BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengidap HIV/AIDS yang terlapor jumlahnya semakin meningkat.
Berdasarkan Laporan Jumlah Kasus Provinsi Jawa Barat Triwulan II tahun
2010, jumlah pengidap meningkat rata-rata 300 orang setiap triwulan.
Sampai dengan bulan Juni 2010 dilaporkan jumlah kumulatif kasus
HIV/AIDS sebanyak 5536 kasus.
Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS berbanding terbalik dengan
semakin gencarnya usaha-usaha penanggulangan HIV/AIDS. Salah satu
kemungkinan yang terjadi adalah dengan semakin gencar dan intensifnya
kegiatan penanggulangan HIV/AIDS menyebabkan meningkatnya jumlah
pengidap yang terdeteksi.
Penanggulangan HIV/AIDS merupakan kegiatan yang tidak dapat berdiri
sendiri. Pencegahan, pengobatan dan support (dukungan) sangat berkaitan
erat dan harus dilaksanakan secara komfrehensif. Melaksanakan pencegahan
tanpa melaksanakan pengobatan tidak akan efektif. Dalam kegiatan
pengobatan diperlukan edukasi untuk pencegahan terhadap semakin
beratnya perjalanan penyakit, sebaliknya dalam pelaksanaan pencegahan
pun diperlukan bantuan praktisi pengobatan untuk mendeteksi dini penyakit
akibat HIV. Melaksanakan pencegahan tanpa mengetahui tata cara
pengobatan akan tidak efektif, karena penjelasan tentang obat-obat infeksi
oportunis dan obat-obat Anti retroviral (ARV) diperlukan pada saat
konseling dan sebagainya. Sebaliknya pada saat melakukan pengobatan
diperlukan dukungan untuk pengetahuan edukasi tentang pola hidup,
perilaku pendampingan dalam menjalani pengobatan.
Pasien ODHA yang dihadapi harus dilihat secara holistik sebagai
manusia seutuhnya, mereka tidak hanya membutuhkan kualitas pengobatan
yang baik tetapi juga membutuhkan edukasi yang baik, pengetahuan yang
benar, serta dukungan psikologik. Penjelasan yang singkat dari dokter
tentang perlunya minum obat tetapi tidak difahami dengan baik oleh pasien
kemungkinan besar obat tidak akan efektif. Sebaliknya penjelasan dan
dukungan konselor tidak akan bermanfaat bila kualitas pengobatan tidak
berjalan baik.
VCT (Voluntary Conseling and Testing) merupakan salah satu kegiatan
yang dipercaya sebagai kegiatan pencegahan yang efektif, karena VCT
merupakan pintu masuk (entry point) untuk pencegahan maupun
2
B. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman VCT HIV/AIDS ini adalah sebagai acuan
bagi petugas kesehatan RSUD Kabupaten Sumedang dalam melaksanakan
konseling sebagai salah satu kegiatan penanggulangan HIV/AIDS sehingga
upaya pencegahan, pengobatan dan support (dukungan) bagi pasien ODHA
dapat dilaksanakan secara komfrehensif.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela (Voluntary
Counseling and Testing/VCT) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sumedang meliputi :
1. Konseling Pra Testing
2. Informed Consent
3. Testing HIV dalam VCT
4. Konseling Pasca Testing
5. Pelayanan Dukungan Berkelanjutan.
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah untuk kedua kalinya dengan
Undang-undang No. 12 Tahun 2008.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
6. Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor
9/KEP/1994 tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di
Indonesia;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1507/MENKES/SK/X/ 2005
tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara
Sukarela (Voluntary Counseling and Testing);
8. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sumedang Nomor: 445/ /RSU/2013 tentang Kebijakan Pelayanan
HIV/AID Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Sumedang.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
b. Tanggungjawab
1) Kepala/Penanggungjawab klinik VCT bertanggungjawab
terhadap Kepala Instalasi Rawat Jalan
2) Kepala/Penanggungjawab klinik VCT bertanggungjawab
mengelola seluruh pelaksanaan kegiatan di dalam/di luar unit,
serta bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan institusi pelayanan lain yang berkaitan
dengan HIV.
c. Uraian Tugas
1) Menyusun perencanaan kebutuhan operasional
2) Mengawasi pelaksanaan kegiatan
3) Mengevaluasi kegiatan
4) Bertanggungjawab untuk memastikan bahwa layanan secara
keseluruhan berkualitas sesuai dengan pedoman VCT
5) Mengkoordinir pertemuan berkala dengan seluruh staf
konseling dan testing, minimal satu bulan sekali
5
2. Petugas Administrasi
a. Kualifikasi
1) Memiliki keahlian di bidang administrasi
2) Pendidikan minimal SLTA
b. Tanggungjawab
1) Bertanggungjawab terhadap kepala/penanggungjawab klinik
VCT
2) Bertanggungjawab terhadap pengurusan ijin klinik VCT dan
registrasi konselor VCT
c. Uraian Tugas
1) Melakukan surat menyurat dan administrasi terkait
2) Melakukan tatalaksana dokumen, pengarsipan, melakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data
3) Membuat pencatatan dan pelaporan.
b. Tanggungjawab
1) Bertanggungjawab secara teknis medis dalam penyelenggaraan
layanan VCT
c. Uraian Tugas
1) Melakukan koordinasi pelaksanaan pelayanan medis
2) Melakukan pemeriksaan medis, pengobatan, perawatan
maupun tindak lanjut terhadap klien
3) Melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang, laboratorium,
dokter ahli, dan konseling lanjutan)
4) Melakukan konsultasi kepada dokter ahli
5) Membuat laporan kasus
b. Tanggungjawab
1) Bertanggungjawab terhadap kepala/penanggungjawab klinik
VCT
c. Uraian Tugas
1) Mengusulkan perencanaan kegiatan dan kebutuhan operasional
2) Melakukan koordinasi dengan konselor dan petugas
manajemen kasus
3) Menyelenggarakan layanan VCT sesuai dengan pedoman
nasional Kementrian Kesehatan RI
4) Membantu melakukan jejaring kerja dengan rumah sakit,
lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang VCT untuk
memfasilitasi pengobatan, perawatan dan dukungan
5) Melakukan monitoring internal dan penilaian berkala kinerja
konselor VCT dan manajer kasus
6) Mengembangkan dan melaksanakan standar prosedur
operasional pelayanan VCT
7) Mengajukan draft laporan bulanan dan laporan tahunan kepada
Kepala/Penanggungjawab klinik VCT
8) Menyiapkan logistik terkait dengan KIE dan alat peraga yang
dibutuhkan untuk pelayanan VCT
7
5. Konselor VCT
a. Kualifikasi
1) Konselor harus sudah terlatih, bisa tenaga medis maupun non
medis
2) Konselor mengerti dan memahami dengan baik seluk beluk
HIV/AIDS secara menyeluruh, yaitu yang berkaitan dengan
gangguan kesehatan fisik dan mental, termasuk pencegahan,
pengobatan
3) Konselor diharapkan mengetahui tempat-tempat pelayanan
VCT, mengetahui RS mana yang melayani ODHA. Hal ini
diperlukan untuk membuka akses pelayanan selanjutnya
4) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
b. Uraian Tugas
1) Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien,
pendokumentasian dan pencatatan konseling klien dan
menyimpannya agar terjaga kerahasiaannya
2) Pembaruan data dan pengetahuan HIV/AIDS
3) Membuat jejaring eksternal dengan layanan pencegahan dan
dukungan di masyararakat dan jejaring internal dengan
berbagai bagian RS yang terkait
4) Memberikan informasi HIV/AIDS yang relevan dan akurat,
sehingga klien merasa berdaya untuk membuat pilihan untuk
melaksanakan testing atau tidak. Bila klien setuju melakukan
testing, konselor perlu mendapat jaminan bahwa klien betul
menyetujuinya melalui penandatanganan informed concent
tertulis
5) Menjaga bahwa informasi yang disampaikan klien kepadanya
adalah bersifat pribadi dan rahasia. Selama konselong pasca
testing, konselor harus memberikan informasi lebih lanjut
seperti dukungan psikososial dan rujukan. Informasi ini
diberikan baik kepada klien dengan HIV positif maupun
negatif
6) Pelayanan khusus diberikan kepada kelompok perempuan dan
mereka yang dipinggirkan, sebab mereka sangat rawan
terhadap tindakan kekerasan dan diskriminasi.
8
b. Tanggungjawab
1) Bertanggungjawab untuk penggalian kebutuhan klien, terkait
dengan kebutuhan psikologis, sosial, dan mengkoordinasi
pelayanan komprehensif.
c. Uraian Tugas
1) Berpartisipasi dalam penanganan kegiatan advokasi yang
sesuai
2) Mengadakan kunjungan ke rumah klien sesuai dengan
kebutuhan
3) Menyiapkan klien dan keluarga dengan informasi HIV/AIDS
dan dukungan dengan tepat dan sesuai
4) Melakukan rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh klien
5) Berpartisipasi dalam supervisi dan monitoring rutin terjadwal
untuk konselor/petugas manajemen kasus
6) Membantu penanganan perawatan di rumah dan memberikan
informasi pendidikan kepada klien (khusus untuk petugas
medis atau yang berlatarbelakang pendidikan keperawatan )
7. Petugas Laboratorium
a. Kualifikasi
1) Petugas pengambil darah dengan latarbelakang perawat
2) Teknisi adalah petugas laboratorium /analis kesehatan
3) Telah mengikuti pelatihan tentang teknik memproses testing
HIV dengan cara ELISA, testing cepat, dan mengikuti
algoritma testing yang diadopsi dari WHO
9
b. Uraian Tugas
1) Mengambil darah klien sesuai SPO
2) Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur dan
standar laboratorium yang telah ditetapkan
3) Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
4) Melakukan pencegahan pasca pajanan okupasional
5) Mengikuti perkembangan kemajuan teknologi pemeriksaan
laboratorium
6) Mencatat hasil testing HIV dan sesuaikan dengan nomor
identitas klien
7) Menjaga kerahasiaan hasil testing HIV
8) Melakukan pencatatan, menjaga kerahasiaan, dan merujuk ke
laboratorium rujukan.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
11
B. Standar Fasilitas
1. Sarana
Sarana yang diperlukan untuk VCT :
a. Ada papan nama/petunjuk yang mudah terlihat dengan petunjuk
arah yang jelas Hal ini diperlukan agar klien yang akan menjalani
konseling tidak perlu bingung bahkan kembali dengan tangan
hampa
b. Ruang tunggu
Idealnya ruang tunggu adalah ruang yang nyaman dan terletak di
depan atau disamping ruang konseling. Dalam ruang tunggu
tersedia :
1) Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi bahan
pengetahuan tentang HIV/AIDS, IMS, KB, ANC, TB,
hepatitis, penyalahgunaan Napza, perilaku sehat, nutrisi,
pencegahan penularan, dan seks yang aman
2) Informasi prosedur konseling dan testing
3) Kotak saran
4) Tempat sampah, tissu, dan persediaan air minum
5) Bila mungkin sediakan TV, video
6) Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien, kalau
mungkin komputer untuk mencatat data
7) Meja dan kursi yang tersedia dan nyaman
8) Kalender
c. Ruang konseling
1) Ruang konseling harus nyaman, terjaga kerahasiaan
2) Pintu masuk tidak sama dengan pintu keluar sehingga klien tidak
saling bertemu, namun mengingat keterbatasan ruangan di RS,
pengaturan tata ruang hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang
ada dengan tidak mengabaikan prinsip kerahasiaan
3) Tersedia materi materi KIE; leaflet, brosur, lembar balik, kalender
4) Tersedia alat peraga seperti alat peraga penis, kondom, alat peraga
menyuntik yang aman
5) Tersedia formulir konseling dan testing: Buku register VCT,
formulir persetujuan inform concent, formulir VCT, formulir
pemeriksaan laboratorium, formulir laporan bulanan VCT, buku
resep gizi seimbang, formulir rujukan, kalender, alat tulis
6) Tersedia tisu, air minum, lemari arsip atau lemari dokumen yang
dapat dikunci
12
f. Ruang laboratorium
Ruangan laboratorium berada di Instalasi Patologi Klinik, materi yang
harus tersedia di laboratorium adalah :
1) Reagen untuk testing dan peralatannya
2) Sarung tangan karet
3) Jas laboratorium
4) Lemari pendingin
5) Alat sentrifusi
6) Ruang penyimpanan test-kit, barang habis pakai
7) Buku register (stok barang habis pakai, penerimaan sampel, hasil
testing, penyimpanan sampel, kecelakaan okupasional) atau
komputer pencatat
8) Cap tanda positif atau negatif
9) Cairan desinfektan
13
2. Prasarana
a. Aliran listrik : diperlukan untuk penerangan untuk membaca dan
menulis, serta alat pendingin ruangan
b. Air : diperlukan air mengalir untuk menjaga kebersihan ruangan dan
mencuci tangan serta membersihkan alat-alat
c. Sambungan telepon : diperlukan untuk komunikasi dengan layanan lain
yang terkait
d. Pembuangan limbah padat dan limbah cair .
14
BAB IV
TATA LAKSANAAN PELAYANAN VCT
A. Struktur Organisasi
Bagan Struktur Organisasi Unit Layanan VCT :
Petugas Administrasi
2. Tujuan Khusus
4. Manfaat
Manfaat VCT adalah mempersiapkan klien dan pasangan dengan
pengetahuan tentang status mereka dan memperkuat dukungan untuk
mencari pengobatan, melalui :
a) Untuk meningkatkan pemahaman diperlukan edukasi dan
pemberian informasi yang intensif dimana hal tersebut dapat
diberikan melalui penyuluhan, seminar dll
b) Dialog yang bersifat konfidensial (rahasiah) tidak terbuka untuk
umum, sehingga konselor dapat menyampaikan informasi dan
edukasi lengkap
c) Membantu ODHA dalam mengatasi masalahnya berkaitan dengan
kebutuhan ekonomi, sosial, spiritual dan emosional
d) Membantu akses pengobatan infeksi oportunistik, IMS dll.
F. Sasaran
Yang menjadi sasaran VCT adalah :
17
2. Informed Concent
a. Semua klien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan
persetujuan tertulisnya
b. Klien telah diberikan penjelasan yang cukup tentang resiko dan
dampak sebagai akibat dari tindakannya dan klien menyetujuinya
c. Klien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu
menyatakan persetujuannya (secara intelektual dan psikiatris)
18
BAB V
LOGISTIK
1. Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi bahan pengetahuan tentang
HIV/AIDS, IMS, KB, ANC, TB, hepatitis, penyalahgunaan Napza,
perilaku sehat, nutrisi, pencegahan penularan, dan seks yang aman,
Informasi prosedur konseling dan testing
2. Media lain: TV, video
3. Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien, kalau mungkin komputer
untuk mencatat data.
4. Tersedia alat peraga seperti alat peraga penis, kondom, alat peraga
menyuntik yang aman.
5. Formulir konseling dan testing: Buku register VCT, formulir persetujuan
inform concent, formulir VCT, formulir pemeriksaan laboratorium,
formulir laporan bulanan VCT, buku resep gizi seimbang, formulir
rujukan, kalender, alat tulis
6. Tisu, air minum, lemari arsip atau lemari dokumen yang dapat dikunci
7. Peralatan untuk pengambilan darah :
a. Jarum dan semprit steril
b. Reagen untuk testing dan peralatannya
c. Sarung tangan karet
d. Jas laboratorium / apron pelastik
e. Lemari pendingin
f. Tabung dan botol tempat menyimpan darah
g. Stiker kode
h. Alat sentrifuge
i. Kapas alkohol
j. Cairan desinfektan
k. Sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir
l. Tempat sampah barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang
tajam (sesuai petunjuk Kewaspadaan Universal)
m. Petunjuk pajanan okupasional dan alur permintaan pertolongan pasca
pajanan okupasional
8. Alat Kesehatan:
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Timbangan
c. Penlight
d. Refleks hammer, dll
9. Kondom dan alat peraga penggunaannya
10. Blanko resep
21
BAB VI
KESELAMTAN PASIEN
Keselamatan pasien telah terjadi isu global dan merupakan prioritas utama
untuk rumah sakit dan keselamatan pasien merupakan prioritas utama karena
terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka terimadan
terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan pasien juga
dapat mengurangi KTD di rumah sakit.
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
24
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU VCT
Salah satu prinsip dalam implementasi layanan VCT adalah layanan yang
berkualitas, guna memastikan bahwa klien mendapatkan layanan yang tepat, dan
menarik orang untuk menggunakan layanan. Tujuan pengukuran dan jaminan
kualitas adalah menilai kinerja petugas, kepuasan pelanggan atau klien, dan
menilai ketepatan protokol konseling dan testing yang kesemuanya menjamin
tersedianya layanan yang terjamin mutunya.
A. Konseling VCT
Perangkat jaminan mutu konseling dalam VCT antara lain :
1. Perangkat rekaman saat konseling dengan klien samaran atau klien
sungguhan yang telah memberikan persetujuan untuk direkam
2. Survey kepuasan pelanggan
3. Syarat minimal layanan VCT : penilaian internal atau eksternal
menggunakan daftar untuk melihat apakah layanan VCT memenuhi
persyaratan standar minimal yang telah ditetapkan Kementrian Kesehatan
atau WHO.
2. Perijinan
Ijin layanan konseling dan testing HIV/AIDS di RSUD Kabupaten
Sumedang terintegrasi dengan layananan kesehatan di rumah sakit, izin
dikaitkan dengan izin operasional RSUD Kabupaten Sumedang.
BAB IX
PENUTUP
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG
HILMAN TAUFIK. WS
32