) dan memberikan implikasi pada asuhan keperawatan. Masalah keperawatan
yang muncul berhubungan dengan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
yang memberikan berbagai manifestasi pada respons sistemik, respons intestinal, respons sistem
saraf pusat, respons kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.

4. Komplikasi
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama yang disebabkan
oleh Plasmodium falcifarum adalah sebagai berikut.
a. Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan kesadaran, perubahan status mental, dan
kejang. Kondisi koma malaria merupakan kondisi paling umum yang menyebabkan kematian
pada pasien dengan penyakit malaria. Jika tidak diobati, komplikasi ini sangat mematikan.
Gejala malaria serebral mirip dengan ensefalopati toksik.
b. Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).
c. Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi denganPlasmodium falciparum
menderita gagal ginjal akut (Hanson, 2009).
d. Hipoglikemia.
e. Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang merupakan manifestasi
dari hemolisis, hemoglobinemia yang berlanjut pada hemoglobinuria dan hemozoinuria.
f. ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan menyebabkan kematian pada 80%
pasien (Perez-Jorge, 2009).
g. Anemia.
Pendarahan (koagulopati).

5. Manifestasi Klinis
a. Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
b. Plasmodium falcifarum ( malaria tropika )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 miggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
c. Plasmodium malariae ( malaria kuartana )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( gejala pertama tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari
setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari )
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi

d. Plasmodium ovale ( jarang ditemukan ).


Dimana manifestasi klinisnya mirip malaria tertiana :
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi
klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di
dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium
dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak
menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan
interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode
berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal
dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya
digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu
yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan
kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay
dan enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan
melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini
disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari).
Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan
dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250
mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Anamnesa
Keluhan utama pada pasien malaria bervariasi sesuai dengan siklus yang terjadi di dalam
tubuh pasien. Pada pengkajian, perawat mungkin mendapatkan keluhan utama demam. Serangan
klasik demam tiba-tiba dimulai dengan periode menggigil yang berlangsung selama sekitar 1-2
jam dan diikuti dengan demam tinggi. Setelah itu akan terjadi penurunan suhu tubuh secara
berlebihan disertai diaforesis dan suhu tubuh pasien turun menjadi normal atau di bawah normal.
Menurut Dorsey (2000) terdapat trias klasik malaria yang terbagi dalam 3 periode. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011)
Trias Klasik Malaria (Malaria Proxysm)
Fase Klinis
Fase dingin Pada fase ini pasien terlihat menggigil dan kedinginan, pasien sering
membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil disertai badan
bergetar, pucat sampai sianosis. Fase ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur
Fase Perubahan integumen dengan muka menjadi merah, kulit ppanas dan kering.
hipertermi Perubahan TTV dengan nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 400C atau
lebih, respirasi meningkat. Perubahan sistemik dengan adanya nyeri kepala,
mual-muntah, gejala syok (takanan darah menurun), penurunan tingkat
kesadaran menjadi delirium dan kejang. Fase ini lebih lama dari fase dingin,
dapat sampai 2 jamatau lebih, di ikuti dengan keadaan berkeringat.
Fase Pasien berkeringat mulai dari kening, di ikuti seluruh tubuh, sampai basah
diaforesis sampai seluruh tubuh, temperatur turun, pasien kemudian keletihan dan
kemudian tertidur. Bila pasien bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
aktivitas rutin seperti biasa.
(Dimodifikasi dari Dorsey G, Gandhi M, Oyugi JH, Rosenthai PJ., 2000)

Keluhan klinis sistemik secara umum yang mengikuti, meliputi batuk, cepat letih,
malaise, nyeri otot (mialgia), nyeri sendi (artralgia), dan peningkatan produksi keringat (setiap
48 atau 72 jam, tergantung pada spesies). Keluhan sistemik lainnya bisa didapatkan adanya
anoreksia dan letargi, mual dan muntah, sakit kepala, serta ikterus mungkin didapatkan pada
beberapa kasus.
Pada riwayat kesehatan, pengkajian awal yang penting bagi perawat untuk ditanyakan
adalah apakah pasien pernah pergi atau diam di tempat endemik malaria. Kebanyakan pasien
tinggal di atau baru saja bepergian ke daerah endemik, namun beberapa kasus dilaporkan setiap
tahun di mana pasien tidak memiliki riwayat perjalanan tersebut (misalnya kendaraan daran atau
air yang pernah singgah atau melewati daerah endemik).
Pengkajian lainnya adalah untuk menentukan status kekebalan pasien, seperti umur,
alergi, kondisi-kondisi medis lainnya, obat lain, dan status kehamilan.
Pengkajian psikososial terutama ditujukan dalam penurunan kecemasan dan pemenuhan
informasi.
b) Pemeriksaan Fisik
Secara umum pasien terlihat sangat sakit, terdapat perubahan status kesadaran yang
semakin menurun sesuai dengan tingkat keaktifan kuman dalam tubuh. TTV biasanya
mengalami perubahan seperti takikardia, hipertermi, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan
tekanan darah.
Bl : Fungsi pernapasan biasanya tidak ada masalah, tetapi pada malaria falcifarum
dengan komplikasi akan didapatkan adanya perubahan takipnu dengan penurunan
kedalaman pernapasan, serta napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
B2 : Pada fase demam akan didapatkan takikardia, tekanan darah menurun, kulit hangat, dan
diuresis (diaforesis) karena vasodilatasi. Pucat dan lembap berhubungan dengan adanya anemia,
hipovolemia, dan penurunan aliran darah. Pada pasien malaria dengan komplikasi berat sering
didapatkan adanya tanda-tanda syok hipovolemik dan tanda DIC.
B3 : Sistem neuromotorik biasanya tidak ada masalah. Pada beberapa kasus pasien terkihat gelisah
dan ketakutan. Pada kondisi yang lebih berat akan didapatkan adanya perubahan tingkat
kesadaran dengan manifestasi disorientasi, delirium, bahkan koma. Padabeberapa kasus pasien
dengan adanya perubahan elektrolit sering didapatkan adanya kejang.
B4 : Sistem perkemihan biasanya tidak masalah, tetapi pada saat fase demam didapatkan adanya
penurunan produksi urine, sedangkan pada fase lanjut didapatka adanya poliuri sekunder dari
perubahan glukosa darah.
B5 : Pada inspeksi didapatkan gangguan pencernaan, seperti mual dan muntah, diare atau konstipasi.
Pada auskultasi didapatkan penurunan bising usus. Pada perkusi didapatkan adanya timfani
abdomen. Pada palpasi abdomen sangat sering didapatkan acaura splenomegali.
B6 : Pada pengkajian integumen didapatkan adanya tanda-tanda anemia dan
ikterus. Pada pemeriksaan muskuloskeletal didapatkan adanya keletihan dan kelemahan
fisik umum, malaise, dan penurunan kekuatan otot.
c) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan imunoserologis.
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibody spesifik
terhadap parasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium. Teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan radioimmunoassay dan
enzim immunoassay.
2) Pemeriksan Biomolekuler.
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit/plasmodium dalam darah penderita malaria. Tes ini menggunakan DNA lengkap, yaitu
dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
d) Penatalaksanaan Medis
Intervensi medis disesuaikan dengan kondisi klinis pada pasien malaria. Tujuan pemberian
terapi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Intervensi darurat.
Rehidrasi dengan pemberian IVFD.
Tranfusi RBC (red blood cells)
Mengatasi hiponatremi dan hipokalemi.
Monitor dan mengobati hipoglikemia.
Monitor kasus malaria dengan penurunan daya tahan tubuh (pada anak-anak, kehamilan,
imunodefisiensi).
Perawatan di ruang intensif (koagulopati atau kegagalan organ akhir, malaria serebral,
penurunan kesadaran, kejang berulang, koma).
2) Terapi malaria.
Malaria Tersiana/Kuartana.
Biasanya ditanggulangi dengan kloroquin, namun jika pasien resisten perlu ditambahkan
mefloquin dosis tunggal 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul
dengan pemberian primaquin 15 mg/hari selama 14 hari).
Malaria Ovale. .
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari) atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet) yang biasanya dikombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
Malaria falcifarum.
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak
2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama
7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari.
e) Analisa Data
Symtom Etiologi Masalah
Ds : Pelepasan produksi Hipertermi
Klien biasanya mengeluh badannya metabolik toksik
panas kedalam aliran darah
Orangtua Klien biasanya mengatakan
panasnya kurang lebih 2-4 hari dirumah Respon inflamasi
Klien biasanya susah tidur sistemik
Do :
Keadan umum : lemah Hipertermi
Wajah pasien biasanya kemerahandan
suhu tubuhnya 39,50C
Nadi : 98 x / menit
Pernapasan : 28 X /menit
Ds : Anemia hipovolemi Penurunan
Klien biasanyamengeluh pusing. perfusi jaringan
Do : Penurunan aliran
Klien akan terlihat sesak dan pucat darah dan penurunan
Suhu 39,5-400C imunitas

Penurunan perfusi
jaringan
Ds : Anemia hipovolemi Resiko tinggi
Klien biasanya mengeluh nyeri kepala gangguan
dan mual. Penurunan aliran elektrolit
Do : darah dan penurunan
Klien akan terlihat gelisah imunitas
Suhu 39,5-400C
Klien biasanya terlihat lemas dan Resiko tinggi
keringat dingin gangguan elektrolit
Ds : Respon intestinal Nutrisi kurang
Klien biasanya mengatakan tidak ada darikebutuhan
nafsu buat makan Mual, muntah, tubuh
Do : anoreksia dan
Klien akan terlihat kurus dan lemas. penurunan motilitas
Porsi makanan yang disediakan, intake nutrisi tidak
biasanya hanya porsi yang dihabiskan adekuat konstipasi
Berat badan pasien biasanya menurun
dari sebelumnya. Nutrisi kurang
darikebutuhan tubuh
Ds : Anemia hipovolemi Resiko infeksi
Klien biasanya mengeluh badannya
panas Penurunan aliran
Do : darah dan penurunan
Biasanya leukosit dalam batas tidak imunitas
normal
Suhu badan : 39,50C Resiko infeksi
Nadi : 98 x/menit
Pernapasan : 28 X/menit
Kulit biasanya tanpak kotor
Ds : Resiko inflamasi Nyeri
Klien biasanya mengeluh nyeri pada sitemik
seluruh badan
Klien biasanya mengatakan badanya Mialgia dan
terasa lemas Artralgia
Do :
Klien akan terlihat gelisah Nyeri
Tidur kurang dari 6 jam
Sering terjaga
Ds : Invasi kuman ke Cemas
Orang tua biasanya bertanya tanya hepatosit
tentang penyakit anaknya.
Orang tua akan mengatakan khawatir Malaria
tentang penyakit anaknya.
Do : Respon psikososial
Klien akan terlihat cemas atau
ketakutan Cemas
Klien akan tampak gelisah.
Orang tua biasanya tampak gelisah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus.
b. Perubahan perfusi jaringan b/d anemia, penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen dan nutrien dalam tubuh.
c. Aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit (hiponatremi, hipokalemi) b/d diuresis osmotik,
diaforesis
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang tidak adekuat,
anoreksia, mual/muntah.
e. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem kekebalan tubuh
f. Nyeri dan ketidaknyamanan b/d resfon inflamasi sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis.
g. Kecemasan b/d kondisi sakit, prognosis penyakit malaria falciparum
h. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurangnya pemajanan, kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

3. Rencana Keperawatan
Hipertermia b/d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang di berikan
2. Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah di
berikan
Intervensi Rasional
Evaluasi TTV pada setiap Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan
pergantian sif atau setiap keadaan umum klien sehingga dapat di lakukan
ada keluhan dari klien penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat
Kaji pengetahuan klien dan Sebagai data dasar untuk memberikan intervensi
keluarga tentang cara selanjutnya.
menurunkan suhu tubuh
Lakuakan tirah bafring total Penurunan aktivitas akan menurunkan laju
metabolisme yang tinggi pada fase akut, dengan
demikian akan membantu menurunkan suhu tubuh
Beri kompres dengan Dapat membentu mengurangi demam,
hangat pada daerah aksila, penggunaan es/alkohol mungkin dapat
lipat paha dan temporal bila menyebabkan kedinginan dan menggigil. Selain
terjadi panas itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.
Anjurkan klien untuk Pengeluaran suhu tubuh seecara evaporasii
memakai pakaian yang berkisar 22% dari pengeluaran suhu tubuh.
menyerap keringat seperti Pakaian yang mudah menyerap keringan sangat
katun. efektif meningkatkan efek dari evaporasi.
Anjurkan keluarga untuk Masase di lakukan untuk meningkatkan aliran
melakukan masase pada darah ke perifer dan terjadi vasodilatasi perifer
ekstermitas. yang akan meningkatkan efek evaporasi.
Penggunaan cairan penghangat seperti minyak
kayu putih dapat digunakan untuk meningkatkan
efektivitas intervensi masase.
Kolaborasi dengan dokter Antipiretik bertujuan untuk memblok respons
dalam pemberian obat panas sehingga suhu tubuh klien dapat lebih cepat
antipiretik. menurun.

Perubahan perfusi jaringan b/d anemia, penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrien dalam tubuh.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat
mempertahankan Cardiac Output secara adekuat guna meningklatkan perfusi
jaringan.
Kriteria Hasil :
1. Klien tidak mengeluh pusing
2. TTV dalam batas normal, tidak terjadi sesak, mual dan muntahtanda diaforesis
dan pucat/sianosis hilang, akral hangat, kulit segar, produksi urine >30 ml/jam,
respon verbal baik, EKG Normal.
Intervensi Rasional
Kaji status mental klien Mengetahui derajat hipoksia pada otak.
secara teratur.
Pertahankan tirah baring Menurunkan kerja miokard dan konsumsi
bantu dengan aktivitas oksigen, memaksimalkan efektivitas dari perfusi
perawatan. jaringan.
Panatau terhadap Hipotensi akan berkembangbersamaan dengan
kecendrungan tekanan darah, kuman yang menyerang darah.
mencatat perkembangan
hipotensi, dan perubahan
pada tekanan nadi.
Perhatikan kualitas dan Pada awalnya nadi cepat dan kuat karena
kekuatan dari denyut perifer. peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah
atau lambat karena hipotensi yang terus
menerus, penurunan curah jantung dan
vasokontriksi perifer.
Observasi perubahan sensori Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke
dan tingkat kesadran pasien jaringan serebral adalah adanya perubahan
yang menunjukkan respons sensori dan penurunan tingkat kesadaran
penurunan perfusi otak pada fase akut. Adanya kegagalan harus di
(gelisah, Confuse/bingung, lakuakan monitoring yang ketat.
apatis, samnolen).
Kurangi aktivitas yang Respons valsava akan meningkatkan beban
merangsang timbulnya jantung sehingga akan menurunkan curah
respons valsava / aktivitas. jantung ke otak.
Catat adnya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan manifestasi
penurunan suplai darah ke jaringan otak.
Kolaborasi dengan tenaga Jalur yang paten penting untuk pemenuhan lisis
kesehatan lain dalam darah sebagai intervensi kedaruratan.
pemberian transfusi darah
PRC (packed red cells).

Aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit (hiponatremi, hipokalemi) b/d


diuresis osmotik, diaforesis
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi hiponatremi atau kondisi
hiponatremi dan hipokalemi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1. Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepal, mual dan muntah, GCS :
4, 5, 6.
2. TTV dalam batas normal.
3. Klien tidak mengalami defisit neurologis.
Intervensi Rasional
Kaji faktor penyebab dari Kehilangan natrium yang
situasi atau keadaan mengakibatkandefletional hyponatremia dapat
individu dan faktor-faktor disebabkan oleh mekanisme ginjal dan nonginjal.
yang dapat menurunkan Kehilangn garam melalui nonginjal terjadi pada
osmolalitas serum. kehilangan volume cairan seperti pada muntah,
diare, atau diaforesis yang berlebihan.
Monitor temperatur dan Panas merupakan refleks dari hipotalamus.
pengaturan suhu Peningkatan kebutuhan metabolisme dan oksigen
lingkungan. akan menunjang peningkatan TIK/ICP(Intracranial
Pressure).
Bantu pasien untuk Aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan
membatasi muntah dan intrkarnial dan intraabdominal. Mengeluarkan
batuk. Anjurkan pasien nafas sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat
untuk mengeluarkan napas melindungi diri dari efek valsava.
apbila bergerak atau
berbalik di tempat tidur.
Perttahankan kepala/leher Perubahan kepala pada satu sisi dapat
pada posisi yang netral, menimbulakan penekanan pada vena jugularis dan
usahakan dengan sedikit menghambat aliran darah otak sehingga dapat
bantal. Hindari meningkatkan tekanan intrakarnial.
penggunaan bantal yang
tinggi pada kepala.
Bantu pasien jika batuk Aktivitas ini dapat meningkatkan intratoraks atau
atau muntah. tekanan dalam toraks dan tekanan pada abdomen
dimana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan
TIK.
Observasi tingkat Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan
kesadaran dengan GCS. TIK dan berguna menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit.
Kolaborasi :
Pemberian oksigen sesuai Mengurangi hipoksemia, dimana dapat
indikasi meningkatkan vasodilatasi cerebral dan volume
darah dan menaikkan TIK.
Pemenuhan natrium secara intravena akan
Berikan cairan intrvena meningkatkan kadar natrium ke sirkulasi otak
jenis NaCL Diuretik mungkin digunakan pada fase akut untuk
mengalirkan air dari brain cells dan
Berikan obat deuretik mengurangi edema cerebral dan TIK.
osmotic contohnya :
mannitol, furoscide
Memonitor tanda-tanda Adanya perubahan TTV secara cepat dapat menjadi
vital tiap 4 jam. pencetus aritmia pada klien hipokalemi.
Berikan diet sumber Sumber-sumber kalium termasuk buah dan sari
kalium buah, sayur-sayuran segardan beku,daging
segar,dan makanan olahan. Sementara itu pisang,
aprikot, jeruk, avokad, kacang-kacangan, kismis,
kentang merupakan pengganti garam yang
mengandung 50 sampai 60 mEq kalium.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder dari nyeri, ketidaknyamanan
lambung dan intestinal
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi
yang adekuat.
Kriteria Hasil :
1. Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu,menunjukkan peningkatan BB.
Intervensi Rasional
Kaji pengetahuan klien Tingkat pengetahuandipengaruhi olehkondisi sosial
tentang intake nutrisi ekonomi klien. Perawat menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan kondisi individu klien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat
dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan
yang sesuai dengan pengetahuan klien secara
efesien dab efedktif.
Kaji riwayat nutrisi Peran perawat dalam mengawasi masukan kalori
termasuk makanan yang atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
disukai. Observasi dan
catat masukan makanan
pasien.
Diskusikan yang disukai Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa
klien dan masukan dalam berpartisipasi atau kontrol.
diet murni.
Observasi dan catat gejalaGI dapat menunjukkan efek anemia
kejadian mual atau muntah (hipoksia) pada organ.
dan gejala lain yang
berhubungan.
Monitor perkembangan Penimbangan berat badan dilakuakan sebagai
berat badan. evaluasi terhadap intervensi yang di berikan.

Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem kekebalan tubuh


Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem kekebalan tubuh.
Kriteria Hasil :
1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradanganm sistemik
2. Leukosit dalam batas normal
3. TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Pantau terhadap Demam yang di sebabkan oleh endoktoksin pada
kecendrungan peningkatan hipotalamus dan hipotermia adalah tanda-tanda
suhu tubuh. penting yang merefleksikan perkembangan status
syok/penurunan perfusi jaringan.
Amati adanya menggigil Menggigil sering kali mendahului memuncaknya
dan diaforesis suhu pada infeksi umum.
Observasi tanda-tanda Dapat menunjukkan ketidaktepatan terapi
penyimpangan antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
kondisi/kegagalan untuk
memperbaiki selama masa
terapi.
Berikan obat anti malaria Dapat membasmi atau memberikan imunitas
sesuai petunjuk. sementara untuk infeksi umum.
Pantau pemeriksaan Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi
laboratoris. malaria.

Nyeri dan ketidaknyamanan b/d respons inflamasi sistemik, mialgia,


artralgia, diaforesis.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam terjadi penurunan keluhan nyeri dan
ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil :
1. Secara objektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
2. Skal nyeri 0-1 (0-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri
3. Klien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu klien Pendekatan menggunakan relaksasi dan
dengan tindakan pereda nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
nyeri nonfarmakologi dan kesepakatan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
noninvasif.
Lakukan manajmen nyeri
keperawatan.
Istirahatkan klien pada saat Istirahat secara fisikologis akan menurunkan
nyeri muncul kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
Meningkatkan intake oksigen sehingga akan
Ajarkanteknik relaksasi menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spina.
pernapasan dalam pada saat Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus
nyeri muncul nyeri eksternal dan batasan pengunjung akan
Manajmen lingkungan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan
1. Lingkungan tenang yang akan berkurang apabila banyak pengunjung
2. Batasi pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan
3. Istirahatkan klien menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer.
Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan mengenai hal yang akan di rasakan
tentang sebab-sebab nyeri membantu mengurangi nyerinya dan dapat
dan menghubungkan berapa membantu mengembangkan kepatuhan klien
lama nyeri akan terhadap rencana terapeutik.
berlangsung.

Kecemasan b/d kondisi sakit,prognosis penyakit malaria falcifarum


Tujuan : secara objektif melaporkan rasa cemas berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
2. Klien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya koping
dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
3. Klien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar.
4. Klien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
Monitor respon fisik, Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat
seperti kelemahan, kesadaran/konsentrasi, khususnya ketika
perubahan tanda vital, dan melakukan komunikasi verbal.
gerakan yang berulang-
ulang. Catat kesesuaian
respons verbal dan
nonverbal selama
komunikasi.
Anjurkan klien dan Kesempatan diberikan pada klien untuk
keluarga untuk mengekspresikan rasa takutdan kekhawatiran
mengungkapkan dan tentang akan merasa malu akibat kurang kontrol
mengekspresikan rasa terhadap eliminasi usus. Ketakutan akan rasa malu
takutnya. ini sering menjadi masalah utama.
Catat redaksi dari klien Anggota keluarga dengan responnya padaa apa
atau keluarga. berikan yang terjadi dan kecemasannya dapat disampaikan
kesempatan untuk kepada perawat.
mendiskusikan
perasaannya atau
konsentrasinya dan
harapan masadepan.
Anjurkan aktivitas Meningkatkan distraksi dari pikiran klien dengan
pengalihan perhatian sesuai kondisi sakit.
kemampuan individu,
seperti nonton TV.

Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognesis dan kebutuhan


pengobatan b/d kurangnya pemajanan, kesalahan interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu melaksanakan apa yang telah di
informasikan.
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengulang kembali informasi penting yang di berikan.
2. Klien terlihat termotivasi terhadap informasi yang di jelaskan.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien Keberhasilan proses pembelajaran di pengaruhi
untuk mengikuti oleh kesiapan fisik, emosional dan lingkungan
pembelajaran (tingkat yang kondusif.
kecemasan, kelelahan
umum, pengetahuan klien
sebelumnya dan suasana
yang tepat).
Tinjau proses penyakit dan Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
harapan masa depan. membuat pilihan.
Berikan informasi Meningkatkan pemahaman dan kerjasama dalam
mengenai terapi obat- penyembuhan serta mengurangi kambuhnya
obatan, interaksi obat, efek komplikasi
samping, dan ketaatan
terhadap program.
Diskusikan kebutuhan Perlu untuk penyembuhan optimal dan
untuk pemasukan kesejahteraan umum.
nutrisional yang tepat dan
seimbang
Dorong periode istirahat Mencegah pemenatan, penghematan energi dan
dan aktivitas yang terjadwal meningkatkan penyembuhan.
Tinjau perlunya kesehatan Membantu mengontrol pemajanan lingkungan
pribadi dan kebersihan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit
lingkungan yang ada.
Tekankan pentingnya terapi Penggunaan terhadap pencegahan terhadapinfeksi.
antibiotik sesuai kebutuhan

4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
Hasil yang di harapkan pada asuhan keperawatan pada anak dengan malaria meliputi :
a) Penurunan suhu tubuh
b) Terpenuhinya perfusi jaringan
c) Tidak terjadi gangguan elektrolit
d) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
e) Tidak terjadi infeksi
f) Tidak mengeluh nyeri dan peningkatan perasaan nyaman
g) Kecemasan berkurang atau teradaptasi
h) Terpenuhinya kebutuhan pengetahuan individu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi melalui vektor
nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer,
2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa
spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal
125).
Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan pengaruh cedera terhadap manusia
(fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
1. Plasmodium Falcifarum
2. Plasmodium Vivax
3. Plasmodium Ovale
4. Plasmodium Malariae
5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen bermakna
secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011)
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik melalui gigitan
nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang terkandung dalam air
liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap darah.
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalandapat secara
spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan, parasit, memperluas
infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadigametocytes, yang mengalami reproduks, seksual ketika
diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi sporozoites. yang terus
berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam host baru. Secara garis
besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetapsebagian di tubuh
manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.

B. Saran
Diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami prosester jadinya
penyakit malaria pada anak, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala sampai pengobatan yang
tepat sesuai dengan keadaan penyakit klien dan rasional sesuaidengan fakta yang ada. Selain itu
diharapkan dengan adanya makalah ini dapatmembantu teman-teman dalam mengenal dan
memahami penyakit malaria secaramenyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Gastrointestinal. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
http://dezlicious.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
http://wwwdagul88.blogspot.com/2009/11/askep-malaria-pada-anak.html
http://dimas-nursehalut.blogspot.com/2010/08/askep-malaria-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai