KEPERAWATAN PERIOPERATIF 4
OBSERVASI PULIH SADAR (ALDRETE SCORE)
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Perioperatif 4
Yang dibimbing oleh Bapak Roni Yuliwar S.Kep., Ns., M.Ked.
Oleh
Kelompok 1
Fajrian Dwi Anggraeni 1401460003
Nurohaini Yulianingtyas 1401460012
Ahmad Hendi Herdianto 1401460016
Awaludin Jamal 1401460019
Rosyada Nirmala 1401460021
Luluk Mamluatul Ulumy 1401460035
M. Ilham Santoso 1401460037
Iqlima Alvein Nafiisah 1401460042
Firna Aprilianingsih 1401460044
Septyani Nevy Mega N. 1401460052
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Observasi Pulih Sadar (ALDRETE SCORE). Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan, asuhan dan dorongan dari
berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1.2 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar aldrete score.
2. Mengetahui penilaian berkala pada pasien post anesthesi.
3. Mengetahui observasi yang dilakukan pada pasien pasca operasi di
Recovery Room.
4. Mengetahui kasus yang terjadi pada saat di Recovery Room.
TINJAUAN TEORI
Aldrete score adalah penilaian untuk menentukan apakah pasien sudah dapat
dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di observasi di ruang Recovery Room (RR) atau
high care unit (HCU).
Tujuan Aldrete skor adalah untuk menilai status kesadaran, respirasi, tekanan
darah dan aktifitas pasien pasca anastesi. Mengoptimalkan keadaan pasien pasca
anesthesia, Keputusan tindak lanjut pasien pasca anesthesia.
Pasien tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan jalan napas akibat
dari jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur atau sekret, bekuan
darah, gigi yang lepas dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi.
b. Depresi napas
Depresi sentral adalah yang paling sering akibat dari efek sisa opiat,
disamping itu bisa juga disebabkan oleh keadaan hipokapnea, hipotermia
dan hipoperfusi. Depresi perifer yaitu karena efek sisa pelupuh otot, nyeri,
distensi abdomen dan rigiditas otot. Usaha penanggulangannya
disesuaikan dengan penyebabnya.
1. Tekanan darah
2. Dernyut Jantung
3. Fungsi Neuromuskular
Pembalikan blokade neuromuskular
Pembedahan relaksasi neuromuskular yang tidak lengkap dapat
menyebabkan penyumbatan jalan napas dan pascaoperasi. Kelumpuhan
sisa kompromi batuk, kepatenan saluran napas, kemampuan untuk
mengatasi hambatan jalan nafas, dan perlindungan saluran napas.
Intraoperatif relaksan short-acting lebih ringan dari kejadian kelumpuhan
resdual tapi tidak menghilangkan masalah. Agen reversal seperti
neostigmine dan endrophonium chloride akan diberikan bersamaan dengan
netrofine atau atrophine atau glikopyrrolate. Agen pembalikan baru,
sugammadex, dirancang secara khusus untuk membalikkan rocuronium,
keuntungan utama sugammadex adalah pembalikan blok neuromuskular
tanpa bergantung pada penghambatan asetil klorinesterase. Pembalikan
marjinal dapat lebih banyak bahaya daripada kelumpuhan total, karena
pasien yang mengalami agitasi yang menunjukkan suatu penyembuhan
menyebabkan gerakan dan hambatan jalan napas lebih mudah dikenali.
Pasien yang mengantuk menunjukkan stridor ringan dan ventilasi dangkal
dari fungsi neuromuskular marjinal mungkin diabaikan. Hipoventilasi
serius yang menyebabkan asidemia respirator pernapasan atau regurgitasi
dengan aspirasi dapat membuat surat menjadi sembuh. Pasien yang hidup
berdampingan adalah kelainan neuromuskular seperti mistemia grafis,
sindrom lamblin bayi, atau distrofi otot menunjukkan respons yang meluas
atau berkepanjangan terhadap relaksasi otot. Kejadian tanpa pemberian
relokasi otot, pasien tersebut menunjukkan insufisiensi pernapasan pasca
operasi membentuk reservoir neuromuskular yang tidak memadai.
Uji di samping tempat tidur sederhana membantu kemampuan mekanik
untuk berventilasi. Kapasitas vital yang dipaksakan 10-12 mm / kg dan
tekanan inspirasi lebih negatif dari -25 cm H2O menyiratkan yang aneh
dari otot ventilasi cukup untuk mempertahankan ventilasi. Elevasi kepala
yang berkelanjutan dalam posisi terlentang, tingkat tangan, kemampuan
untuk menggigit, menelan dan menjulurkan lidah mudah dinilai
parameternya. Langkah-langkah ini, bersama dengan taktil-dari empat dan
stimulasi rangsangan ganda, lebih tepat memprediksi kemampuan pasien
untuk mempertahankan ventilasi yang berkelanjutan.
6. Status Mental
SKOR ALDRETTE
00 - 1/2 -
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA
MATARAM
KEBIJAKAN tentang pedoman pelayanan anestesi dan bedah di RSUD Kota Mataram
PROSEDUR 1. Pasien pasca anestesi harus dipulihkan ke ruang pulih dan tidak boleh
ditinggal oleh pengawas medis sampai pulih sepenuhnya dari anestesi
dan sedasi.
2. Alat suction dan troli emergensi harus tersedia di dalam ruang pulih.
3. Setiap pasien pasca bedah diobservasi di ruang pulih dengan penilaian
secara periodik menggunakan Sistem Skor Aldrete.
4. Apabila dalam observasi di ruang pulih dan telah ditangani sesuai
prosedur tetapi pasien tidak memenuhi kriteria pulang / Aldrete maka
pasien tersebut harus dievaluasi kembali oleh DPJP Bedah dan atau
anestesi.
5. Hasil penilaian menjadi dasar untuk memutuskan apakah pasien perlu
rawat di ruang intensif.
6. DPJP menginformasikan mengenai rencana perawatan tersebut kepada
pasien dan keluarga pasien
7. Semua proses perioperatif yang mendasari perubahan rencana harus
terdokumentasi dan dimasukkan dalam rekam medis pasien.
Obyek Kriteria Nilai
Mampu menggerakkan empat ekstremitas 2
Aktivitas Mampu menggerakkan dua ekstremitas 1
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
Mampu nafas dalam dan batuk 2
Respirasi Sesak atau pernafasan terbatas 1
Henti nafas 0
Berubah sampai 20% dari pra bedah 2
Tekanan
Berubah 20% 50% dari pra bedah 1
darah Berubah > 50% dari pra bedah 0
Sadar baik dan orientasi baik 2
Kesadaran Sadar setelah dipanggil 1
Tak ada tanggapan terhadap rangsang 0
Kemerahan 2
Warna Pucat agak suram 1
Kulit Sianosis 0
Nilai Total
SKOR ALDRETTE
00 - 2/2 -
RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
KOTA MATARAM
a. Saat masuk.
PROSEDUR b. Lima belas menit setelah masuk
Nilai minimal untuk pengiriman pasien adalah 7 - 8 dengan catatan nilai
kesadaran boleh 1 dan aktivitas bisa 1 atau 0 sedangkan yang lainnya harus 2
1. Ruang operasi
UNIT TERKAIT
2. Ruang Pulih (RR)
Selain hal tersebut menurut Muda, 2015 hal yang perlu diperhatikan di ruang
recovery room adalah alat monitoring untuk memberikan penilaian terhadap
kondisi pasien, jenis peralatan diantaranya adalah oksigen, laringoskop, set
trakheostomi, peralatan bronkhial, keteter nasal, ventilator mekanik dan peralatan
suction, dan juga alat untuk memantau hemodinamika.
Di Ruang RR
Perawat RR1: baiklah saya terima pasien atas nama Tn. X post op
laparotomy apendixitis perforasi.
Perawat melakukan opservasi tiap 15 menit selama satu jam
pertama dan menghitung aldrete score pada 1 jam pertama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada pasien post operasi/post
anesthesia harus dilakukan observasi menggunakan aldrete score. Aldrete score
merupakan alat ukur yang sudah baku khusus untuk pasien post operasi/ post
anesthesia. Bukan hanya menggunakan aldrete score, sistem organ yang lain juga
harus diobservasi. Ruang observasi pada post operasi/ post anesthesia yaitu
Recovery Room.
3.2 Saran