BIOSENSOR
OLEH:
I GEDE SANDI WIARSANA
Keuntungan dari biosensor bila dibandingkan dengan elektroda lain adalah dapat
menganalisis banyak zat kimia, mempunyai selektivitas dan sensitivitas yang tinggi
karena adanya reaksi enzimatis, mudah diproduksi secara massal, mudah
pengoperasiannya, dan bersifat ramah lingkungan. Hanya saja biosensor ini memiliki
beberapa kelemahan, yaitu waktu hidup yang relative singkat dan memerlukan biaya
yang besar untuk pemurnian dan pengisolasoan enzim.
Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam reaksi kimia. Secara
umum kerja dari elektroda enzim dapat digambarkan sebagai berikut:
+ +
Dimana S dan C adalah substrat dan kofaktor, sedangkan P dan C adalah prosuk
yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian dari Mashuni (2012), sekarang ini sedang dikembangkan
analisis pestisida dengan biosensor. Analisis pestisida dengan biosensor dapat
menghasilkan respon yang cepat, selektif, sensitif dan sederhana Sekarang ini sedang
dikembangkan analisis pestisida dengan biosensor. Analisis pestisida dengan biosensor
dapat menghasilkan respon yang cepat, selektif, sensitif dan sederhana.
Dalam penelitian ini akan didesain prototipe biosensor elektrokimia untuk
analisis senyawa pestisida golongan karbamat. Oleh karena membran elektroda
merupakan tempat timbulnya potensial atau arus yang dihasilkan oleh reaksi yang
dikatalisis oleh enzim yang terdapat pada membran elektroda dengan larutan yang
dianalisis maka parameter membran elektroda sangat menentukan kinerja dari
biosensor. Desain biosensor pestisida menggunakan membrane enzim
asetilkolinesterase (AChE) dan kolin oksidase (ChO) yang diimmobilisasikan dengan
bahan pendukung selulosa asetat (SA) dan glutaraldehid (GA).
Penelitian ini menggunakan transduser elektrokimia dengan metode
potensiometrik. Analisis pada metode potensiometrik, kesetimbangan lokal terjadi pada
antarmuka sensor. Potensial elektroda dan potensial membran diukur, selanjutnya
informasi tentang suatu sampel didapatkan dari perbedaan potensial antara dua
elektroda.
Elektroda biosensor dibuat dari kawat platina (Pt) yang dilapisi membran selulosa
asetat (SA) sebagai bahan pendukung, membran ini memiliki kestabilan yang baik
terhadap berbagai macam zat kimia, dan glutaraldehid (GA) yang berfungsi sebagai
pengikat antara enzim dengan bahan
DNA
Berdasarkan artikel Nurcahyadi (2009), selain menggunakan tehnik sekuensing
DNA seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, telah berkembang pula sekuensing
DNA dengan menggunakan biosensor elektrokimia yang biasa disebut biosensor DNA
elektrokimia. Akhir-akhir ini, telah banyak riset dan pengembangan biosensor
dilakukan oleh ilmuwan maupun industri, dan dalam dunia biosensor research, telah
berkembang biosensor yang berbasis DNA (genosensor).
Suatu biosensor DNA (atau genosensor) menggunakan DNA yang
diamobilisasi sebagai unsur pengenalnya. Untuk biosensor DNA elektrokimia, unsur
biologi yang digunakan adalah DNA dan transdusernya adalah transduser elektrokimia.
Metode elektrokimia yang digunakan adalah voltametri, amperometri dan cyclic
voltametry.
Hibridisasi dalam Biosensor DNA Elektrokimia
Aspek yang penting pada hibridisasi biosensor adalah sensitivitas untuk
mendeteksi konsentrasi DNA yang serendah mungkin, dan selektivitas untuk dapat
mendeteksi titik mutasi. Metode tradisional untuk mendeteksi terjadinya hibridisasi
adalah sangat lambat dan memerlukan preparasi khusus. Ini yang menjadi alasan
mengapa akhir-akhir ini pengembangan biosensor hibridisasi secara elektrokimia
menjadi sangat menarik.
Suatu biosensor hibridisasi DNA elektrokimia pada dasarnya terdiri dari suatu
elektrode yang dimodifikasi dengan ssDNA yang disebut probe. Karena elektrode
dimodifikasi dengan probe, maka akan menyebabkan interaksi dengan sampel melalui
pengenalan urutan komplementernya, di antara yang lainnya, di bawah kondisi pH,
kekuatan ion, dan temperatur tertentu.
Tahap selanjutnya adalah deteksi pembentukan double helix. Tahap-tahap
pembuatan biosensor hibridisasi elektrokimia meliputi amobilisasi probe, hibridisasi
dan deteksi terjadinya hibridisasi. Deteksi terjadinya hibridisasi DNA antara probe
dengan target adalah DNA diamobilisasi hingga menyebabkan basa-basa dapat
mengalami biopengenalan dengan urutan komplementernya. Dalam hal ini, sifat
elektrode memainkan peranan yang sangat penting. Bagaimana kompromi basa-basa
untuk berinteraksi dengan permukaan elektrode dan selanjutnya mereka dapat
membentuk double helix.