Anda di halaman 1dari 24

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Metode Geoscaner

Metode Geoscaner memiliki prinsip kerja yang sama dengan metode

geolistrik sehingga dalam berbagai sumber, penjelasan mengenai geoscan

disamakan dengan penjelasan geolistrik. Geolistrik adalah metode geofisika yang

mempelajari sifat aliran listrik dalam bumi dan bagaimana mendeteksi beda

potensial dipermukaan bumi. (Telford, 1976). Secara garis besar metode

geolistrik dibagi menjadi 2 macam berdasarkan sifatnya yaitu:

1. Geolistrik yang bersifat pasif dimana energi yang dibutuhkan telah ada

terlebih dahulu dalam batuan bawah permukan bumi sehingga tidak

diperlukan adanya injeksi/pemasukkan arus terlebih dahulu. Metode yang

termasuk dalam kelompok ini diantaranya Potensial Diri/Self Potensial

(SP) dan Magneto Teluric (MT).

2. Geolistrik yang bersifat aktif dimana energi yang dibutuhkan ada karena

penginjeksian arus kedalam bumi terlebih dahulu. Metode yang termasuk

kedalam kelompok ini diantaranya metode Resistivitas dan Induced

Polarization (IP).

Metoda ini telah banyak diterapkan dalam eksplorasi air tanah (penentuan

aquiver), geoteknik (analisa struktur lapisan tanah) dan pertambangan (eksplorasi

batubara, mangan, besi, emas). Selain itu juga biasa dipakai untuk lingkungan

(pencarian aliran lindi, leak detektor).

4
5

2.2 Hukum Dasar Kelistrikan dan Resistivitas

Adanya perbedaan tegangan yang timbul pada ujung-ujung kabel

menyebabkan muatan berpindah dan menghasilkan arus listrik. Arus listrik diukur

dalam satuan Ampere yang merupakan jumlah muatan listrik yang lewat pada suatu

titik sembarang dalam 1 sekon. Nilai potensial bisa dihitung dengan satuan Volt yang

merupakan perbedaan antara tegangan yang dibutuhkan agar arus dapat lewat. Pada

sebagian besar bahan termasuk sebagian besar batuan, arus yang mengalir pada suatu

material semakin besar sejalan dengan kenaikan tegangannya. Dari hukum Ohm

dapat diturunkan persamaan:

R=V/I

dimana; R = resistansi (Ohm)

V = tegangan (Volt)

I = arus (Ampere)

Harga tahanan jenis (resistivity) adalah sebagai berikut:

Resistance = R

Area = A

Lenght = L

Gambar 3.1 Restivitas pada sebuah penampang

Resistivity = RA/L

R = resistansi (Ohm)

= resistivitas (Ohm.m)

Resistivitas tidak bergantung pada Geometri batuan.


6

Pengukuran resistivitas dilakukan terhadap permukaan bumi yang dianggap sebagai suatu

medium yang homogen isotropis. Pada kenyataannya, bumi tersusun atas kompusisi

batuan yang bersifat heterogen baik ke arah vertikal maupun horizontal. Akibatnya objek

batuan yang tidak homogen beragam akan memberikan harga resistivitas yang beragam

pula. Sehingga resistivitas yang diukur adalah resistivitas semu. Harga tahanan jenis semu

ini tergantung pada tahanan jenis lapisan-lapisan pembentuk formasi dan konfigurasi

elektroda yang digunakan.

Tahanan jenis semu dirumuskan sebagai:


=

Dengan K adalah faktor geometri susunan elektroda yang berdimensi panjang.

2.3 Metode Tahanan Jenis


Metode tahanan jenis terbagi menjadi 2 bagian (Dobrin, 1988) yaitu:

a. Metode Sounding

Metode sounding adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah

permukaan ke arah vertikal. Metode ini baik digunakan untuk menentukan

ketebalan lapisan lapuk, kedalaman benda anomali, resistivitas suatu lapisan

sedimen, serta batuan dasar yang letaknya tidak terlalu dalam.

Tujuan: Memperkirakan variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman.

Cara: Pengukuran dilakukan pada suatu titik dengan jarak elektroda

bervariasi.

Konfigurasi: Wenner

Schumberger
7

Sounding application:

i. Groundwater Exploration

ii. Monitoring groundwater pollution

iii. Mineral prospecting

b. Metode Mapping

Metode mapping digunakan untuk mengetahui variasi resistivitas ke arah

lateral/horizontal. Biasanya metode ini digunakan untuk mengetahui

kontak litologi batuan atau benda-benda dangkal.

Tujuan: Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi

resistivitas secara lateral.

Cara: Seluruh elektroda dipindahkan menurut lintasan tertentu.

Konfigurasi: Pole pole, Dipole dipole

Mapping application:

i. Groundwater mapping

ii. Mineral prospecting

iii. Geologic mapping

2.4 Resistivitas batuan dan mineral

Sifat resistivitas listrik suatu bahan biasanya dinyatakan di dalam sebutan

resistivitas. Resistivitas untuk silinder yang panjangnya I, luas permukaannya A dan

resistans listriknya R ialah:


=RA/I

Unit SI untuk resistivitas ialah ohm meter (m). Konduktivitas ( = 1/ )

merupakan kebalikan dari resistivitas dan diukur di dalam sebutan ohm per meter.
8

Aliran listrik di dalam kebanyakan batuan ialah bersifat elektrolit. Hal ini terjadi

karena kebanyakan butiran mineral bersifat insulator dan arus listrik mengalir melalui

air yang berada diantara butiran dengan rongga. Oleh karena itu, resistivitas batuan

tergantung pada resistivitas elektrolit dan mempunyai rasio sebanding dengan derajat

kejenuhan air. Secara umum, batuan beku (igneous) bukan merupakan konduktor

yang baik. Namun aliran listrik dapat berlaku di sepanjamg retakan (crack) dan

rekahan (fissures). Resistivitas untuk batuan yang poros tergatung pada derajat

kejenuhan dan jenis elektrolit di dalam rongga batuan. Jika batuan sedimen ini jenuh

dengan air yang mempunyai resistivitas w, maka resistivitas batuan akan mempunyai

rasio terhadap resistivitas air (w). Rasio /w yang disebut sebagai faktor formasi

ialah tetap untuk suatu formasi. Resistivitas merupakan parameter yang berubah-

ubah. Perubahan ini bukan saja berlaku untuk formasi yang berlainan, malahan

resistivitas untuk suatu formasi juga berubah-ubah. Boleh dikatakan tidak ada

hubungan antara litologi dengan resistivitas.

Tabel 3.1 menunjukan rentang resistivitas beberapa jenis batuan yang biasa ditemui.

Tabel 2.1 Resistivitas Batuan dan Mineral (Loke, 1999)


9

2.5 Konsep Resistivitas Semu

Dengan menganggap bumi bersifat homogen isotropik, resistivitas yang

terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung pada

spasielektroda, namun pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan

yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari

lapisan-lapisan tersebut. Oleh karena itu tahanan jenis yang terukur bukanlah harga

tahanan jenis yang sebenarnya tetapi merupakan harga tahanan jenis semu

(a).Tahanan jenis semu dapat dirumuskan sebagai berikut

V
a K
I

Keterangan :

a = Tahanan jenis semu ( m )

K = Faktor geometri (m)

V = Beda potensial (V)

I = Kuat arus (A)

(Sumber : Lean Wijaya, 2009)

Gambar 2.2 Tahanan jenis semu

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa medium berlapis yang ditinjau misalnya

terdiri dari 2 lapis dan mempunyai resistivitas berbeda ( 1 dan 2 ). Dalam


10

pengukuran, medium ini terbaca sebagai medium satu lapis homogen yang memiliki

satu harga resistivitas yaitu resistivitas semu (a).

2.6 Tahanan Jenis Sebenarnya

Survei resistivitas akan memberikan gambaran tentang distribusi resistivitas

bawah permukaan. Harga resistivitas tertentu akan berasosiasi dengan kondisi

geologi tertentu. Untuk mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk geologi

diperlukan pengetahuan tentang tipikal dari harga resistivitas untuk setiap tipe

material dan struktur daerah survey. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan

unsur kimia secara umum telah diperoleh melalui berbagai pengukuran dan dapat

dijadikan sebagai acuan untuk proses konversi untuk mendapatkan nilai resistivitas

sebenarnya (Telford, et al.,1990). Nilai resistivitas sebenarnya dapat dilakukan

dengan cara pencocokan kurva (curvematching) atau dengan metode inversi. Pada

penelitian ini dilakukan dengan metode inversi, menggunakan program res2dinv.

Tabel 3.2 Nilai tahanan jenis dari berbagai material di bumi


Resistivity
Material
(Ohm-meter)

Udara ~
Pyrite (Pirit) 0,01 100
Quartz (Kwarsa) 500 800.000
Calcite (Kalsit) 1 x 1012 - 1 x 1013
Rock Salt (Garam
Batu) 30 - 1 x 1013
Granite (Granit) 200 100.000
Andesite (Andesit) 1,7 x 102 45 x 104
Basalt (Basal) 200- 100.000
11

Limestones (Gamping) 500 10.000


Sandstones (Batu
pasir) 200 8.000
Shales (Batu Tulis) 20 2.000
Sand (Pasir) 1 1.000
Clay (Lempung) 1 100
Ground Water (Air
tanah) 0.5 300
Sea Water (Air asin) 0.2
Magnetite (Magnetit) 0.01 1.000
Dry Gravel (Kerikil
kering) 600 10.000
Alluvium (Aluvium) 10 800
Gravel (Kerikil) 100 600
(Sumber: Telford, 1990)

2.7 Macam Pengukuran Resistivitas


Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode resistivitas dibedakan

menjadi dua yaitu mapping dan sounding. Metode geolistrik resistivitas mapping

merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi rasistivitas

lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu, pada metode ini

digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik datum di permukaan

bumi. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari

variasi resistivitas lapisan bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode

ini pengukuran pada satu titik ukur dilakukan dengan cara mengubah-ubah jarak

elektrode. Pengubahan jarak elektrode tidak dilakukan secara sembarang, tetapi

mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektrode
12

ini sebanding dengan kedalaman lapisan yang terdeteksi.

a. b.
Gambar 2.3 a. cara pengukuran mapping; b. Cara pengukuran sounding

2.8 Konfigurasi Elektroda


Pengukuran geoscan ataupun geolistrik pada umumnya dalam

penerapannya dikenal berbagai konfigurasi atau susunan elektoda diantaranya

adalah konfigurasi elektroda dipole-dipole, pole-dipole, pole-pole,

schlumberger, wenner, wenner- schlumberger, dan lainnya. Pada penelitian yang

dilakukan penulis digunakan konfigurasi wenner dengan metode mapping a t a u

pengukuran secara lateral/ horizontal sehingga jarak antar

e l e k t r o d a t e t a p ya i t u 5 m e t e r . Berikut adalah beberapa konfigurasi

elektroda dalam Loke, (2004) (Gambar 3.4):


13

Gambar 2.4 Beberapa konfigurasi elektroda yang digunakan dalam metode geolistrik
resistivitas (Loke, 2004)

2.9 Metode Induksi Polarisasi

Metode induksi polarisasi merupakan salah satu pengembangan metode

resistivitas yang termasuk dalam metode Geofisika. Metode induksi polarisasi

bekerja dengan cara memberikan arus induksi ke bawah permukaan bumi. Sesuai

dengan namanya, metode induksi polarisasi adalah metode yang mengukur

adanya polarisasi didalam medium karena pengaruh harus listrik yang

melewatinya. Polarisasi umumnya banyak terjadi pada medium yang memiliki

kandungan mineral logam (misalnya senyawa sulfida logam). Sehingga metode IP

lebih banyak dan lebih tepat digunakan untuk eksplorasi mineral logam. Prinsip

dasar penyebab induksi polarisasi pada mineral batuan adalah reaksi serah
14

terima elektron yang menyebabkan arus induksi antara ion elektrolit dan mineral

logam, ketika mineral logam pengisi pori-pori dalam batuan yang terisi juga

oleh elektrolit, menahan arus listrik yang melewati batuan. Pada bidang batas akan

tercipta elektrokimia over potensial antara elektron mineral logam dan larutan

yang mengisi pori-pori.

Gaya elektrokimia ini menentang arus yang melewatinya dan dianggap

sebagai hambatan akibat polarisasi pada bidang batas, dan kenaikan tegangan

(overvoltage) dibutuhkan agar arus dapat melalui bidang batas (Summer, 1967).

Pada metode induksi polarisasi dilakukan penginjeksian arus ke bumi, serta

mengukur beda potensial suatu batuan yang bersifat heterogen akibat

terpolarisasi sesaat. Kondisi terpolarisasi sesaat ini dikarenakan ion-ion di batuan

mengalami pengkutuban akibat injeksi arus tersebut. Setelah arus listrik

dimatikan, maka ion-ion yang awalnya terjadi pengkutuban perlahan mulai

kembali seperti sebelum di injeksikan arus. Saat arus diputus beda potensialnya

tidak langsung turun drastis melainkan akan turun secara perlahan. Proses

penurunan beda potensial secara perlahan disebabkan oleh arus yang

tersimpan pada pori-pori batuan yang bersifat konduktif.

2.9.1 Jenis Polarisasi Metode Induksi Polarisasi

1. Polarisasi elektroda (electrode polarization) atau overvoltage

Polarisasi elektroda merupakan sumber polarisasi terbesar yang

disebabkan oleh keberadaan mineral logam di dalam batuan .


15

Gambar 2.5 Efek polarisasi pada batuan. Gerak muatan di dalam elektrolit

pada medium berpori (atas), polarisasi elektroda pada medium

berpori akibat sumbatan mineral logam (bawah) (Telford, 1976)

Penghantaran arus dalam batuan yang mengandung mineral logam dilakukan

secara elektronik maupun elektrolitik. Pada batas antara mineral logam dengan

elektrolit terjadi reaksi kimia berupa reaksi reduksi-oksidasi dan kemungkinan akan

terjadi pertukaran ionik pada bidang batas mineral dengan elektrolit sampai terjadi

keadaan setimbang. Reaksi-reaksi kimia tersebut juga menimbulkan potensial ekstra

yang disebut dengan overvoltage. Besarnya overvoltage dipengaruhi oleh besar dan

lamanya arus yang melewatinya. Pada bidang batas antara mineral logam dengan

elektrolit terjadi susunan muatan yang berlawanan dan membentuk suatu susunan

kapasitor yang disebut dengan lapisan kembar listrik (electrical double layer). Pada

saat batuan dialiri arus listrik, maka akan timbul gangguan kesetimbangan berupa

polarisasi pada bidang batas antara mineral logam dengan air pada medium. Dimana

mineral logam dianggap sebagai elektroda dan air pada medium batuan berfungsi

sebagai elektrolit, ion-ion akan bergerak dan sebagian tertahan oleh mineral logam.

Overvoltage akan hilang secara perlahan-lahan pada saat arus dimatikan, sehingga

menimbulkan potential decay yang terukur pada elektroda potensial.


16

2. Polarisasi Membran

Gambar 2.6. Model Polarisasi Membran (a) Tanpa Beda Potensial, (b) Ada

Beda Potensial (Telford, 1990)

Gambar 2.6 merupakan model dalam skala mikroskopis. Terlihat adanya

proses penghambatan mobilisasi ion-ion oleh polarisasi membran saat arus

diinjeksikan. Penghambatan mobilisasi ion-ion ini akan sangat besar pengaruhnya

bila perubahan medan listrik yang lambat dengan frekuensi yang lebih kecil dari

0.01 Hz dengan kata lain batuan memiliki impedansi yang lebih besar pada

frekuensi rendah. Hal ini berlaku sebaliknya untuk frekuensi besar. Polarisasi

membran terjadi sebagai akibat keberadaan partikel lempung pada pori-pori

batuan. Partikel lempung memiliki sifat bermuatan negatif yang sangat besar

yang menyebabkan ion-ion positif pada fluida elektrolit akan tertarik ke arah

partikel lempung yang bermuatan negatif. Hal ini menyebabkan ion positif akan

terakumulasi pada sisi pori - pori batuan dan ion negatif yang berasal dari fluida

elektrolit akan menjauh dari partikel lempung. Akumulasi ion positif ini tidak

akan terlalu berpengaruh bila tidak diberikan beda potensial pada batuan

tersebut. Namun jika diberikan beda potensial maka muatan elektron yang berasal
17

dari arus listrik yang diijeksikan ke dalam struktur batuan akan terhambat oleh

akumulasi ion positif tersebut. Proses penghambatan inilah yang menjadi konsep

dasar dari polarisasi membran dalam pori pori batuan.

2.9.2. Pengukuran Metode Induksi Polarisasi

Pengukuran dengan metode induksi polarisasi secara umum dapat

dilakukan dengan dua teknik/cara. Teknik yang pertama adalah Time Domain

Induced Polarization (TDIP) yaitu pengukuran polarisasi dengan menghitung

harga potential decay dalam kawasan waktu. Teknik yang kedua adalah

Frequency Domain Induced Polarization (FDIP) yaitu pengukuran polarisasi

dengan mengukur harga resistivitas sebagai fungsi frekuensi arus yang dimasukkan

ke dalam medium.

2.9.2.1. Induksi Polarisasi Time Domain (TDIP)


Pada pengukuran TDIP arus listrik searah (DC) dengan frekuensi

rendah diinjeksikan ke dalam medium (bumi) melalui dua buah elektroda

arus. Arus listrik dialirkan dalam selang waktu tertentu untuk

menimbulkan polarisasi dalam medium. Kemudian beda potensial antara

dua elektroda potensial selama arus masih mengalir diukur (Vp). Setelah

sumber arus diputus, akan terjadi penurunan beda potensial pada kedua

elektroda potensial dalam kawasan waktu atau potential decay (Vs(t)).

Adapun parameter yang dihitung pada pengukuran TDIP adalah:

2.9.2.1.1. Prosen Induksi Polarisasi


Prosen induksi polarisasi merupakan besaran pengukur derajat

terpolarisasi yang paling sederhana. Cara sederhana mengukur efek IP


18

dengan TDIP adalah dengan membandingkan potensial residual Vs(t)

yang tersisa pada waktu t setelah arus diputus dengan potensial saat

arus masih mengalir Vp. Tegangan residual Vs(t) ini sangat kecil

sehingga umumnya dinyatakan dalam millivolt, sedangkan tegangan

normal dinyatakan dalam volt. Sehingga efek IP yang timbul sering

dinyatakan dalam millivolt per volt (mV/V). Interval waktu t yang

digunakan bervariasi antara 0,1 sampai 10 detik.

Vs(t)
IP effect (%) 100%
Vp

Efek Induksi Polarisasi (IP Effect) bervariasi terhadap resistivitas efektif

dari host rock, tipe elektrolit, suhu, ukuran pori dan lain-lain.

Gambar 2.7. Konsep pengukuran TDIP. (a) perbandingan Vp dengan Vs(t).

(b) integral Vs(t) dengan interval waktu tertetu (Telford, 1976).

2.9.2.1.2. Chargeabilitas (Chargeability)


Chargeabilitas (chargeability) M merupakan parameter yang

menunjukkan derajat terpolarisasi suatu bahan dalam satuan


19

millisecond(msec). Chargeabilitas merupakan besaran makro yang

tergantung pada jenis bahan dan selang waktu pengukuran.

Chargeabilitas merupakan pengintegralan waktu luruh Vs(t) (potential

decay) terhadap beda potensial sebelum arus diputus Vp.Chargeabilitas

dapat dirumuskan sebagai berikut

M = 1/V v(t) dt
Tabel 3.3 menunjukkan variasi nilai chargeabilitas beberapa

mineral (konsentrasi volume 1%) dan batuan menurut Telford (1976)

dengan durasi arus gelombang kotak selama 3 detik.

Tabel 3.3 Nilai chargeabilitas mineral dan batuan

Mineral Chargeability (msec)


Pirite 13,4

Chalcocite 13,2

Copper 12,3

Graphite 11,2

Chalcopyrite 9,4

Bornite 6,3

Galena 3,7

Magnetite 2,2

Hematite 0

Argillites 3-10

Vocanic Tuffs 300-800

Sandstone, Siltstone 100-500

Dense Volcanic 100-500


20

Shale 50-100

Granit, Granodiorite 10-50

Limestone, Dolomite 10-20

Sumber : Telford 1967

2.9 Konfigurasi Elektroda Wenner


Konfigurasi wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam

eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak antara elektroda sama panjang seperti di lihat

pada gambar.

Gambar 6. Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner (Hendrajaya dan Arif, 1990).

Dalam hal ini elektroda-elektroda, baik arus maupun potensial diletakkan

secara simetris terhadap titik sounding. Jarak antar elektroda arus tiga kali jarak antar

elektroda potensial. Jadi, jika jarak masing-masing potensial terhadap titik souding

adalah a/2 maka jarak masing- masing elektroda arus terhadap titik sounding adalah

3a/2.

Pada tahanan jenis mapping, jarak spasi elektroda tersebut tidak berubah-

ubah untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap). Sedangkan pada
21

tahanan jenis sounding, jarak spasi elektroda tersebut diperbesar secara gradual, mulai

dari harga a kecil, untuk suatu titik sounding. Model pengukuran 2- D dengan

metode Wenner terlihat pada Gambar 7

Gambar 7. Model Pengukuran 2D dengan Konfigurasi Wenner. (Loke, 1999).

Batas pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai.

Semakin sensitif dan besar arus yang dapat dihasilkan alat tersebut, maka semakin

besar pula jarak spasi yang dapat dapat diukur, sehingga semakin dalam pula lapisan

yangterdeteksi

Adanya sifat bahwa pembesran jarak elektroda harus di ikuti pula oleh pembesran

jarak elektroda potensial yang menyebabkan jenis konfigurasi wenner dapat mendeteksi

ke tidak homogenan lokal dari lokasi yang diteliti. Dalam prosedur Wenner pada tahanan

jenis mapping, empat elektroda konfigurasi (C2P2P1C1) dengan spasi yang sama dipindahkan

secara keseluruhan dengan jarak yang tetap sepanjang garis pengukuran.


22

Pemilihan spasi terutama tergantung pada kedalaman lapisan yang akan dipetakan

(Sharma, 1997). Konfigurasi Wenner mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut

Burger (2006), kelebihan konfigurasi Wenner adalah dengan lebar spasi elektroda potensial

yang besar maka tidak memerlukan peralatan yang sensitif. Sedangkan kekurangannya

adalah semua elektroda harus dipindahkan untuk setiap pembacaan data resistivitas. Hal ini untuk

mendapatkan sensitifitas yang lebih tinggi untuk daerah lokal dan variasi lateral dekat

permukaan.

2.10 Mangan

Mangan (Mn) dengan nomor atom 25 dan massa atom relatif (Ar) 54,938

termasuk salah satu unsur pada periode empat dan golongan VII B pada Tabel

Periodik, merupakan logam berwarna putih keabuan, keras, mudah retak, serta mudah

teroksidasi. Bijih utama mangan yang sering dijumpai dan bernilai ekonomis adalah

pirolusit dan psilomelan.

2.10.1 Jenis Mineral Logam Mangan

Dikenal 5 jenis mineral bijih yang mengandung mangan

(Sukandarrumidi, 1998) :

1. Pirolusit (MnO2)

Merupakan mineral oksida berwarna abu-abu kilap metalik, kekerasan 2 -

2,5 Skala Mohs, Berat jenis 4,4 - 4,8 gr/cm3. Sistem Kristal tetragonal,

belahan prismatik, merupakan mineral hasil oksidasi. Umumnya pirolusit

adalah mineral hasil oksidasi sekunder atau vein. Pirolusit yang terbentuk

sebagai pseudomorf dari manganit biasanya bersifat masif ataupun

reniform kadang berstruktur berserabut dan radial. Selain sebagai


23

kumpulan kristal yang kasar, pirolusit juga terdapat sebagai Kristal

berbentuk jarum yang halus.

2. Psilomelan ((Ba, H2O) 4Mn10O20)

Merupakan deposit mineral sekunder terhidrasi berwarna abu-abu,

kekerasan 5 6 Skala Mohs, kilap submetalik, sebagai mineral amorf,

bersifat massif, reniform botroidal atau stalaktitik. Sehingga lebih umum

dijumpai dalam jebakan sekunder, berat jenis 3,3 - 4,7 gr/cm3, pecahan

brittle, sistem Kristal ortorombik.

3. Manganit (Mn2O3.H2O)

Mangan berkomposisi oksida dan merupakan mineral terhidrasi yang

berwarna hitam besi atau abu-abu baja, monoklin, prismatik, kekerasan 4

Skala Mohs, berat jenis 4,2 - 4,4 gr/cm3, belahan sempurna, pecahan brittle.

Basic manganese oxide, umumnya dijumpai dalam bentuk urat yang

terbentuk pada temperatur cukup tinggi pada batuan basa.

4. Braunit (3Mn2O3.MnSiO3)

Mangan berkomposisi oksida berwarna coklat kehitaman sering

mengandung silika sebanyak 10 %. Beratjenis 4 - 4,2 gr/cm3, berserabut

atau kolumnar,mineral ini umumnya dijumpai dalam urat atau cebakan

sekunder. Umumnya berasosiasidengan bixbyite (Mn,Fe)2O3 dan

hausmanie(MnMn2O4).

5. Rhodokrosit (MnCO3)

Warna merah muda hingga coklat, hexagonal,kilap kaca, pecahan

choncoidal, belahansempurna, kekerasan 3,5 - 4 Skala Mosh, berat jenis3,4


24

- 3,6 gr/cm3. Mineral ini banyak dijumpaipada vein bersama kuarsa karena

prosesmetamorfisme yang bersentuhan denganbatuan berkomposisi

karbonat membentukreplacement pada batuan kapur.

2.10.2 Genesa Mineral Logam Mangan

Mineral logam mangan dapat terbentuk karena proses-proses sebagai berikut :

1. Cebakan Terrestrial

Menurut Park (1956) cebakan mangan, dibagi dalam lima tipe, yaitu :

a. Cebakan hydrothermal. Proses ini mempunyai ciri khas banyak mengisi

vein bersama kuarsa. Cebakan sedimenter, baik yang bersama-sama

maupun tanpa affiliasi vulkanik. Mineral logam mangan kadang

dijumpai bersama dengan lempung yang menunjukkan pengurangan

oksida dalam lingkungan pengendapannya.

b. Cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut. Cebakan

sedimen laut mempunyai ciri khusus berbentuk perlapisan dan lensa.

c. Cebakan laterit dan akumulasi residual. Merupakan endapan oksida

yang umumnya berasosiasi dengan batuan klastik besar.

Sumber mangan komersial berasal dari cebakan sedimenter yang

terpisahkan dari aktivitas vulkanik dan cebakan akumulasi residual.

2. Cebakan Nodul

Istilah nodul mangan sebenarnya kurang tepat karena selain mangan masih

terkandung pula unsur besi, nikel, cobalt, dan molybdenum, sehingga lebih

sesuai apabila dinamakan nodul poli-metal. Di dasar samudera diperkirakan

diselimuti oleh lebih dari 3 trilyun ton nodul mangan berukuran kentang.
25

Untuk dasar samudera Pasifik nodul mangan yang terbentuk diperkirakan

sebesar 10 juta ton per tahun. Nodul secara individu mempunyai kilap suram

dengan warna coklat tanah hingga hitam kebiruan. Tekstur permukaan dari

halus hingga kasar. Setiap nodul mengandung satu atau lebih sisa-sisa

makluk air laut, fragmen batuan, atau nodul lainnya. Nodul ini diliputi oleh

lapisan mangan, besi dan logam oksida lainnya yang berbentuk konsentris

namun tidak menerus. Lapisan lempung kemudian mengisi celah-celah di

antara lapisan oksida tersebut secara tidak beraturan dan biasanya dijadikan

patokan dalam perhitungan periode pertumbuhan nodul bersangkutan.

2.10.3 Kegunaan Mineral Logam Mangan

Kegunaan mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun

nonmetalurgi. Sekitar 85 - 90 % kegunaan mangan adalah untuk keperluan

metalurgi terutama pembuatan logam khusus seperti german silver dan cupro

manganese. Keperluan nonmetalurgi biasanya digunakan untuk produksi

baterai, kimia, keramik dan gelas, glasir dan frit, juga untuk pertanian,proses

produksi uranium (USGS Mineral, 2002). Di Indonesia industri hilir pemakai

mangan adalah industri logam, korek api dan baterai,serta keramik.


26

2.11 Cara Pengolahan Data Geoscan

2.11.1 Pengolahan Data Geoscan menggunakan perangkat lunak Res2dinv

Res2dinv adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data

geolistrik/geoscan dari satu atau lebih titik verticalelectricsounding (VES) dan

inducedpolarization dengan berbagai macam konfigurasi misalnya Schlumberger,

Wenner, Wenner dan lainlain (Alva Kurniawan, 2009). Cara pengolahan data

geoscan dengan res2dinv adalah sebagai berikut :

1. Buka res2dinv, klik read data file lalu pilih data geoscan (open)oke.

2. Klik menu change setting lalu pilih finite mesh, trapezoidal, 4 nodes, mesh

refinement dan number of iteration-- oke

3. Klik menu inversion pilih include smooting of model resistivity lalu kembali

dan pilih lagi least-squares inversion lalu tekan oke.

4. Pilih menu display pilih show inversion result lalu oke.

5. Klik menu Display section lalu pilih resistivity or IP display

6. Setelah muncul penampang resistivity dan chargeability pilih menu print lalu

export kedalam bentuk PNG atau JPG.

2.11.2 Penyebaran 3 D Menggunakan Software RockWorks/15

RockWorks/15 merupakan versi terbaru dari software RockWare untuk

manajemen data geologi, analisa, dan visualisasi. Adapun kegunaannya adalah

untuk modelling, visualisasi permukaan dan bawah permukaan serta pelaporan

(reporting). Cara pemodelan menggunakan RockWorks/15 adalah sebagai berikut :


27

1. Siapkan datapada Excel berupa data Location yang terdiri dari Easting,

Northing, Elevation dan data Lithology yang berupa jenis litologiserta

kedalamannya.

2. Import data tersebut melalui File, ImportdanXLS (Excel)

3. Cek hasil import data pada window borehole manager untuk data lokasi dan data

litologinya.

4. Membuat penampang litologi melalui menu Lithology, klik process untuk

menampilkan hasil.

5. Menyimpan file hasil kerja tersebut dapat dalam format Rockwork (.RCL)

maupun di eksport ke format gambar (.jpeg/JPG) dengan resolusi tertentu.

(Kastono Dewi, 2015).

2.12 Kalibrasi

Penentuan pemodelan litologi dan sebaran mineral logam mangan dengan

metode geolistrik diawali dengan kegiatan kalibrasi. Kalibrasi merupakan kegiatan

pengukuran awal yang dilakukan di daerah yang terdapat singkapan batuan maupun

mineral logam mangan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan range nilai resistivitas

batuan dan mineral logam mangan di daerah tersebut, sehingga memudahkan dalam

interpretasi data pada pengukuran selanjutnya. Kegiatan kalibrasi ini sama dengan

pengukuran geolistrik tetapi dilakukan pada daerah yang telah diketahui terdapat

singkapan mineral logam mangan (Foni Chrisanta, 2013).

Anda mungkin juga menyukai