4
PERLINDUNGAN
PASIEN TERHADAP
KEKERASAN FISIK
Rumah Sakit Airlangga Jombang
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................4
1.3 Ruang Lingkup........................................................................................................................4
1.4 Batasan Operasional................................................................................................................5
1.5 Dasar hukum..........................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................6
2.1 Definisi...................................................................................................................................6
BAB III TATA LAKSANA.........................................................................................................................7
3.1 Tata Laksana..........................................................................................................................7
3.2 Tata laksana Perlindungan Tindak Kekerasan secara Umum.......................................................7
3.3 Tata laksana Perlindungan Tindak Kekerasan secara Umum.......................................................8
3.4 Tata laksana Perlindungan Terhadap Penderita Cacat................................................................8
3.5 Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Manula, Gangguan Mental dan Emosional................8
3.6 Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien yang berisiko disakiti (Risiko Penyiksaan, tersangka
tindak pidana, korban kekerasan, napi, dsb).............................................................................9
3.7. Tata laksana Pelaporan Tindak Kekerasan Fisik........................................................................9
3.8 Alur Insiden Terjadinya Kekerasan..........................................................................................10
BAB IV DOKUMENTASI........................................................................................................................11
BAB V PENUTUP.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA 13LAMPIRAN 1 SPO PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK
LAMPIRAN 2 SURAT PERMINTAAN KERJASAMA DENGAN POLSEK KOTA
LAMPIRAN 3 MOU DENGAN POLSEK KOTA
LAMPIRAN 4 FORMULIR BUKU TAMU
LAMPIRAN 5 CONTOH BUKU TAMU
LAMPIRAN 6 INSPEKSI RUANG TAMU
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat,anak-anak dan
yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari kekerasan fisik yang dilakukan
oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien
berisiko yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Dan juga buku panduan ini digunakan sebagai
acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan perlindungan pasien terhadap
kekerasan fisik, usia lanjut, penderita, anank-anak dan yang berisiko disakiti.
4
1.4 Batasan Operasional
1. Perlindungan adalah proses menjaga atau perbuatan untuk melindungi dari kekerasan fisik pada
pasien/pengunjung/karyawan yang dilakukan oleh orang lain atau kelompok yang mengakibatkan
luka fisik, seksual dan psikologis.
2. Kekerasan fisik terhadap pasien adalah kekerasan dalam semua bentuk perbuatan dan/atau
kejadian yang menyakitkan secara fisik, termasuk diantaranya tetapi tidak terbatas pada
penculikan, penganiayaan dan benturan yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata terhadap
kesehatan dan kelangsungan hidup.
3. Serangan adalah suatu perbuatan yang dapat mengakibatkan korban mengalami kekerasan fisik,
tibdakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam, menembak,
mendorong (paksa), menjepit pasien/pengnjung/karyawan selama berada di lingkungan Rumah
Sakit.
4. Kelompok beresiko adalah pasien-pasien yang karena kondisi penyakit/kesehatan/terapi yang
dijalankan, menjadi lemah dan/atau tidak mampu melindungi diri saat terjadi kekerasan fisik yang
menimpanya.
5. Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur
enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik
dan psikologis yang semakin menurun.
6. Bayi terdiri dari :
a. Neonatus adalah manusia baru lahir yang berumur 0-28 hari
b. Bayi adalah bayi berumur 0-3 bulan
7. Anak-anak adalah usia diatas 3 (tiga) bulan sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Perlindungan Pasien adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi hak-hak pasien
selama dalam perawatan di rumah sakit dari segala bentuk ancaman dan tindakan yang akan
mengacam fisik, mental dan emosional
5
2. Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain memukul,
menendang, menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan seksual, dan lain-lain yang
dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung.
3. Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau sosial termasuk pelecehan
secara verbal.
4. Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain, secara verbal (kata-kata
yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau membunuh) atau merusak harta
benda.
5. Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan,
dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap
sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman
terhadap binatang. Istilah kekerasan juga mengandung kecenderungan agresif untuk
melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap masalah kecil
dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
6. Bayi dan anak-anak adalah pasien yang berumur 1 hari sampai umur 12 tahun.
7. Usia lanjut Adalah seseorang baik laki-laki atau perempuan yang berumur 60 tahun keatas.
Lanjut usia secara fisik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia non
potensial. Beberapa jenis permasalahan yang di alami oleh lanjut usia antara lain secara fisik,
mental,social dan psikologis. Sehingga hal ini akan mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
8. Penderita cacat Adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya
terdiri dari
a) Penyandang cacat fisik
b) Penyandang cacat mental
c) Penyandang cacat fisik dan mental.
BAB III
TATA LAKSANA
6
diterapkan pada saat pertama kali pasien dan keluarga pasien melakukan pendaftaran di RS
Airlangga Jombang baik dilakukan di poli rawat jalan, rawat inap maupun IGD serta di seluruh
pelayanan kesehatan yang tersedia di rumah sakit. Secara keseluruhan, proses perlindungan
dilakukan dilingkungan internal rumah sakit selama pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.
proses pelaksanaan perlindungan dapat di lakukan oleh komponen staf medis RS Airlangga
Jombang dan tim keamanan yang disediakan dan ditugaskan untuk melakukan identifikasi dan
pengawasan terhadap pasien-pasien yang membutuhkan perhatian extra.
7
2. Ruang rawat inap anak-anak, harus ada perawat yang menjaga dan mengawasi seisi ruangan
yang ada atau adanya salah satu anggota keluarga pasien yang menjaga pasien secara
bergantian.
3. Pemanfaatan CCTV untuk memantau kondisi pasien (bayi dan anak-anak) dan keluar masuknya
pengunjung/staf di ruangan.
4. Pengamanan tempat tidur pasien dari risiko kelalaian petugas selama masa asuhan keperawatan
3.5 Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Manula, Gangguan Mental dan Emosional
1. Penempatan pasien dengan gangguan mental dan emosional dapat disediakan lokasi / ruangan
khusus yang beda dengan pasien yang lainnya yaitu di ruang isolasi.
2. Pasien dapat pula ditempatkan dengan ruang jaga perawat yang mudah dipantau/dimonitor oleh
perawat yang bertugas.
3. Meminta keluarga pasien untuk membantu menjaga pasien selama proses rawat inap dilakukan.
4. Melakukan screening terhadap para keluarga dan pengunjung yang melakukan kunjungan di
rumah sakit khususnya rawat inap.
5. Apabila ada pasien gaduh gelisah di pasang reinstrain.
3.6 Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien yang berisiko disakiti (Risiko Penyiksaan,
tersangka tindak pidana, korban kekerasan, napi, dsb)
1. Pasien ditempatkan di ruang isolasi untuk kasus-kasus khusus dan dijaga oleh petugas keamanan
( polisi) . Kasus-kasus khusus diantaranya:
A. Napi dilaporkan ke polisi
B. Kasus pidana dilaporkan ke polisi
C. Kasus KDRT dilaporkan ke satpam atau staf bidang umum
2. Pengunjung, keluarga dan orang yang melakukan kontak dengan pasien agar dilakukan
pencatatan identifikasi, agar memudahkan petugas bila sewaktu-waktu bila terjadi tindakan yang
tidak diinginkan.
3. Memasang bel/alarm disetiap ruangan/tempat-tempat tertentu untuk memudahkan pasien bila
dilakukan kekerasan oleh orang lain.
4. Petugas berkoordinasi dengan satuan pengamanan rumah sakit untuk tetap melakukan
pemantauan kondisi dan perilaku pasien, bila diperlukan bekerjasama dengan pihak yang
berwajib.
8
c. Segera menghubungi petugas keamanan rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut sebagai
antisipasi risiko tindakan yang berlebih terhadap pasien.
d. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya.
e. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada Atasan Langsung pelapor : Kepala
Bagian/Kasubdep/unit
f. Atasan langsung akan memeriksa laporan apakah kekerasan fisik yang terjadi dapat diselesaikan
pada tingkat kepala bagian/kasubdep/unit atau memerlukan keputusan yang lebih tinggi.
g. Pada kasus insiden tindak kekerasan yang tidak selesai di tingkat bagian/Kasubdep/unit setelah
menerima laporan segera membentuk Tim Investigasi yang terdiri dari Personel keamanan rumah
sakit dan pihak yang berwajib.
h. Setelah selesai melakukan investigasi, lakukan sistem pelaporan hasil investigasi kepada Karumkit
Airlangga Jombangsecara berkala.
9
10
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap kejadian insiden tindakan kekerasan harus terdokumentasi dan dilakukan investigasi
secara menyeluruh untuk dicari akar masalah agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Hasil
investigasi dilaporkan kepada RS Airlangga Jombang dan rumah sakit membuat surat edaran yang
berkaitan dengan upaya pencegahan tindakan kekerasan terhadap pasien.
1. Dokumentasi rekam medis pasien
2. Dokumentasi pelaporan tindakan kekerasan
3. Dokumentasi pencatatan identifikasi pengunjung pasien
11
BAB V
PENUTUP
Perlindungan terhadap kekerasan fisik merupakan salah satu unsur pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menyebabkan peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia serta cara
berfikir kritis dan rasional. Untuk itu Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
termasuk pelayanan perlindungan pada semua orang yang berada di lingkungan Rumah Sakit.
Pengamanan perlindungan berlaku untuk siapapun yang berada dalam lingkungan Rumah Sakit
baik untuk pasien/pengunjung ataupun karyawan. Namun untuk lebih menguatkan hak perlindungan
tersebut maka baik pasien/pengunjung ataupun karyawan harus mempunyai surat perlindungan secara
tertulis sehungga jelas sejauh mana pengamanan akan diberikan.
Panduan perlindungan terhadap kekerasan fisik ini dipakai sebagai acuan oleh Rumah Sakit
dalam mengembangkan pengamanan sehingga dapat diketahiu sumber daya manusia dan fasilitas yang
dimiliki oleh Rumah Sakit dapat menunjang pengamanan tersebut.
Dengan ditetapkannya buku perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat,
anak-anak, dan yang berisiko diakiti maka setiap personil rumah sakit dapat melaksanakan prosedur
prlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat anak-anak dan yang berisiko disakiti
dengan baik dan benar serta melayani pasien dengan memuaskan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang RI No.44 tahun 2009. Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Graha Ilmu.
Undang-undang RI No.36 tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: Graha Ilmu.
Undang-undang RI No.29 tahun 2004. Tentang Praktek kedokteran. Jakarta: Graha Ilmu.
Permenkes No.290/menkes/per/III/2009. Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta: Graha Ilmu.
Permenkes RI No.169/menkes/per/VII/2011. Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Graha Ilmu.
13