Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen dan air dengan
perbandingan tertentu. Beton merupakan suatu bahan konstruksi yang banyak digunakan pada
pekerjaan struktur bangunan di Indonesia karena banyak keuntungan yang diberikan diantaranya
adalah bahan-bahan pembentuknya mudah diperoleh, mudah dibentuk, mampu memikul beban
yang berat, tahan terhadap temperatur yang tinggi, biaya pemelihaaan kecil.

Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80 % lebih
berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas agregat kasar (kerikil/batu baur)
dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan menggunakan bahan pengisi atau filler. Pasir untuk
ukuran nominal agregat yang kurang dari 0,5 cm dan batu kerikil adalah agregat yang
mempunyai ukuran nominal yang lebih dari 0,5 cm.

Adapun sifat agregat juga merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Sifat agregat yang menentukan
kualitasnya sebagai material perkerasan jalan yaitu gradasi, kebersihan, kekerasan, ketahanan
agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis,
dan daya kelekatan terhadap aspal. Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis
batuannya.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi Beton dan agregat
b. Untuk mengetahui jenis-jenis Beton dan agregat.
c. Untuk mengetahui kualitas agregat.
d. Untuk mengetahui syarat-syarat mutu agregat.
e. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik agregat.

BAB II
ISI

1
2.1 BETON

A. Pengertian Beton
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan
halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak dipakai pada saat ini yaitu beton
normal. Beton normal ialah beton yang mempunyai berat isi 22002500 kg/m dengan
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan kuat
desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan
pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), faktor air semen (F.a.s) dan zat tambahan
(admixture) bila diperlukan (Alam, dkk).
Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-
bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah
yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup
ekonomis (Sutikno, 2003:1). Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

B. Jenis-jenis Beton

1. Beton Mortar

Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam mortar
yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi
anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan
tarik dan daktilitas yang baik.

2. Beton Ringan

Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Beberapa
orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-gelembung udara di
dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-
porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya,

2
bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton
ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.

3. Beton Non-Pasir

Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan hanya
kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil
sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen
pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan,
kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.

4. Beton Hampa

Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan
beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah bereaksi
dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa
banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.

5. Beton Bertulang

Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui, beton
mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu,
tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik
meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.

6. Beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang. Perbedaan tipis
hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih
dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan
yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur
bangunan bentang lebar.

3
7. Beton Pra-Cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-cetak. Beton
ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton
tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia.
Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
pembangunan dan pengadaan material.

8. Beton Massa

Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton ini
juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara volume
dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang
berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar
bangunan, dan bendungan.

9. Beton Siklop

Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan pengisi
tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas
ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop
seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

10. Beton Serat

Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adukan
beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja,
hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada
beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Keuntungan dari beton antara lain (Sutikno, 2003:2):

4
1. Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran berapapun tergantung dari keinginan.
2. Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal kecuali Portland cement, hanya
daerah-daerah tertentu sulit mendapatkan pasir maupun kerikil. Dan cetakan dapat
digunakan berulang-ulang sehimgga secara ekonomis menjadi murah.
3. Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat secara
baik kuat tekannya sama dengan batu alam
3. Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah.
4. Energi effisien artinya beton kuat tekannya tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan
dengan baja tulangan dapat dikatakan mampu dibuat strukutur berat. Beton dan baja
boleh dikatakan mempunyai koefisien muai hampir sama.
5. Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan
untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sangat sulit. Juga dapat disemprotkan
pada permukaan beton yang lama untuk menyambungkan dengan beton baru (di
grouting).
6. Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera yang
menghendakinya.

Kerugian dari beton antara lain (Sutikno, 2003:2):


1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan.
2. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah,
sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk memberi tempat untuk
kembang susut beton.
3. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan air
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
4. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah digabungkan
dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada perhitungan bangunantahan
gempa.

5
D. Bahan Penyusun Beton

1. Portland Cement
Portland Cement (PC) atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat
agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan proses waktu dan panas, reaksi
kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Penemu semen
(Portland Cement) adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris.
Dinamakan semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan
tanah liat alam di Pulau Portland.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan memiliki sifat
adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan membakar karbonat atau batu gamping
dan argillaceous (yang mengandung aluminia) dengan perbandingan tertentu. Bahan tersebut
dicampur dan dibakar dengan suhu 1400 C-1500 C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan
dan dihaluskan sampai seperti bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira
kira 24 % persen sebagai bahan pengontrol waktu pengikatan. Bahan tambah lain kadang
ditambahkan pula untuk membentuk semen khusus misalnya kalsium klorida untuk menjadikan
semmen yang cepat mengeras. Semen biasanya dikemas dalam kantong 40 kg/ 50 kg (Sutikno,
2003:2).
Menurut SII 0031-81 semen portland dibagi menjadi lima jenis, sebagai berikut:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.

2. Agregat Kasar dan Agregat Halus


Agregat kasar yang digunakan dalam SCC dibatasi kurang lebih hanya 50% dari total
volume beton. Hal ini dilakukan agar blok-blok yang terjadi ketika aliran beton melewati
tulangan baja dapat ditekan seminimal mungkin. Blok-blok ini terjadi karena sifat viskositas
yang tinggi dari aliran beton segar sehingga agregat-agregat kasar saling bersinggungan. Akibat
terjadinya saling kontak antara agregat kasar maka aliran beton sangat lambat maka beton akan
6
terkumpul di satu tempat sehingga mengurangi tingkat workability dari beton. Pembatasan
jumlah agregat kasar dilakukan agar kemampuan aliran beton melewati tulangan lebih maksimal.
Demikian pula yang terjadi dengan agregat halus sehingga jumlah agregat halus dalam mortar
dibatasi kurang lebih 40% dari total volume mortar (Vanda dan Fenny, 2004).
Selain dari segi jumlah, ukuran dari agregat kasar juga harus dibatasi. Batasan untuk
ukuran agregat kasar adalah maksimum 20 mm. Hal ini dilakukan untuk menghindari segregasi
pada saat aliran beton melewati struktur dengan tulangan yang rapat.

3. Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan semen untuk
pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran dalam agregat agar
mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses
hidrasi dengan semen. Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air
yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses pencampuran yang tidak merata.
Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih dari 2 gram perliter.
2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik dan
sebaginya lebih dari 15 gram per liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.

4. Bahan Tambah
Dimaksud bahan tambah adalah selain bahan-bahan pembentuk beton (semen, air dan
agregat) yang digunakan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat
beton.

Bahan tambah yang digunakan dalam beton menjadi 2 yaitu (Mulyono, 2005:120):

Bahan Tambah Kimia (Chemical Admixture)


Chemical Admixture adalah bahan tambahan cairan kimia yang ditambahkan untuk
mengendalikan waktu pengerasan, mempercepat atau memperlambat, mereduksi
kebutuhan air dan menambah kemudahan pengerjaan beton.
Menurut standar ASTM. C.494 (1995: .254) jenis dan definisi bahan tambah kimia
sebagai berikut:
7
a. Tipe A Water-Reducing Admixture - Mengurangi air.
b. Tipe B Retarding Admixture Menghambat pengikatan beton.
c. Tipe C Accelerating Admixture Mempercepat pengikatan.
d. Tipe D Water Reducing and Retarding Admixture Mengurangi air dan menghambat
pengikatan.
e. Tipe E Water Reducing and Accelerating Admixture Mengurangi air dan
mempercepat pengikatan.
f. Tipe F Water reducing, High Range Admixture superplaticizer
g. Tipe G Water Reducing, High Range Retarding Admixture superplaticizer dan
menghambat pengikatan.

Bahan Tambah Mineral (additive)


Bahan Tambah Mineral (additive) yaitu bahan tambahan merupakan padat yang
dihaluskan yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah
dikerjakan dan kekuatannya serta keawetannya meningkat. Bahan tambahan mineral ini
misalnya puzzolan, slag, fly as dari batu bara, abu sekam, silica fumebahan produksi
sampingan silica, ferro silicon. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral
antara lain (Cain, 1994: 500-508):
a. Memperbaiki kinerja workability.
b. Mengurangi panas hidrasi.
c. Mengurangi biaya pengerjaan beton.
d. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika.
e. Mempertinggi usia beton.
f. Mempertinggi kekuatan tekan beton.
g. Mempertinggi keawetan beton.
h. Mengurangi penyusutan.
i. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.

2.2 AGREGAT

A. Pengertian Agregat
8
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik
berupa hasil alam maupun buatan). Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu
pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
semen hidraulik atau adukan. Atau dapat juga didefinisikan sebagai butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati
sebanyak kurang lebih 70 % dari volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat
sangat mempengaruhi sifat-sifat beton yang dihasilkan.

Menurut Puwardi, (2009), Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah, slag
atau material lain dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat merupakan bagian terbesar dari
campuran aspal. Material agregat yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan utamanya
untuk menahan beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih diolah lagi
dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan ukuran sebagaimana
dikehendaki dalam campuran. Agar dapat digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos
dari berbagai uji yang telah ditetapkan.

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan, yaitu 90%
95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 80% agregat berdasarkan persentase volume.
Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dengan material lain.

B. Jenis-jenis Agregat
Agregat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung asalnya, proses terjadinya, berat
jenisnya dan ukuran butirannya, yaitu :

1. Berdasarkan Asalnya
a. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya. Jenis batuan
yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat alam
terdiri dari : (1) kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari
batuan induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di daratan. Agregat beton alami
berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen
maupun metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan kotoran dan tanah
9
liat. Oleh karena itu jika digunakan untuk beton harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. (2)
Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah dengan ukuran
tertentu.
b. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena kekurangan agregat
alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga
uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay
Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat
(shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang
mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.

2. Berdasarkan Proses Terjadinya


a. Agregat Beku (igneous rock)
Agregat beku adalah agregat yang mendingin dan membeku. Agregat beku luar (extrusive
igneous rock) dibentuk dari magma yang keluar ke permukaan bumi di saat gunung berapi
meletus, dan akibat pengaruh cuaca mengalami pendinginan dan membeku. Umumnya agregat
beku luar berbutir halus seperti batu apung, andesit, basalt, obsidian, pumice.
Agregat beku dalam (intrusive igneous rock) dibentuk dari magma yang tak dapat keluar ke
permukaan bumi, mengalami pendinginan dan membeku secara perlahan-lahan di dalam bumi,
dapat ditemui di permukaan bumi karena proses erosi dan atau gerakan bumi. Agregat beku
dalam umumnya bertekstur kasar seperti : gabbro, diorit,syenit.

b. Agregat Sedimen (sedimentary rock)


Agregat Sedimen dapat berasal dari campuran partikel mineral, sisa-sisa hewan dan tanaman
yang mengalami pengendapan dan pembekuan. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan pada
kulit bumi, hasil endapan di danau, laut, dan sebagainya.

Berdasarkan proses pembentukan agregat sedimen dapat dibedakan atas :


Agregat sedimen yang dibentuk dengan proses mekanik, seperti breksi, konglomerat, batu
pasir, batu lempung. Agregat ini banyak mengandung silika.
Agregat sedimen yang dibentuk dengan proses organis, seperti batu gamping, batu bara, opal.
10
Agregat sedimen yang dibentuk dengan proses kimiawi, seperti batu gamping, garam, gips,
dan flins.

c. Agregat Metamorfik (metamorphic rocks)


Agregat metamorfik adalah agregat sedimen ataupun agregat beku yang mengalami proses
perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur kulit bumi. Berdasarkan
strukturnya dapat dibedakan atas agregat metamorf yang masif seperti marmer, kuarsit, dan
agregat metamorf yang berfoliasi, berlapis seperti batu sabak, fillit, sekis.

3. Berdasarkan Berat Jenisnya

a. Agregat berat

Agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk beton yang
terkena sinar radiasi sinar X. Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi.

b. Agregat Normal

Agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 2,70.Beton dengan agregat normal akan
memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa 40 MPa. Agregat normal terdiri
dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).

c. Agregat ringan

Agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0. Biasanya digunakan untuk membuat
beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg
gelembung udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll (buatan).

4. Berdasarkan Ukuran Butirannya

a. Batu agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm

b. Kerikil agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm 40 mm

c. Pasir agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm 4,8 mm

11
d. Debu (silt) agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm

C. Klasifikasi Agregat

Klasifikasi agregat dibagi menjadi 2, yaitu agregat kasar dan agregat halus berdasarkan
ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan.

1. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 0,5 cm (PBI 1971).
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Kerikil adalah bahan yang
terjadi sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan dan berbentuk agak bulat serta
permukaannya licin. Sedangkan batu pecah (kricak) adalah bahan yang diperoleh dari batu
yang digiling (dipecah) menjadi pecahan-pecahan berukuran 0,5-0,75 cm. Agregat kasar
adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (spesifikasi dari AASHTO, American
Association of State Highway and Transportation Officials, yang juga digunakan oleh Bina
Marga) atau yang tertahan saringan 2,36 mm (standard dari BSI, British Standard Institution
atau lebih sering disebut sebagai BS, British Standard).

Agregat kasar boleh didapati dari sumber natural atau artificial. Sumber natural biasanya
dari kumpulan Granit atau Batu Kapur. Kumpulan batu ini digunakan untuk pembinaan biasa.
Ketumpatan bandingan agregat biasa ini dalam julat 2,500 - 2,700 kg/m3. Untuk pembinaan
konkrit berat, Barit (Barium Sulfat) yang boleh didapati dari sumber asli boleh digunakan.
Agregat kasar mempunyai ketumpatan bandingan 4,200 4,300 kg/m3. Agregat berat
digunakan untuk konkrit yang terdedah pada sinar-X, sinar gamma atau vector nuclear.
Agregat artificial boleh didapati dari bahan buangan industri. Bebola besi untuk konkrit
berat, klinker atau jermang hasil pembakaran untuk konkrit ringan. Umumnya agregat ringan
mempunyai kekuatan yang rendah, dan agregat berat mempunyai kekuatan yang tinggi.
Ukuran nominal yang biasa digunakan ialah 10mm, 20mm dan 40mm. Ukuran maksimal
bergantung kepada jenis binaan e.g. tetulang padat, binaan tebal atau tipis.

2. Agregat Halus

12
Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,075-0,5 cm
yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam (natural sand) atau dapat
juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat
kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan
pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang
13
mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis
(Sutikno, 2003:1). Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80 % lebih
berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Yang mana agregat terbagi atas dua bagian yaitu
agregat kasar dan agregat halus.
Dalam suatu campuran, terdapat hubungan yang erat antara agregat dengan bahan perekat
(ditambah air) sehingga ada saling keterkaitan antara keduanya. Agregat tanpa bahan perekat
tidak akan menjadi ikatan yang kuat, begitu juga sebaliknya.
Agregat kasar terdiri dari batu kerikil yang biasanya diambil dari batu gunung, batu sungai
(batu kali), hasil smpingan proses penambangan dan agregat halus terdiri dari pasir. Bahan
perekat agregat adalah semen. Sedangkan yang termasuk bahan jadi agregat adalah beton,
campuran beraspal dan beton aspal.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Beton

http://arafuru.com/material/macam-macam-jenis-beton-dan-fungsinya.html

http://syaiful-beton.blogspot.co.id/

14
http://tukangbata.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-agregat-dan-klasifikasinya.html

http://www.dataarsitek.com/2017/01/pengertian-agregat-jenis-dan-klasifikasi-Kasar-
Halus.html

15

Anda mungkin juga menyukai