Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan khasanah tanaman obatnya. Namun demikian,


penelitian sekaligus pengembangan tanaman obat Indonesia dirasakan
belum maksimal (Ahmad Djojougio, 2001).

Penggunaan tanaman obat untuk penyembuhan suatu penyakit selama ini


hanya didasarkan pada spengalaman secara turun-temurun. Namun dengan
kemajuan teknologi saat ini, pengembangan tanaman obat tidak hanya
berdasarkan pengalaman melainkan telah dikembangkan hingga skala
laboraturium berdasarkan ilmu sains.

Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan


atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang
terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi
karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun
air. Fito kimia dapat dartikan sebagai suatu senyawa metabolit dari tanaman
yang menjadi ciri khas dari setiap spesies dan dapat memberikan rasa,
aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000
jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam
makanan.

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis


senyawa kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang
terkandung dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin,
kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler. V. E, 1988).
I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.1.1 Maksud Percobaan

a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel


Mahasiswa memahami cara melakukan pengambilan dan
pengolahan sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa memahami macam-macam metode ekstraksi beserta
caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa memahami cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa memahami cara melakukan identifikasi ekstrak.

I.1.2 Tujuan Percobaan

a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel


Mahasiswa mengetahui cara melakukan pengambilan dan
pengolahan sampel yang baik dan benar.
b. Dasar Metode Ekstraksi
Mahasiswa mengetahui macam-macam metode ekstraksi beserta
caranya.
c. Ekstraksi Perkolasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi perkolasi.
d. Ekstraksi Maserasi
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi maserasi.
e. Ekstraksi Refluks
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi refluks.
f. Ekstraksi Soxhlet
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi soxhlet.
g. Ekstraksi Cair-Cair
Mahasiswa mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-cair.
h. Identifikasi Ekstrak
Mahasiswa mengetahui cara melakukan identifikasi ekstrak.

I.1.2 Prinsip Percobaan

a. Pengambilan dan Pengolahan Sampel


Pembuatan simplisia dari daun pandan (Pandanus amaryllifolius)
yang dimulai dari pengumpulan sampel tanaman lalu disortasi
basah untuk membersihkannya dari benda asing, kemudian
pencucian dengan air mengalir, perajangan, pengeringan dan
sortasi kering, dan penyimpanan simplisia sebagai tahap akhir.

b. Dasar Metode Ekstraksi


Penyarian simplisia berdasarkan proses difusi dan osmosis yang
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam dan di luar
sel. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan
komponen kimia dalam rongga sel, karena adanya perbedaan
konsentrasi di dalam dan di luar sel maka akan terjadi difusi
dimana zat aktif bersama cairan penyari akan keluar menembus
dinding sel. Demikian seterusnya hingga terjadi keseimbangan
konsentrasi di dalam dan di luar sel.
c. Ekstraksi Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke
dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori,
cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel
simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah
disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat
yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

d. Ekstraksi Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah
( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

e. Ekstraksi Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi
pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari
kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3
kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.

f. Ekstraksi Soxhlet
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas
saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke
dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika
cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan
akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon
tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi
telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan
dan dipekatkan.

g. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling
bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang
mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair,
dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap.
h. Identifikasi Ekstrak
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan
partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak
karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia
tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan
kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal
inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat


memenuhi mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia
sebagai produk olahan, fariasi senyawa kandungan dapat diperkecil.Tahap-
tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah pengolahan bahan
baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan dan penyimpanan (Tyler, 1988).

Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga


terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Seringkali
campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja, karena
komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,
beda sifat-sifat fisikanya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang
terlalu rendah (Anonim,2017).

Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam


pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat
aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000).

Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut.
Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis
ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut
dalam pelarut organik (Adrian, 2000).

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman adalah pelarut


organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di
dalam dan di luar sel (Adrian, 2000).

Menurut Tobo, 2001 jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan
adalah :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel
langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan
untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.
b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet
dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan


dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya metode
maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin.Maserasi umumnya dilakukan dengan cara : memasukkan
simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10
bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik,
kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan
selama 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil
berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring kedalam dalam bejana
penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi
secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari 100
bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang
terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000).

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan


penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan
(friksi) Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan
penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan
KLT tidak memberikan noda lagi (Adrian, 2000).

Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas namun
proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan
dalam cara dingin (Tobo, 2001).

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam klonsong yang telah dilapisi
kertas saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh
lebih dari pipa sifon). Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari
yang sesuai kemudian ditempatkan di atas water bath atau heating mantel
dan diklem dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel
dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan
penyari ditambahkan untuk membasahkan sampel yang ada dalam klonsong
(diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Setelah itu kondensor dipasang tegak
lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas
dilanjutkan hingga terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna
(biasanya 20 25 kali sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan pada alat rotavapor (Adrian, 2000).

Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan


penyari secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan
oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat sambil menyari
simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan dilakukan 3
kali dalam waktu 4 jam (Adrian, 2000).

Menurut Adrian, 2000 keuntungan metode refluks yaitu :


a. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat.
b. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.

Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba
(Adrian, 2000).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut
organik misalnya metanol sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2
cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3 dari volume labu kemudian labu
alas bulat dipasang kuat pada statif pada water bath atau heating mantel lalu
kondensor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada
statif. Aliran air dan pemanasan (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu
pelarut yang digunakan. Setelah 3 jam dilakukan penyaringan filtratnya
ditampung dalam wadah penampung dan ampasnya ditambah lagi pelarut
dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan alat rotavapor,
kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (Adrian, 2000).

Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang


mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan
zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan
dengan destilasi uap dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan
kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan
tekanan bagian di dalam suatu sistem, sehinggga produk akan terdestilasi
dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata
suatu proses penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan
massa ke suatu media yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi
permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui
dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan
selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar fase.
Proses ini disebut hidrodifusi (Tobo, 2001).

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika,
bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam.
logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan,
bila pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan
(misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap
panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair
selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin(Tobo, 2001).

Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu teknikkromatografi yang


digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Kromatografi
lapisan tipis dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil
yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel,
aluminium oksida, atau selulosa. Prinsip kerjanya memisahkan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat
silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan
eluen (Anonim,2017).
II.2. Uraian Bahan
1. Air Suling (FI III : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Air Suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Bangun : HOH
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai eluen dan pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Etil Asetat (FI III : 673)


Nama Resmi : ETILEN ACETICUM
Nama Lain : Etil Asetat
RM/BM : C4H8O2/88
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan; tidak berwarna; bau khas


Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dapat
bercampur dengan etanol (95%) P
dan dengan eter P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Silikagel G/UV-254 ( FI III : 729)
Nama Resmi : SILIKAGEL G/UV-254
Nama Lain : Silikagel G/UV-254
RM/BM : -/-
Pemerian : Serbuk halus serba sama dengan ukuran
antara 10m dan 40m; warna putih
Kelarutan : -
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai fase diam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Asam Klorida (FI III : 53)


Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
RM/BM : HCl/36,46
Rumus Bangun : H-Cl
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. Metanol (FI III : 706)
Nama Resmi : METHANOLUM
Nama Lain : Metanol
RM/BM : CH3OH/32,04
Rumus Bangun :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air,
membentuk cairan jernih tidak
berwarna.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari
nyala api.

6. Besi (III) klorida (FI III, hal 659)


Nama Resmi : FERROSI CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) klorida
RM/BM : FeCl3 / 162,2
Rumus Bangun :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam


kehijauan, bebas warna jingga dari
garam nitrat yang telah terpengaruh
oleh kelembapan.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi
berwarna jingga.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
7. N-Butanol (FI III, hal 663)
Nama Resmi : N-butanol
Nama Lain : Butanol
RM/BM : C4H10O/ 74,12
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.


Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air pada suhu
15,5o.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

8. Asam Sulfat (FI III, hal 58)


Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
RM/BM : H2SO4/ 98,07
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif,


tidak berwarna; jika ditambahkan ke
dalam air menimbulkan panas.
Kelarutan : Larut dalam air
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9. Ammonium Asetat (FI III, hal 41)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam Asetat
RM/BM : CH3CO2H/ 60,05
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau


menusuk; rasa asam, tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan
etanol (95%) P, dan dengan gliserol P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

10. Iodium (FI III, hal 316)


Nama Resmi : IODUM
Nama Lain : Iodium
RM/BM : I / 126,91
Rumus Bangun : I
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat,
seperti logam; hitam kelabu; bau khas.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian
air, dalam 13 bagian etanol (95%) P,
dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P
dan dalam lebih kurang 4
bagiankarbondisulfida P, larut dalam
dalamkloroformP.
Khasiat : Antiseptikum ekstern, anti jamur
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
11. Natrium Klorida (FI III, Hal 403)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM/BM : NaCl / 58,44
Rumus Bangun : Na Cl
Pemerian : Hablur heksahedral tidak kurang dari
99,5% NaCl, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7
bagian air mendidih dan dalam
lebih kurang 10 bagian gliserol P,
sukar larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat : Sumber ion klorida dan ion natrium
Kegunaan : Sebagai perkeasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

12. N heksana ( FI IV, hal 1159)


Nama Resmi : N HEKSANA
Nama Lain : N Heksana
RM/BM : C6H8 / 86,18
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau


seperti eter lemah atau bau seperti
petroleum.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol mutlak ; dapat bercampur dengan
eter, dengan kloroform, dengan benzena
dan dengan sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri.
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai eluen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

13. Kalium Iodida (FI IV, hal 478)


Nama Resmi : KALII IODIDUM
Nama Lain : Kalium Iodida
RM/BM : KI / 166,00
Rumus Bangun : K-I
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau
tidak berwarna, opak dan putih, atau
serbuk butiran putih. Higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih
larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol (95%) P, mudah larut dalam
gliserol P.
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

14. Kalium Iodida (FI III, hal 650)


Nama Resmi : ACIDUM NITRAS
Nama Lain : Asam Nitrat
RM/BM : HNO3 / 63,01
Rumus Bangun :

Pemerian : Cairan berasap, jernih,tidak berwarna.


Kelarutan : Larut dalam air.
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
15. Bismuth (III) Nitrat (FI III, hal 118)
Nama Resmi : BISMUTH SUBNITRAS
Nama Lain : Bismuth subnitrat
RM/BM : Bi(NO3) 3 / 485,07
Rumus Bangun :

Pemerian : Serbuk hablur renik: putih,tidak


berbau,tidakberasa, berat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
pelarut organic; larut sempurna
dalamasam klorida P dan dalam asam
nitrat P.
Khasiat : Adstringen saluran pencernaan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya.

16. Ammonium Hidroksida (FI IV, hal 478)


Nama Resmi : AMMONII HYDROXIDUM
Nama Lain : Ammonium Hidroksida
RM/BM : NH4OH / 35,04
Rumus Bangun : H H
H
N
H O
H

Pemerian : Larutan jernih tidak berwarna; bau khas.


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.3 Uraian Sampel

1. Buah Jarak Merah (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossypifolia L.
2. Buah Mahkota Dewa (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

3. Biji Kelor (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam.
4. Kemiri (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd.

5. Daun Jeruk Nipis (www. Plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle, orth
6. Daun Tapak Dara (www. Plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don

7. Daun Sirsak (www. Plantamor.com)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat

III.1.1.1 Pengambilan dan Pengolahan Sampel


1. Wadah Sampel
2. Gunting/pisau

III.1.1.2 Dasar Metode Ekstraksi


1. Wadah Sampel (Toples)
2. Seperangkat alat soxhlet
3. Seperangkat alat refluks
4. Perkolator
5. Batang pengaduk
6. Rotary evaporator

III.1.1.3 Ekstraksi Cari-cair

1. Gelas kimia
2. Gelas ukur
3. Wadah sampel (Mangkok)
4. Corong pisah
5. Corong kaca

III.1.1.4 Identifikasi Ekstrak

1. Botol vial
2. Botol semprot
3. Pipa kapiler
4. Tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Chamber

III.1.2 Bahan
III.1.1.1 Pengambilan dan Pengolahan Sampel
1. Sampel Buah Jarak Merah (Jatropha Gossypifolia
Linn), Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa),
Biji Kelor (Moringa oleifera L.), Kemiri (Aleurites
moluccana L.) , Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia),
Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus L.), Daun
Sirsak (Annona muricata L.)
2. Air

III.1.1.2 Dasar Metode Ekstraksi


1. n-hexana

III.1.1.3 Ekstraksi Cari-cair


1. Metanol
2. Etanol
3. Etil Asetat
4. n-hexana
5. Kertas Aluminium Foil

III.1.1.4 Identifikasi Ekstrak


1. Lempeng Klt
2. Kloroform
3. Etanol
4. Pereaksi Dragendorf
5. Pereaksi Wagner
6. Pereaksi Liebermen
7. H2SO4
8. HCl
9. NaCl
10. FeCl3

III.2 Cara Kerja


III.2.1 Pengambilan dan pengolahan sampel
1. Pengambilan sampel daun (dipetik), batang (dipotong), akar dan
rimpang (dicabut dari tanah).
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan
8. Penyimpanan sampel

III.2.2 Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair)


1. Disiapkan alat dan bahan
2. 3 Buah mangkok kosong di cuci,timbang dan beri label
3. Timbang ekstrak sampel
4. Dibuat suspensi air kemudian masukkan kedalam corong pisah
5. Ditambahkan n-heksan 30 ml ke dalam corong pisah, kocok 5
menit.
6. Diamkan hingga terjadi pemisahan, lakukan sebanyak 2 kali
7. Hasilnya ditampung larutan n-heksan kemudian di uapkan
8. Lapisan air ditambahkan etilasetat 30 ml (perlakuan sama dengan
n-heksan)
9. Larutan etil asetat ditampung lalu di uapkan
10. Ekstrak air di letakkan di depan kipas angin.
III.2.3 Identifikasi ekstrak

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dibuat eluen n-heksan ( n-heksan : etil 3:1 )
3. Etil asetat (n-heksan : etil 2:5 )
4. Dijenuhkan dengan larutan ekstrak dengan kloroform etanol
(0,5:0,5) di dalam botol vial.
5. Ditotolkan pada lempeng hingga terjadi elusi
6. Diamkan hingga batas atas
7. Angkat dan angin-anginkan
8. Diamati pada UV 254 dan 366 nm
9. Disemprotkan pereaksi pendeteksi alkaloid dan tanin
10. Diukur jarak noda

III.2.4 Identifikasi ekstrak dengan pereaksi kimia

1. Ditimbang ekstrak metanol sampel sebanyak 4 g


2. Dilarutkan dalam wadah labu erlenmayer 250 ml dengan
menggunakan metanol ( dibuat larutan stok)
3. Dilakukan uji alkaloid, uji saponin, uji flavonoid, uji steroid,
danuji tannin.

a. Uji alkaloid
1. Dari larutan stok di pipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
2. Ditambah1 ml HCL 2 N dan 1 ml NH4OH
3. Ditambahkan10 ml aquadest
4. Ditambahkan pereaksi wagner dan Dragendroff
5. Dikocok lalu di amati perubahan warna yang terjadi
6. Positif untuk pereaksi Wagner jika bewarna coklat dan positif
untuk pereaksi Dragendroff jika berwarna merah kekuningan.
b. Uji Saponin
1. Diambil ekstrak methanol kering kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan air panas lalu dikocok kuat-kuat selama 1 menit
dengan kekuatan konstan
3. Didiamkan apa bila busa yang terbentuk dengan tinggi 1-10 cm
stabil selama 10 menit maka ditambahkan HCL melalui dinding
tabung
4. Apabila tetap berbusa berarti positif mengandung saponin

c. Uji flavonoid
1. Diambil ekstrak methanol kering lalu ditambahkan air (pelarut
polar) dan ditambahkan heksan ( pelarut non polar)
2. Dikocok, akan terpisah 2 lapisan dimana ekstrak methanol
dalam air akan berada di bawah dan lapisan heksan berada di
atas
3. Lapisan heksan dipisahkan sementara lapisan air ditambahkan
methanol lalu ditambah HCL dan serbuk mg
4. Jika warna merah ungu berarti positif mengandung flavonoid

d. Uji Steroid
1. Diambil ekstrak methanol kering lalu ditambahkan air (pelarut
polar) daneter (pelarut nonpolar)
2. Akan terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada di bawah
dan lapisan eter berada di atas
3. lapisan air dikocok selama 1 menit, jika berbusa ditambahkan
HCL 2 N atau H2SO4
4. Jika terjadi perubahan dari warnah hijau menjadi warna biru
berarti positif beradanya steroid
5. Lapisan eter ditambahkan pereaksi Lieberman
6. Jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru berarti
positif adanya steroid.jika berwarna merah berarti positif
triterpenoid.
e. Uji tanin
1. Diambil ekstrak methanol kering
2. Ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok
3. Ditambahkan garam dapur (NaCl) untuk mengendapkan
proteinnya
4. Lalu ditambahkan FeCl3 3-4 tetes
5. Jika berwarna biru berarti positif adanya tannin katekol
sedangkan jika berwarna biru hitam berarti positif adanya tannin
pirogalol.

III. 3 Cara Kerja

A. Pengambilan Dan Pengolahan Sampel

1. Pengambilan sampel daun (dipetik), batang (dipotong), akar dan


rimpang (dicabutdaritanah).
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan
8. Penyimpanan sampel

B. Partisi Ekstrak (Ekstraksi Cair-Cair)

1. Disiapkan alat dan bahan


2. 3 Buah mangkok kosong di cuci,timbang dan beri label
3. Timbang ekstrak sampel (bonsai)
4. Dibuat suspensi air kemudian masukkan kedalam corong pisah
5. Ditambahkan N-heksan 30 ml ke dalam corong pisah, kocok 5
menit.
6. Diamkan hingga terjadi pemisahan, lakukan sebanyak 2 kali
7. Hasilnya ditampung larutan N-heksan kemudian di uapkan
8. Lapisan air ditambahkan etilasetat 30 ml (perlakuan sama dengan N-
heksan)
9. Larutan etil asetat ditampung lalu di uapkan
10. Ekstrak air di letakkan di depan kipas angin.

C. Identifikasi Ekstrak

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Dibuat eluen N-heksan ( N-heksan : etil 3:1 )
3. Etil asetat (N-heksan : etil 2:5 )
4. Dijenuhkan dengan larutan ekstrak dengan kloroformetanol (0,5 :
0,5) di dalam botol vial.
5. Ditotolkan pada lempeng hingga terjadi elusi
6. Diamkan hingga batas atas
7. Angkat dan angina-anginkan
8. Diamati pada UV 254 dan 366 nm
9. Disemprotkan pereaksi pendeteksi saponin dan flavonoid
10. Diukur jarak noda

D. Identifikasi Ekstrak Dengan Pereaksi Kimia

1. Ditimbang ekstrak methanol sampel sebanyak 4 g


2. Dilarutkan dalam wadah labu erlenmayer 250 ml dengan
menggunakan methanol ( dibuat larutan stok)
3. Dilakukan uji alkaloid, uji saponin, uji flavonoid, uji steroid, danuji
tannin.
b. Uji alkaloid
1. Dari larutan stok di pipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
2. Ditambah1 ml HCL 2 N dan 1 ml NH4OH
3. Ditambahkan10 ml aquadest
4. Ditambahkan pereaksi wagner dan Dragendroff
5. Dikocok lalu di amati perubahan warna yang terjadi
6. Positif untuk pereaksi Wagner jika bewarna coklat dan
positif untuk pereaksi Dragen droff jika berwarna merah
kekuningan.
b. Uji Saponin
1. Diambil ekstrak methanol kering kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan air panas lalu dikocok kuat-kuat selama 1
menit dengan kekuatan konstan
3. Didiamkan apabila busa yang terbentuk dengan tinggi 1-10
cm stabil selama 10 menit maka ditambahkan HCL melalui
dinding tabung
4. Apabila tetap berbusa berarti positif mengandung saponin

c. Uji flavonoid
1. Diambil ekstrak methanol kering lalu ditambahkan air
(pelarut polar) dan ditambahkan heksan ( pelarut non polar)
2. Dikocok, akan terpisah 2 lapisan dimana ekstrak methanol
dalam air akan berada di bawah dan lapisan heksan berada di
atas
3. Lapisan heksan dipisahkan sementara lapisan air
ditambahkan methanol lalu ditambah HCL dan serbuk mg
4. Jika warna merah ungu berarti positif mengandung flavonoid

d. Uji Steroid
1. Diambil ekstrak methanol kering lalu ditambahkan air
(pelarut polar) dan eter (pelarut nonpolar)
2. Akan terbentuk 2 lapisan dimana lapisan air berada di bawah
dan lapisan eter berada di atas
3. Lapisan air dikocok selama 1 menit, jika berbusa
ditambahkan HCL 2 N atau H2SO4
4. Jika terjadi perubahan dari warnah hijau menjadi warna biru
berarti positif beradanya steroid
5. Lapisan eter ditambahkan pereaksi Lieberman
6. Jika terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru berarti
positif adanya steroid.jika berwarna merah berarti positif
triterpenoid.

e. Uji tanin
1. Diambilekstrak methanol kering
2. Ditambahkan air sebanyak 10 ml lalu dikocok
3. Ditambahkan garam dapur (NaCl) untuk mengendapkan
proteinnya
4. Lalu ditambahkan Fecl3 3-4 tetes
5. Jika berwarna biru berarti positif adanya tannin katekol
sedangkan jika berwarna biru hitam berarti positif adanya
tannin pirogalol.
III.4 Skema Kerja
a. Pengambilan dan pengolahan sampel

Pengambilan
bahan baku

Sortasi basah

Pencucian

perajangan
pengeringan

Sortasi Kering

Pengepakan

penyimpanan
b. Partisi Ekstrak (ekstraksi cair-cair)

Alat dan bahan

- Ambil

3 buah mangkok
(wadah)

- Timbang

2 gram sampel
(ekstrak bonsai)

0) - Buatkan

suspensi

-Masukkan

Corong pisah

+ Tambahkan

- Diamkan hingga
membentuk lapisan
- Tampung dan uapkan
- Diplo

N-Heksan

Lapisan air

+ Tambahkan 20 ml
- Diamkan hingga membentuk 2
lapisan
- Tampunga dan uapkan
- Diplo
Etil asetat

- Letakkan didepan kipas


angin
Lapisan air
c. Identifikasi ekstrak dengan lempeng KLT

Alat dan bahan

- Buat

Eluen
N-heksan (N-heksan:etil asetat,
5:2) Etil asetat (N-heksan:etil
aseta, 2:9) Air (n-heksan : etil
asetat : air, 1:4:5)

- Jenuhkan (kloroform:etatanol,
0,5:0,5

Larutan ekstrak
dalam botol vial

- totolkan hingga terjadi elusi

Lempeng KLT

Lempeng KLT
- Diamkan hingga batas atas
- Angakat dan angin-anginkan-
- Amati

Uv 254 & 366 nm

- Semprotkan pereaksi H2SO4 &


dragendroff

Ukur nilai RF
d. Identifikasi ekstrak dengan senyawa kimia (tabung reaksi)

2 gram sampel (ekstrak


buah jarak merah)

- Larutkan dengan metanol

Labu erlenmeyer
250 ml
(larutan stok)

- Lakukan pengujian
Uji alkaloid,
saponin, flavonoid,
steroid &tanin

a. Alkaloid

Larutan Stok

- Masukkan

Tabung reaksi

+ Tambahkan 1 ml HCl 2 N &


NH4OH
+ Tambahkan aquadest 10 ml
+ Tambahkan pereaksi wagner
& dragen droft
- Kocok dan amati

Positif untuk pereaksi Wagner bewarna coklat dan positif


untuk pereaksi Dragendroff jika bewarna merah kekuningan
b. Saponin

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan

Tabung reaksi

+ Tambahkan air panas

-Kocok kuat selama 1 menit

- Diamkan jika busa setingg 1-


10 cm maka tambahkan HCl

Apabila tetap berbusa berarti positif


mengandung saponin

c. Flavonoid

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan

Tabung reaksi

+ Tambahkan air dan N-


heksan
- Kocok dan akan
terbentuk 2 lapisan
- Pisahkan

Lapisan N-heksan

Lapisan air

+ Tambah HCL dan serbuk mg


- Amati perubahan
Jika warna merah ungu berarti positif
mengandung flavonoid
d. Steroid

Ekstrak metanol kering


secukupnya
- Masukkan
Tabung reaksi

+ Tambahkan air dan eter


- Diamkan akan terbentuk 2
lapisan
- Pisahkan

Lapisan air

- Kocok selama 1 menit, jika


berbusa ditambahkan HCl 2 N

Perubahan dari warnah hijau menjadi warna


biru berarti positif beradanya steroid

Lapisan eter

+ Tambahkan pereaksi
Lieberman

Jika berwarna merah berarti positif


triterpenoid.
e. Tanin

Ekstrak metanol kering


secukupnya

- Masukkan
Tabung reaksi

+Tambahkanaquadest 10 ml
- Kocok
+Tambahkan NaCl
+ Tambahkan FeCl3

Jika berwarna biru berarti positif adanya tannin


katekol sedangkan jika berwarna biru hitam
berarti positif adanya tannin pirogalol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

IV.1.1 Pengambilan dan pengolahan sampel

Nama Bobot Sampel Bobot Sampel Susut


Sampel Basah Kering Pengeringan
Buah jarak
700 g 587 g 83,85 %
merah

Perhitungan Susut Pengeringan

Berat kering
a. Daun melati = x 100%
Berat basah
587 g
= 700 g x100%

= 83,85 %

IV.1.2 Dasar Metode Ekstraksi

Soxhletasi
Metode soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap,
uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon (Adrian, 2000).
IV.1.3 Ekstraksi sampel

Berat
Berat Jumlah
sampel Jumlah
Nama sampel Prese cairan
sebelum ekstrak Prese
sampe setelah ntase penyar
ekstraks cair ntase
l ekstraksi (%) i
i (mL) (%)
(gram) (mL)
(gram)
Biji
Kemir 36,91 27,92 74,64 500 390 78
i

V.1.4 Penguapan Pelarut dan Partisi Sampel

a. Sampel Biji Kelor


Volume sampel sebelum diuapkan = 390 ml
Volume sampel setelah diuapkan = 23 ml
Berat sampel setelah diuapkan = 5,14 g
Volume sampel setelah diuapkan
Persentase = Volume sampel sebelum diuapkan x100%
23 ml
= 390 ml x 100%

= 5,89 %
Ekstrak kental
Persentase Rendemen = Sampel kering x100%
23 g
= 587 g x 100%

= 3,9 %

b. Sampel Biji Kelor


Berat ekstrak methanol = 58,80 g
Ekstrak etil asetat yang didapat = 0,19 g
Berat Ekstrak Etil Asetat
Presentase ekstrak = x100%
Berat Ekstrak Methanol

0,19 g
= 58,80 g x 100%

= 0,32 %
Ekstrak air yang diperoleh = 10,59 g

Berat Ekstrak air


Presentase ekstrak = Berat Ekstrak Methanol x100%

10,59 g
= 58,80 g x 100%

= 18,0 %

Ekstrak n-Heksan asetat yang diperoleh = 0,15 g

Berat Ekstrak nHeksan


Presentase ekstrak = x100%
Berat Ekstrak Methanol

0,15 g
= 58,80 g x 100%

= 0,25 %

IV.1.5 Identifikasi ekstrak

a. Metode pereaksi
Sampel ekstrak biji kemiri (Aleurites moluccana L.)
menggunakan pereaksi dragendorff dan pereaksi H2SO4 yaitu
untuk mendeteksi adanya senyawa alkaloid.
b. Metode KLT
1. Hasil pengamatan dibawah lampu UV 256 nm
2. Hasil pengamatan dibawah lampu UV 366 nm

3. Rf
Jarak yang ditempuh noda
Rf= Jarak larutan pengelusi

1,2 cm
Fase polar = 6,1 cm = 0,2

7,5 cm
Fase semi polar = 8,1 cm = 0,92

7,35 cm
Fase non-polar = 8,19 cm = 0,89
IV.2 Pembahasan

a) Pengambilan Dan Pengolahan Sampel

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagi obat yang belum
mengalami pengolahan dalam bentuk apapun, kecuali dapat dinyatakan
lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia
digunakan sebagai bahan obat-obatan yang memanfaatkan zat aktif yang
terdapat dalam sebuah tanaman yang memiliki efek terapi.Ekstraksi
adalah proses penarikan zat aktif (minyak atsiri) yang terkandung dalam
tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan kelarutan
komponen aktifnya. Adapun ekstrak adalah sediaan kering, kental atau
cair yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia menurut cara
yang tepat dan diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Suwandi,
2009).

Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia merupakan


faktor yang penting yang perlu diperhatikan. Sumber bahan baku dapat
berupa tumbuhan, hewan, maupun mineral. Simplisia nabati yang ideal
dapat ditinjau dari asal tumbuhan tersebut. Tumbuhan tersebut dapat
berasal dari tanaman budidaya maupun tumbuhan liar.

Tanaman yang akan dibuat simplisia adalah kemiri (Aleurites


moluccana L.) pada bagian bijinya. Tanaman kemiri (Aleurites
moluccana L.) ini berkhasiat mengobati disentri, meredakan sakit gigi
dan dapat mengatasi demam pada anak. Serta memiliki kandungan kimia
yaitu gliserida, asam linoleat, palmitat, stearat, miristat, asam minyak, protein,
vitamin B1, dan zat lemak.

Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang


mengandung bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam
tumbuhan tidak sama sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai
kadar optimum pada waktu tertentu. Di bawah ini akan diuraikan kapan
waktu yang tepat untuk memanen bagian tumbuhan. Ketentuan saat
pemanenan tumbuhan atau bagian tumbuhan terutama bagian buah pada
tanaman biji kemiri (Aleurites moluccana L.) adalah panen dilakukan
dengan memetik buah yang sudah masak di pohon dan dikumpulkan lalu
dibawa ke tempat teduh untuk diperam selama satu minggu.

Hasil setelah dilakukan pengambilan dan pengolahan sampel pada


tanaman biji kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh bobot sampel
basah adalah 700 gram, bobot sampel kering 587 gram dan susut
pengeringan yaitu 83,85%.

b) Dasar Metode Ekstraksi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia


ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian
rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler
hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon
tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan. (Adrian, 2000).

Pada perlakuan proses soxhlet pada sampel tanaman biji kelor (Aleurites
moluccana L.) pertama-tama disiapkan alat dan bahan, ditimbang sampel
700 gram, dimasukkan kedalam wadah klonsong sampai penuh.
Kemudian ditutup bagian atas klonsong menggunakan kertas saring dan
diikat klonsong menggunakan tali godam. Masukkan pelarut etanol
sebanyak 500 ml kedalam labu alas bulat yang telah diletakkan diaatas
hot plate. Kemudian disoxhlet untuk menghasilkan ekstrak kering, yaitu
timbang labu alas tunggal, masukkan sampel hingga penuh, masukkan
pelarut aktifkan alat soxhlet, timbang hasil ekstraksi, lakukan pemisahan
antara ekstrak dengan pelarut (rotavapor), timbang hasil rotavapor dan
hitung hasil rotavapor (% rendemen). Kemudian dibiarkan hasil ekstraksi
selama beberapa hari dengan tujuan untuk penguapan pelarut pada
sampel, lalu timbang hasil ekstrak pelarut.

Hasil yang diperoleh yaitu berat sampel sebelum diekstraksi 36,91 gram,
berat sampel setelah ekstraksi 27,92 gram, dan persentase 74,64 %.
Jumlah cairan penyari 500 ml, jumlah ekstrak cair 390 ml, dan persentase
78 %.

c) Partisi Ekstrak (Ekstraksi Cair-Cair)

Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel


atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen
matrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi
analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk
memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil
sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan
kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain pelarut organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-
senyawa yang bersifat polar akan ditemukan didalam fase air, sedangkan
senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut
anorganik. Analit yang tereksasi kedalam pelarut organik akan mudah
diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang
masuk kedalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam
kolom (Rohman, 2009).

Pada praktisi ekstrak pertama-tama dilakukan siapkan alat dan bahan,


timbang 2 gram ekstrak dan koloni, tambahkan etanol 50% dalam gelas
kimia aduk hingga homogen. Masukkan campuran etanol dan n-heksana
30 ml kedalam corong pisah dan ulangi sebanyak 3 kali, kocok selama 2
menit, diamkan dan pisahkan antara larutan etanol dan n-heksana pada
wadah mangkok yang berbeda. Masukkan etanol dan etil asetat sebanyak
30 ml ke dalam corong pisah dan ulangi sebanyak 3 kali, kocok selama 2
menit, diamkan dan pisahkan. Pisahkan antara etanol dan etil asetat pada
wadah mangkok yang berbeda.Setelah itu tutup masing-masing wadah
mangkok yang berisi sampel larutan etanol, n-heksana, dan etil asetat.

Hasil yang diperoleh pada ekstraksi cair-cair yaitu berat ekstrak 58,80
gram, ekstrak n-heksan yang diperoleh 0,15 gram, persentase ekstrak n-
heksan 0,25%. Ekstrak etil asetat yang diperoleh 0,19 gram, persentase
ekstrak etil asetat 0,32 %. Ekstrak air yang diperoleh 10,59 gram,
persentase ekstrak 18,0 %.

d) Identifikasi Ekstrak
Identifikasi ekstrak dengan pereaksi kimia, hasil identifikasi uji alkaloid
yaitu positif mengandung alkaloid dengan ditandai terjadinya perubahan
warna coklat untuk pereaksi wagner pada sampel. Pada uji saponin
positif mengandung saponin ditandai dengan adanya busa. Dan pada uji
tanin positif mengandung tanin karena terjadi perubahan warna biru
hitam yang berarti positif mengandung adanya tanin pirogalol.
Pada identifikasi ekstrak dengan menggunakan lempeng KLT sebagai
fase diam dan pelarut n-heksan: etil asetat (2:5 dan : 1) sebagai fase
gerak. Penotolan ekstrak dilakukan ketika eluen sudah jenuh kemudian
lempeng dimasukkan kedalam chamber untuk dielusi dan proses elusi
dihentikan jika sudah mencapai batas atas. Kemudian diangin-anginkan
lalu lempeng diamati di UV dibawah sinar 254 nm dan 366
nm.Kemudian lempeng disemprotkan pereaksi dragendroft dan pereaksi
H2SO, tujuannya untuk melihat adanya kandungan senyawa alkaloid.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Tanaman yang akan dibuat simplisia adalah Kemiri (Aleurites
moluccana L.) pada bagian bijinya. Tanaman kemiri (Aleurites
moluccana L.) ini berkhasiat mengobati disentri, meredakan sakit gigi
dan dapat mengatasi demam pada anak
2. Hasil setelah dilakukan pengambilan dan pengolahan sampel pada biji
kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh bobot sampel basah adalah
700 gram, bobot sampel kering 587 gram dan susut pengeringan yaitu
83,85 %.
3. Hasil yang diperoleh dari dasar ektraksi yaitu berat sampel sebelum
diekstraksi 36,91 gram, berat sampel setelah ekstraksi 27,92 gram, dan
persentase 74,64%. Jumlah cairan penyari 500 ml, jumlah ekstrak cair
390 ml, dan persentase 78 %.
4. Hasil yang diperoleh pada ekstraksi cair-cair yaitu berat ekstrak 2 gram,
ekstrak etanol yang diperoleh 0,67 gram, persentase ekstrak etanol
33,5%. Ekstrak n-heksana yang diperoleh 0,73 gram, persentase ekstrak
36,5%. Ekstrak etil asetat yang diperoleh 0,56 gram, persentase ekstrak
etil asetat 28%.
5. Pada identifikasi ekstrak dengan menggunakan lempeng KLT sebagai
fase diam dan pelarut n-heksan: etil asetat (2:5 dan : 1) sebagai fase
gerak. Penotolan ekstrak dilakukan ketika eluen sudah jenuh kemudian
lempeng dimasukkan kedalam chamber untuk dielusi dan proses elusi
dihentikan jika sudah mencapai batas atas. Kemudian diangin-anginkan
lalu lempeng diamati di UV dibawah sinar 254 nm dan 366 nm.
V.2 Saran

Sebaiknya alat dan bahan di gunakan di tingkatkan lagi kelengkapannya

agar praktikum berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Ahmad Djojosugio, 2001, Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan
Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta.
Arial. 2013. Tanaman Berkhasiat. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Annisa, 2007, Pengaruh Konsentrasi Monomer terhadap grafting kitosan pada
Film Polietilen dengan Metode Grafting. Skripsi. Universitas Lampung.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia,Jakarta.
Anonim.2013. Penunutun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I.Laboratorium
Bahan Alam Fakultas Farmasi.Makassar.
Anonim.2017. Penuntun Praktikum Fitokimia.Laboratorium Farmakognosi
Fitokimia.Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Tadulako.Palu.
Arial. 2013. Tanaman Berkhasiat. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007, Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
K.Heyne.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana Warna
Jaya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Puspaningtyas, D.E dan Utami, P. The Miracle of Herbs. PT.AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan,Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Tobo, Fachruddin, (2001), "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I".
Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Tyler, V. E.,et al, 1988, Pharmacognosy, 9th ed., Lea & Febiger, Philadelphia.
103-104.
www.plantamor.com
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
PRAKTIKUM FITOKIMIA
UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


FITOKIMIA

PERCOBAAN :
1. PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN SAMPEL
2. EKSTRAKSI REFLUKS
3. PENGUAPAN PELARUT DAN PARTISI SAMPEL
4. IDENTIFIKASI EKSTRAK

DISUSUN OLEH
NAMA : TIARA INDRI
NIM : G 701 15 027
KELAS :B
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : NI KADEK LIA

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

Anda mungkin juga menyukai