Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KRITISAI JURNAL/ PROJECT BASED LEARNING

(PJBL)/ SIMULASI KASUS


Dosen Pengampu: Ns. Dewi K.,SKep.,MPH

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN STROKE

Semester 3/ Kelas B
KELOMPOK 1
1. 135070207113016 Nuril Laili F
2 135070218113028 Dwi rahayu
3. 135070207113020 M Salju Bintoro
4. 135070207113014 Elza Adillah
5. 135070218113022 Fithrotul Hilma
6. 135070207113030 Mahartika Luppita S

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
CABANG KEDIRI
2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena taufiq
dan hidayahNya kami dapat mengikuti materi pelajaran Nursing Care of Nervous
System dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan pemahaman kami dalam

1
mengkaji materi sistem neuro yangberhubungan dengan trauma spinal, kami
menyusun sebuah makalah dengan judulAsuhan Keperawatan Pasien dengan stroke .
Semoga makalah ini bermanfaat walau belum sempurna, tetapi semoga membawa
manfaat bagi kita semua.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya
kamimengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami, terutama
kepada pembimbing, Ns. yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
kami susun dengan sebaik mungkin.
Demikian dua kata pengantar ini, kurang lebihnya kami mohon maaf bila ada
tulisan atau kalimat yang salah dalam makalah ini.

Kediri, 10 desember 2014


Penyusun:
PSIK-B/ KELOMPOK 1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

2
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan
pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain
menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi
beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan
masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk
mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang
mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi
sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus
meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat,
tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah
penulis menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah
satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia.

1.2. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH


Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa
masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian Stroke?
2. Apa saja etiologi dari stroke ?
3. Apa saja tanda dan gejanya ?
4. Apa saja epidemiology ?
5. Bagaimana dengan patofisiologynya?
6. Faktor resiko apa saja?
7. Bagaimana penatalaksanaannya?
8. Bagimana dengan asuhan keperawatannya ?
9. Ada kah komplikasinya ?
10. Adakah tindakan untuk pencegahan ?
11. Bagaimana dengan dampak masalah?
12. Bagaimana terapi yang sesuai untuk digunakan untuk pasien stroke?

3
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1.3.1 Tujuan Umum

Membantu mahasiswa memahami tentang konsep dasar manajemen


keperawatan berkaitan dengan adanya gangguan pada tubuh manusia yang
diakibatkan oleh penyakit stroke serta mengetahui bagaimana konsep penyakit atau
cedera spinal serta penatalaksaan medis dan Asuhan Keperawatannya.
1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah nc neurologi!


2. Untuk mengetahui pengertian penyakit stroke!

3. Untuk mengetahui etiologi dari stroke!

4. Mengetahui tanda dan gejalanya stroke!

5. Mengetahui Epidimiologinya!

6. Mengetahui patofisiologi dari stroke!

7. Mengetahui factor resiko!

8. Mengetahui Pemeriksaanya!

9. Mengetahui Penatalaksanaanya!

10. Mengetahui tentang asuhan keperawatannya!

11. Mengetahui tentang komplikasi yang kemungkinan terjadi !

4
12. Mengetahui tindakan pencegahan stroke!

13. Mengetahui dampak masalah dari stroke!

14. Mengetahui terapi terapi yang digunakan !

1.4 Ruang lingkup pemikiran

Ruang ligkup penulisan makalah ini antara lain mengenai penyakit stroke berupa
definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, asuhan keperawatan beserta
intervensi dan implementasi dari kasus penyakit stroke serta kaitan antara peran
perawat dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke

1.5 Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode perpustakaan


(library research) yakni pengutipan dan pengumpulan data-data pada buku dan
internet yang berkaitan dengan pembahasan pada cedera spinal yang dapat
ditimbulkan akibat gangguan pada susunan saraf pusat.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:

i. BAB I: Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan berupa
tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.

5
ii. BAB II: Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pengertian,etiologi, tanda dan
gejala,epidemogi, patofisiologi,factor resiko, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan , komplikasi.

iii. BAB III: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian hingga evaluasi
keperawatan.

iv. BAB V: Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

v. Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit neorulogis
mendadak sebagai akibat iskemik atau hemoragik sirkulasi saraf otak .(Sudoyo Aru
,dkk 2009) stroke adalah istilah penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui system suplai arteri otak .Istilah stroke biasanya digunakan
secara spesifik untuk menjelaskan infrak serebrum .Istilah yang lebih lama dan
masihh sering digunakan adalah cerebrovaskullar accident( CVA).Namun ,istilah ini
sulit dipertahankan secara ilmiah karena patologi yang mendasari biasanya sudah ada
sejak lama atau mudah diidentifikasi .
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain daripada gangguan vaskuler (WHO).
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik)

6
atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah otak yang terganggu.
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak secara tiba-tiba, dan
merupakan keadaan yang timbul karena gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian (Brunner & Suddarth).

Tanda tanda klinis berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau
global ,dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24jam atau lebih akan
menyebabkan kematian ,tanpa adanya penyebab lain yang selai vaskuler .Sehingga
tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat
menentukan kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita stroke.

2.2 Etiologi
Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke iskemik ( non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan terhenti .80%
stroke tergolong stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan .
2. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah .
3. Hipoperfuion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung .
.b Stroke hemoragik adalah stoke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh dara
otak .Hampir 70%kasus stroke hemoragik terjadi pada hipertensi .
Stroke hemoragik di bagi menjadi 3 jenis :
1. .Hemoragik intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak

7
2. .hemoragik subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak)

2.3.Tanda dan gejala stroke


Untuk mengetahui tanda-tanda stroke dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa gejala stroke berikut:
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
Penglihatan ganda.
Pusing.
Bicara tidak jelas (pero).
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
Gangguan fungsi otak
Mulut moncong tidak simetris
Ataksia
Tanda babinski
Tanda-tanda serebral
Disfagia
Disartria

2.4 Epidimiologi

8
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun,
bahkan saat ini angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Saat
ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia,
karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini
sangat memprihatinkan.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker dan sekitar 28,5 % penderita penyakit stroke meninggal dunia.
Disamping itu, stroke juga merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan
tersebut menempatkan stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke,
belum optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk
pencegahan stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada
pelayanan stroke di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap
peningkatan kejadian stroke baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan
tingginya kejadian stroke ulang di Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2008).
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini diingatkan
bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik seseorang
meninggal karena stroke . Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang
yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan
mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah
penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat.
Oleh karena itu upaya Global yang bertaraf Internasional perlu dilakukan
untuk melawan ancaman stroke yang mendunia. Kata Ketua Umum Yayasan
Stroke Indonesia Pusat Laks TNI (Pur) Sudomo.
Kode stroke (ICD-9) adalah sebuah publikasi oleh WHO pada tahun 1977,
pada saat ini, National Center for Health Statistics di Amerika Serikat telah
membuat ekstensi dari kelanjutan sistim ini yang dapat lebih berdaya guna

9
untuk dipergunakan dalam masalah data morbiditas dan bagian dari procedure
codes telah ada.
Penyakit stroke diklasifikasikan pada Kode 320-359 yaitu Penyakit pada
sistem saraf. Karena stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
dimana suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau
mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke 80% disebabkan
oleh penggumpalan darah (Ischemic Strokes). Sisanya oleh pecahnya
pembuluh darah (Hemorrhagic Strokes).

2.5 faktor resiko


1. factor yang tidak dapat diubah ( non reversible)
- jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibandingkan dengan wanita .
- semaki tua atau lanjut usia semakin tinggi juga pula resiko
terkena.
- stroke keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. factor yang dapat dirubah (reversible)
- hypertensi
- penyakit jantung
- kolesterol tinggi
- obesitas
- diabetes mellitus
- polisestemia
- stress emosional
3. life style :

10
- merokok
- peminum ,alkoholisme
- obat obatan terlarang (drug abuse)
- kurang olahraga
- makan yang berkolesterol tinggi

2.6 Patofisiologi

2.7 Pemeriksaan
- CT Scan
- MRI

11
2.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran :
1. Breathing (Pernapasan)
- Usahakan jalan napas lancar.
- Lakukan penghisapan lendir jika sesak.
- Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk.
- Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar.
2. Blood (Tekanan Darah)
- Usahakan otak mendapat cukup darah.
- Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut.
3. Brain (Fungsi otak)
- Atasi kejang yang timbul.
- Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi.
4. Bladder (Kandung Kemih)
- Pasang katheter bila terjadi retensi urine
5. Bowel (Pencernaan)
- Defekasi supaya lancar.
- Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde.
b. Menurunkan kerusakan sistemik.
Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral
jaringan otak. Di sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan
yang masih harus diselamatkan. Tindakan awal yang harus difokuskan
untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik. Tiga unsur yang
paling penting untuk area tersebut adalah oksigen, glukosa dan aliran
darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui gas-gas arteri
dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi. Hypoglikemia
dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.

c. Mengendalikan Hypertensi dan Peningkatan Tekanan Intra Kranial

12
Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya
dokter maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini,
mengenalinya dan memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan.
Pasien dengan hypertensi sedang biasanya tidak ditangani secara akut.
Jika tekanan darah lebih rendah setelah otak terbiasa dengan hypertensi
karena perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak akan turun
sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas kira-
kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara
bertahap. Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif menggunakan
nitropusid.
Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya
terjadi setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah
otak terhadap beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak
otak. Metoda yang lazim dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan
seperti hyperventilasi, retensi cairan, meninggikan kepala, menghindari
fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan yang dapat
membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik
seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun
penggunaannya masih merupakan kontroversial.
d. Terapi Farmakologi
Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragik, meskipun
heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk
menyebabkan komplikasi haemoragik. Heparinoid dengan berat molekul
rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan heparin dan
dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. Jika
pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya mengalami TIA, maka dapat
diberikan obat anti platelet. Obat-obat untuk mengurangi perlekatan
platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa
trombotik atau embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet

13
merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi
seperti pada halnya heparin.
e. Pembedahan
Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani
penderita stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang
menguntungkan untuk dibedah. Tujuan utama pembedahan adalah untuk
memperbaiki aliran darah serebral.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah
otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hypertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernapasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
BAB III
ASUHAN KPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke (doenges dkk,1999) adalah :
Aktifitas /istirahat :
- Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan
,kehilangan sensasi atau paralisis ( hemiplegia) ,merasa mudah lelah
,susah untuk beristirahat (nyeri /kejang otot).
- Tanda : gangguan tonus otot ,paralitk(hemiplegia),dan terjadi kelemahan
umum ,gangguan penglihatan,gangguan tingkat kesadaran .
Sirkulasi
- Gejala: adanya penyakit jantung ,polisitemia,riwayat hipotensi postural.
- Tanda: Hipertnsiarterial sehubungan dengan adanya
embolisme/malformasi vaskuler ,frekuensi nadi bervariasi ,dan distrimia.
Entegritas ego

14
- Gejala :Perasan tidak berdaya,perasaan putus asa .
- Tanda : emosi yng labil dan kecenderungan untuk marah ,sedih ,dan
gembira,kesulitan untuk mengexpresikan diri.
Eliminasi
- Gejala: perubahan pola
- Tanda: distensi abdomen dan kandung kemih ,bisng usus negative.
Makanan/cairan
- Gejala: nafsu makan hilang ,mual muntah selama fase akut ,kehilang
sensasi sensorik pada lidah ,dan tenggorokan ,disfagia,adanya riwayat
diabetes ,peningkatan lemak dalam darah .
- Tanda: kesulitan menelan ,obesitas .
-
Neurosensorik:
- Gejala : sakit kepala,kelemahan /kesemutan,hilangnya rangsangan
sensorik kontralateral pada ekstermitas ,penglihatan
menurun,gangguan rasa pengecapandan penciuman .
- Tanda: status metal/tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada
tahap awal hemoragic ,gangguan fungsi kognitif.
Kenyamanan
- Gejala: sakit kepala dengn itnsitas yang berbeda- beda .
- Tanda : tingkah laku tidak stabil,gelisah.
Pernafasan
- Tanda: ketidak mampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas .
- Keamanan
- Tanda: masalah dengan penglihat,kesulitn dalam menelan,ganggauan
dalam memutuskan.
Interaksi social
- Tanda: masalah bicara,ketidaknyamanan untuk berkomunikasi.
- Penyuluhan

15
- Gejala: adanya riwayat hypertensi pada keluarga,stoke,penggunaan
kontrasepsi oral,kecanduan alcohol.

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Perubahan perfusi jaringan Setelah di lakukan Berikan keluarga lebih
otak berhubungan dengan tindakan keperawatan penjelasan berpartisipasi
perdarahan intraserebral, ...x24 jam perpusi kepada dalam proses
oklusi otak, vasospasme, jarinagn tercapai secara keluarga penyembuhan.
dan edema otak optimal dengan kriteria klien tentang monitor tanda-
hasil : sebab tanda status
1. klien tidak peningkatan neurologis
gelisah TAK dan dengan GCS
2. tidak ada akibatnaya. untuk
keluhan Baringkan mengetahui
nyeri kepala klie ( bed rest keadaan umum
3. mual dan ) total dengan klien.
kejang posisi tidur aktivitas ini
4. GCS 4, 5, 6 telentang dapat
5. pupil isokor tanpa bantal. meningkatkan

16
6. refleks Monitor tekanan
cahaya (+) tanda-tanda intracranial dan
7. TTV vital. intraabdoment
normal. Bantu pasien dan dapat
untuk melindungi diri
membtasi diri dari
muntah, valsava.
batuk,anjurka Batuk dan
n klien mengejan
menarik dapat
nafas apabila meningkatkan
bergerak atau tekanan
berbalik dari intrkranial dan
tempat tidur. poteensial
Ajarkan klien terjadi
untuk perdarahan
mengindari ulang.
batuk dan rangsangan
mengejan aktivitas dapat
berlebihan. meningktkan
Ciptakan tekanan
lingkungan intracranial.
yang tenang tujuan yang di
dan batasi berikan dengan
pengunjung. tujuan:
pemberian menurunkan
terapi sesuai premeabilitas
intruksi kapiler,menuru
dokter,seperti nkan edema
:steroid, serebri,menuru

17
aminofel, nkan metabolic
antibiotika. sel dan kejang.

2. Ketidakefektifan Tujuan : - Kaji keadaan jalan - obstruksi munkin


bersihan jalan nafas Setelah di lakukan tindakan nafas, dapat di sebabkan
yang berhubungan keperawatan selama ...x 24 - Lakukan pengisapan oleh akumulasi
dengan akumulasi jam klien mamapu lendir jika d perlukan. secret.
secret, kemampuan meningkatkan dan - Ajarkan klien batuk - pengisapan lendir
batuk menurun, memepertahankan efektif. dapay
penurunan mobilitas keefektifan jalan nafas agar - Lakukan postural memebebaskan
fisik sekunder, dan tetap bersih dan mencegah drainage jalan nafas dan
perubahan tingkat aspirasi, dengan kriteria perkusi/penepukan. tidak terus menerus
kesadaran. hasil : - Kolaborasi : di lakukan dan
- bunyi nafas pemberian oksigen durasinya dapat di
terdengar 100%. kurangi untuk
bersihronkhi tidak mencegah hipoksia.
terdengar - batuk efektif dapat
- trakeal tube bebas mengeluarkan
sumbatan secret dari jalan
menunjukan batuk nafas.
efektif tidak ada - mengatur ventilasi
penumpukan secret segmen paru-paru
di jalan nafas dan pengeluaran
- frekuensi pernafasan secret.

18
16 -20x/menit. - Dengan
pemberiaan
oksigen dapat
membantu
pernafasan dan
membuat
hiperpentilasi
mencegah
terjadinya
atelaktasisi dan
mengurangi
terjadinya hipoksia.

3. Hambatan mobilitas Tujuan : Setelah di lakukan - Kaji kemampuan untuk


fisik berhubungan tindakan keperawatan secar fungsional mengidentifik
dengan hemipearese selama ..x 24 jam mobilitas dengan cara yang asikan
atau hemiplagia, fisik teratasi, dengan kriteria teratur klasifikasikan kelemahan
kelemahan hasil : melalui skala 0-4. dan dapat
neuromoskuler pada klien dapat - Ubah posisi setiap 2 memberikan
ekstremitas mempertahan jam dan sebagainya informasi
atau jika memungkinkan mengenai
meningkatkan bisa lebih sering pemulihan.
kekuatan dan - Lakukan gerakan menurunkan
fungsi bagian ROM aktif dan pasif terjadinya
tubuh yang pada semua terauma atau
terkena atau ekstremitas. iskemia
kompensasi. - Bantu jaringan.
mengembangkan meminimalka
keseimbangan duduk n atropi otot,

19
seoerti meninggikan meningkatkan
bagian kepala tempat sirkulasi dan
tidur, bantu untuk mencegah
duduk di sisi tempat terjadinya
tidur. kontraktur.
- Konsultasi dengan membantu
ahli fisiotrapi. melatih
kembali jaras
saraf,mening
katkan respon
proprioseptik
dan motorik.
program yang
khusus dapat
di
kembangkan
untuk
menemukan
kebutuhan
klien.

20
21
4 Resiko gangguan Tujuan : klien mampu - Anjurkan klien untuk meningkatkan
integritas kulit memperthankan keutuhan melakukan latihan aliran darah
berhubungan dengan kulit setelah di lakukan ROM dan mobilisasi ke semua
tirah baring yang lama tindakan keperawatan jika munkin. daerah.
selama ..x24jam - Ubah posisi setiap 2 menghindari
Kriteria hasil : klien mampu jam. tekanan dan
perpartisipasi dalam - Gunakan bantal air meningkatkan
penyembuhan luka, atau bantal yang lunak aliran darah.
mengetahui cara dan di bawah area yang mengindari
penyebab luka, tidak ada menonjol. tekanan yang
tanda kemerahan atau luka - Lakukan masase pada berlebihan
daerah yang menonjol pada daerah
yang baru mengalami yang
tekanan pada waktu menonjol.
berubah posisis. mengindari
- Observasi terhadap kerusakan
eritema dan kepucatan kapiler.
dan palpasi area hangan dan
sekitar terhadap pelunakan
kehangatan dan merupakan
pelunakan jaringan tanda
tiap mengubah posisi. kerusakan
- Jaga kebersihan kulit jaringan.
dan hidari seminimal untuk
munkin terauma,panas mempertahan
terhadap kulit. kan ke utuhan
kulit

3.1 . Komplikasi

22
a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal napas

3.2 Tindakan Pencegahan


Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan
memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
2. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk
mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan. Cegah
jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan dan istirahat
ditempat tidur yang terlalu lama.
3. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari program
kebugaran.
4. Penurunan berat badan apabila kegemukan
5. Berhenti merokok
6. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok,
karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita yang merokok dan
menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi.

3.3 Dampak Masalah

23
a. Bagi Individu
1). Biologis
Penderita akan mengalami gangguan pernapasan akibat hilannya reflek
batuk dan penurunan kesadaran hingga terjadi akumulasi secret. Nyeri
kepala akibat infark serebri yang luas, penurunan kesadaran, gangguan
kognitif, disorientasi, mual dan muntah, gangguan menelan, tidak bisa
menjalin komunikasi karena klien aphasia, terjadi konstipasi akibat
tirah baring dan kurangnya mobilisasi, dan dekubitus akibat tirah
baring yang lama.
2). Psikologis
Cemas sedang akibat hemiparese, terutama pada penderita yang
mempunyai beban tanggung jawab pada keluarganya. Penderita dapat
mengalami depresi disamping rasa rendah diri yang bisa dipahami
sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas dan
keberadaannya.
3). Sosial
Apabila keadaan sakitnya sampai terjadi kelumpuhan dan gangguan
komunikasi, klien akan mengalami kesulitan untuk mengadakan
interaksi dengan keluarga maupun masyarakat. Mungkin juga klien
akan menarik diri dari interaksi sosial karena merasa harga dirinya
rendah dan merasa tidak berguna.
4). Spiritual
Penderita mungkin akan mengalami kesulitan didalam melakukan
kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa karena keterbatasannya.
Mungkin juga penderita akan merasa bahwa Tuhan tidak adil kepada
dirinya akibat dari depresi. Penderita juga mengingkari dan menolak
keberadaan dari Yang Maha Kuasa.

b. Bagi keluarga

24
Penderita akan menjadikan beban bagi keluarga, karena keluarga yang
sehat berupaya untuk mencarikan biaya pengobatan, membantu
memberikan perawatan, karena penderita sendiri sangat tergantung dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri. Keluarga akan merasa cemas mengenai
keadaannya. Apabila penderita suami atau isteri mungkin menghadapi
resiko depresi dan perubahan emosional.

3.4 Theraphy:
1. Injeksi ketorolac 1 ampl/ 8jam
2. Injeksi Bralin 1ampl/ 8jam
3. Injeksi Benocetam 3 gram/12 jam
4. Injeksi Tramadol 1 ampl/8 jam
5. Infus RL

BAB IV

25
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis
yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak
teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya
terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-
obatan atau terapi psikis.

4.2 . SARAN
1. Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah
tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak
karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
2. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan
antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah
terjadi completed stroke.
3. Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena
itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
4. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan
atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya
stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke
berulang.

DAFTAR PUSTAKA

26
1. J, Iskandar (2007), Stroke A-Z. PT BIP-Gramedia, Jakarta.
2. http://tutiiskandar.wordpress.com/2009/01/30/makalah-stroke/
3. Price Syvia Aderson patofisiology konsep klinis proses prose penyakit
,ED.6 volume 1&2 EGC,2005 jakarta
4. Joane et al .NIC 2004.Mosby USA
5. Joane et al .NOC 2004.Mosby USA

27

Anda mungkin juga menyukai