Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum TK Barunawati Banjarmasin

1. Letak Geografis

TK Barunawati Banjarmasin adalah TK unggulan bagi orangtua

yang pernah anak-anaknya di didik di Taman Kanak-Kanak

Barunawati. TK Barunawati merupakan TK swasta dibawah naungan

PT. Pertamina dibangun pada 01 Desember 1965. TK Barunawati

sendiri beralamatkan di Jalan Dahlia, Gang Budaya No. 01, RT. 32

Banjarmasin, Kelurahan Telawang, Kecamatan Banjarmasin Barat,

Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. TK Barunawati ini

dibangun dengan luas lahan 2345 m2.

Sejarah perkembangan TK Barunawati ini mulai didirikan pada

tanggal 01 Desember 1965 dan mendapat izin operasi pada tanggal 22

Agustus 2011 dari DEPDIKNAS nomor operasi NO.

800/139/PAUDNI/DIPENDIK dan diresmikan kembali pada tanggal

02 Mei 2013 dan mendapat sertifikat akreditasi kualifikasi A.

54
55

Sebagai TK unggulan, tentunya TK Barunawati juga mempunyai

Visi dan Misi kedepannya. Adapun Visi TK Barunawati Banjarmasin

adalah meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini dan membentuk

manusia beriman, berakhlak mulia, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa budi pekerti yang luhur dan berprestasi. Sedangkan misi TK

Barunawati Banjarmasin yaitu TK Barunawati membentuk manusia

seutuhnya yang cerdas, jujur, gigih, disiplin dan sosial.

Sebagai Taman Kanak-Kanak swasta, TK Barunawati

Banjarmasin sendiri menyediakan ruangan belajar TK Nol Kecil dan

TK Nol Besar bagi para peserta didiknya, dilengkapi alat-alat

permainan seperti putaran, junggitan, balok dan kubus, puzzle, pasir

mainan, buku gambar, holahoop, alat musik tradisional, kereta-

keretaan kayu. TK Barunawati Banjarmasin ini memiliki 6 orang

tenaga pendidik diantaranya 2 orang guru PNS, 4 orang guru honorer

dan 1 orang penjaga sekolah.


56

2. Demografi

a. Karakteristik Berdasarkan Usia Responden

Karakteristik responden berdasarkan umur 4-6 tahun dapat dilihat

pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kategori Responden berdasarkan umur di TK


Barunawati Banjarmasin
Umur F Prosentase (%)

4 21 42,0

5 24 48,0

6 5 10,0

Total 50 100

Sumber data primer 2017

Dari tabel 4.1 dapat dilihat jika usia paling tinggi berada pada usia

5 tahun sebanyak 24 orang pada orang anak (48,0%) dan terendah

pada usia 6 tahun sebanyak 5 orang anak (10,0%). Berdasarkan

Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Pasal 4 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 27 Tahun 1990 menyatakan bahwa TK merupakan satuan

pendidikan pada jalur formal bagi anak usia 4 s.d 6 tahun. Selain

itu Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penerimaan

Siswa Pada Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah pasal 4 menyatakan

bahwa calon siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Ibtidaiyah (MI) adalah telah berusia 7 tahun sampai dengan 12

tahun wajib diterima dan telah berusia 6 tahun dapat diterima. Hal

inilah yang menyebabkan anak-anak yang berada di TK

Barunawati lebih banyak yang berusia 5 tahun dan paling sedikit 6


57

tahun karena ketika berada di TK anak-anak ada yang masuk

melalui nol kecil dan langsung nol besar sehingga pada saat

mereka akan melanjutkan ke SD mereka berusia minimal 6 tahun.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kategori Responden berdasarkan jenis kelamin di TK


Barunawati Banjarmasin
Jenis Kelamin F Prosentase (%)

Laki-laki 32 64,0
Perempuan 18 36,0

Jumlah 50 100
Sumber data primer 2017

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jenis kelamin paling tinggi di

TK Barunawati Banjarmasin adalah jenis kelamin laki-laki dengan

jumlah 32 orang anak (64,0%). Dari jumlah tesebut anak laki-laki

mendominasi di TK Barunawati Banjarmasin, hal ini penting bagi

orangtua dan guru untuk memperhatikan kebutuhan perkembangan

anak karena perkembangan anak perempuan dan laki-laki tidak

sama. Wiyani (2014) dalam Febriari (2015) menyatakan bahwa

jenis kelamin memiliki peranan penting dalam perkembangan

fisik-motorik dan psikis anak, dimana anak laki-laki memiliki

perkembangan motorik lebih kuat dari anak perempuan. Dengan

demikian, penting bagi orangtua untuk mengetahui dan

memberikan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai untuk

usia dan kebutuhan perkembangan anak.


58

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kategori Responden berdasarkan jenis kelamin di TK


Barunawati Banjarmasin
Pekerjaan Ibu F Prosentase (%)

IRT 50 100%

PNS 0 0

Total 50 100

Sumber data primer 2017

B. Hasil dan Pembahasan

1. Analisa Univariat

Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak peserta didik di TK

Barunawati Banjarmasin yang berjumlah 50 orang. Berikut adalah data

tentang responden dalam penelitian.

a. Gambaran Perkembangan Anak Sebelum Menggunakan

Permainan Origami

Perkembangan anaka sebelum menggunakan permainan origami

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat terlihat

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perkembangan Anak Sebelum Menggunakan Permainan


Origami
No Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
F % F %
1 Normal 5 20 4 16
2 Meragukan 5 20 6 24
3 Menyimpang 15 60 15 60
Total 25 100 25 100
Sumber data primer 2017
59

Berdasarkan data di atas untuk perkembangan anak sebelum

diberikan permainan origami pada kelompok eksperimen dan

kontrol paling tinggi terdapat pada kategori menyimpang masing-

masing sebanyak 15 orang anak (60,%) dan terendah pada kategori

normal sebanyal 5 orang anak (20%) pada kelompok eksperimen

dan 4 orang anak (16%) pada kelompok kontrol.

Pada kelompok intervensi masih terdapat anak yang

terkadang sulit untuk kooperatif, hal ini karena kurang kondusifnya

keadaan ketika penelitian, ruangan yang digabung dan hanya

dipisah dengan sekat kadang menyebabkan anak-anak bisa

mengunjungi teman dari luar kelompok eksperimen selain itu juga

dikarenakan sebagian orangtua menunggu anaknya bersekolah

diluar ruangan kelas sehingga terkadang anak mencari alasan untuk

keluar kelas mendatangi ibunya dan ada anak yang sedikit sulit

untuk didekati sehingga peneliti sulit mendapatkan data, ini

diakibatkan kurangnya stimulasi yang tepat diberikan oleh

orangtua pada anak sehingga anak sulit beradaptasi dengan

lingkungannya.

Banyak dijumpai masyarakat yang dominan kurang

memahami tentang permainan yang bersifat edukatif untuk anak

sehingga terkadang orangtua membelikan mainan untuk anak tanpa

mempedulikan manfaatnya terhadap perkembangan anak,

terkadang harga alat permainan yang dibelikan untuk anak tersebut

mahal, tidak sesuai umur anak. Dalam hal ini menunjukkan bahwa
60

orangtua harus lebih selektif dalam memilihkan Alat Permainan

Edukatif yang sesuai untuk anak. Penelitian Febriari (2015)

menyatakan bahwa stimulus Alat Permainan Edukatif efektif

terhadap perkembangan anak baik perkembangan motorik halus,

motorik kasar, personal sosial dan bahasa.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor

stimulasi permainan yang bersifat edukatif pada anak memiliki

peranan yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang

mendapatkan stimulasi lebih cepat berkembang dibanding anak

yang tidak/kurang mendapatkan stimulasi.

b. Gambaran Perkembangan Anak Sesudah Diberikan

Permainan Origami

Perkembangan anak sesudah menggunakan permainan origami

dapat terlihat sebagai berikut :

Tabel 4.5 Perkembangan Anak Sebelum Menggunakan Permainan


Origami
No Kategori Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
F % f %
1 Normal 20 80 6 24
2 Meragukan 4 16 12 48
3 Menyimpang 1 4 7 28
Total 25 anak 100 25 anak 100

Berdasarkan data di atas untuk perkembangan anak sesudah

diberikan permainan origami paling tinggi terdapat pada kategori

normal sebanyak 20 orang anak (80%) dan terendah pada kategori

menyimpang sebanyak 1 orang anak (4%) sedangkan pada

kelompok kontrol paling tinggi pada kategori meragukan sebanyak


61

12 orang anak (48%) dan paling rendah pada kategori normal

(28%).

Pada perkembangan motorik halus anak sesudah diberikan

permainan origami anak pada kelompok eksperimen menunjukkan

peningkatan yang cukup banyak dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang hanya mangalami sedikit peningkatan. Hal ini sesuai

dengan teori Pandiangan (2014) menyatakan bahwa origami

bermanfaat untuk melatih motorik halus pada anak sekaligus sarana

bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat; lewat

origami anak belajar membuat mainannya sendiri sehingga

menciptakan kepuasan perbandingan dengan mainan yang sudah jadi

dan beli di toko mainan; membentuk sesuatu dari origami perlu

melewati tahapan dan proses tahapan mengajarkan anak untuk tekun,

sabar, serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan;

belajar membaca diagram/gambar, berpikir matematis serta

perbandingan (proporsi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui

origami adalah suatu keuntungan lain dari mempelajari origami.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan origami adalah

salah satu permainan yang bersifat edukatif bagi anak usia 4-6 tahun

yang mampu untuk merangsang perkembangan motorik halus anak.


62

2. Analisa Bivariat

a. Perbedaan Efektivitas Permainan Origami Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Anak

Hasil yang didapatkan sebelum melihat keefektifan permainan

origami untuk perkembangan motorik halus anak sebelum dan

sesudah diberikan permainan origami adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah diberikan


intervensi permainan origami
Kelompok Rata- Rata-rata Rata-rata Hasil Wilcoxon
rata posttest peningkatan
pratest Z Sig.
Ekserimen 3,48 4,76 1,28 -4,053 0,00

Kontrol 3,48 3,92 0,44 -2,668 0,08

Pada tabel 4.6 didapatkan hasil kelompok eksperimen yang

menggunakan permainan origami pada rata-rata pretest 3,48 dan

hasil rata-rata posttest 4,76. Hal ini menunjukkan terjadi

peningkatan kemampuan perkembangan motorik halus anak yang

diberikan perlakuan permainan origami. Rata-rata peningkatan

adalah 1,28 setelah diberikan perlakuan permainan origami.

Pada kelompok eksperimen yang tidak diberi perlakuan

menggunakan permainan origami pada rata-rata pretest 3,48 dan

hasil rata-rata posttest 3,92. Hal ini menunjukkan peningkatan

kemampuan perkembangan motorik halus anak yang tidak

diberikan perlakuan permainan origami kurang signifikan dengan

rata-rata peningkatan adalah 0,44 setelah dilakukan posttest.


63

Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank

didapatkan nilai (2-tailed) pada kelompok eksperimen

menunjukkan hasil nilai (p value = 0,000) dengan ( = 0,05)

sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan hasil nilai (p

value = 0,08) dengan ( = 0,05) untuk kemampuan sebelum dan

sesudah ditest menggunakan lembar kuisioner KPSP.

Hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank

menunjukkan nilai Z kelompok eksperimen sebesar -4,053 dengan

nilai signifikansi (p value 0,000) < ( = 0,05) berarti perbedaan niai

rata-rata perkembangan anak pada kelompok eksperimen sebelum

dan sesudah diberikan intervensi menggunakan permainan origami.

Keterampilan perkembangan motorik haluss eorang anak

tidak akan berkembang dengan sendirinya melainkan perlu adanya

keterampilan yang harus dipelajari oleh anak. stimulasi dapat

diberikan dalam berbagai bentuk yang paling sederhana dan mudah

untuk dilakukan anak salah satunya adalah bermain. Hal ini sesuai

dengan pendapat Marmi dan Rahadjo (2014) dalam Febriari (2015)

yang menyatakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain

sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan

stress anak, media yang baik bagi anak untuk belajar mengenal

dunia sekitar kehidupannya, dan penting untuk meningkatkan

kesejahteraan mental serta sosial anak. Alat Permainan Edukatif

(APE) merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi


64

optimal pada perkembangan anak dimana APE dapat

mengembangkan kemampuanny.

Melalui bermain, anak memiliki kesempatan untuk

mengskpresikan sesuatu yang anak rasakan dan pikirkan. Anak

mempraktekkan keterampilan dan mendapatkan kepuasan dalam

bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Mellui

bermain anak dapat mengembangkan kemampuan motorik

halusnya. Hal ini didukung oleh pendapat Ridha (2014) cit Febriari

(2015) menyatakan bahwa Alat Permainan Edukatif adalah

permainan yang bersifat mendidik yang berfungsi mengoptimalkan

perkembangan anak, hal ini tentu disesuaikan dengan tingkat usia

dan perkembangannya. Anak yang mendapatkan banyak stimulasi

akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau

bahkan tidak mendapat stimulasi.

Bermain menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) pada

kelompok ksperimen mengajak anak utuk berpartisipasi dan

bergerak aktif dalam melipat kertas origami menggunakan

tangannya sendiri, memecahkan masalah menggunakan proses

berpikir, dan terbangunnya kemampuan keterampilan anak dalam

membuat origami dengan cepat dan rapi sehingga dengan

sendirinya akan meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan

permainan origami setelah dilakukan uji Wilcoxon Signed Rank di

dapatkan nilai Z sebear -2,668 dengan nilai signifikansi (p value


65

0,08) > ( = 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Herlina dkk

(2010) dalam Febriari (2015), yang menemukan sebagian besar

anak mengalami kegagalan perkembangan pada sektor personal

sosial dan motorik halus disebabkan orangtua jarang bahkan tidak

pernah mengajari anaknya. Hasil uji tersebut berarti bahwa Ha

diterima sehingga dapat diartikan bahwa adanya perbedaan

perkembangan motorik halus pada kelompok eksperimen dan

kontrol sebelum dan sesudah dilakukan test.

Media menggunakan Alat Permainan Edukatif tentunya

membutuhkan tuntunan pendampingan orangtua dalam

penggunaannya tentunya beberapa syarat harus dipenuhi dalam

menyediakan Alat Permainan Edukatif (APE) yaitu mainan harus

aman, mainan tidak terlalu besar dan berat, memiliki fungsi yang

jelas, dapat dimengerti oleh semua orang dan tidak mudah rusak

(Febriari, 2015). Menyediakan apermainan edukatif yang sesuai

salah satunya adalah origami akan melatih anak untuk membuat

sesuatumenggunakan proses berpikir, mampu meningkatkan

keterampilan, kerapian dan kesesuaian anak pada saat melipat

kertas, anak mampu mengenal warna, mengenal bentuk, melatih

konsentrasi, ketelitian, kesabaran, melatih koordinasi tangan,

melatih logika, dan memperkuat daya ingat.

Kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan permainan

origami berdampak perkembangan motorik halus anak menjadi

terhambat. Kurangnya pemberian stimulasi menggunakan media


66

bermain yang tidak sesuai dengan tahap perkembagan anak

dimaksudkan dapat menyebabkan mengecilnya jaringan otak pada

anak padahal bahwasanya pentingnya bagi orangtua untuk

mengerti tahapan perkembangan anak dan sedini mungkin

menstimulasi perkembangan motorik halus anaknya. Hal ini sesuai

dengan teori Nursalam (2007) bahwa pengorganisasian

penggunaan motorik halus adalah penggunaan sekelompok otot-

otot kecil yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Hasil perbedaan perkembangan anak kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diperlakukan

menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap

perkembangan anak usia 4-6 tahun dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.7 Perkembangan Anak Sebelum Menggunakan Permainan


Origami
Kelompok Rata- Rata- Rata-Rata Hasil Uji Mann Rata-Rata
Rata Rata Peningkatan Whitney Peningkatan
Pratest Posttest
Pre Post Pre Post

Eksperimen 3,48 4,76 0,055 0,000 29,24 34,16

Kontrol 3,48 3,92 21,76 16,84

Hasil uji statistik berdasarkan tabel 4.7 diatas dengan

menggunakan uji Mann-Whitney pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol untuk nila pretest didaatkan nilai sig. (2-tailed)

0,055 dan hasil akhir posttest didapatkan nilai sih. (2-tailed)

menunjukkan nilai (p= 0,000) dengan ( = 0,05). Hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa p < (0,000 < 0,05) maka Ha diterima


67

yang artinya permainan origami efektif terhadap perkembangan

motorik halus pada anak usia 4-6 tahun di TK Barunawati

Banjarmasin. Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari

kelompok kontrol.

Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan terdapat

perbedaan nilai kemampuan perkembangan responden untuk kedua

kelompok anak, hal ini dapat dilihat dari Mean rank pretest pada

kelompok eksperimen adalah 29,24 dan mean rank pretest pada

kelompok kotrol adalah 21,76 sedangkan mean rank posttest

kelompok eksperimen adalah 34,16 dan mean rank posttest

kelompok kontrol adalah 16,84. Hal ini disimpulkan bahwa

perlakuan permainan origami pada kelompok eksperimen lebih

efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi

perlakuan permainan origami.

Dalam penelitian ini, nilai rata-rata tertinggi dari kedua

kelompok yang sangat efektif perkembangannya adalah kelompok

eksperimen yang menggunakan permainan origami. Pemakaian

Alat Permainan Edukatif (APE) yang bersifat mendidik berfungsi

untuk mengoptimalkan perkembangan anak, hal ini tentunya

disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. Alat

permainan yang digunakan dalam permainan ini berupa origami.

Sumanto (2006) mengungkapkan origami adalah suatu permainan

dengan teknik berkarya seni/ kerajinan tangan yang umumnya

dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan aneka


68

bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi

lainnya. Alat Permainan Edukatif berupa origami membantu anak

elatih motorik halus pada anak sekaligus sarana bermain yang

aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat. Lewat origami

anak belajar membuat mainannya sendiri sehingga menciptakan

kepuasan perbandingan dengan mainan yang sudah jadi dan beli di

toko mainan. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati

tahapan dan proses tahapan mengajarkan anak untuk tekun, sabar,

serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan serta

belajar membaca diagram/gambar, berpikir matematis serta

perbandingan (proporsi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui

origami adalah suatu keuntungan lain dari mempelajari origami.

Pada kelompok eksperimen yang menggunakan permainan

origami membantu anak untuk lebih aktif dan antusias untuk

bermain. Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa responden

yang awalnya malu-malu untuk berbicara dan berinteraksi dengan

peneliti, menjadi aktif menggunakan anggota geraknya, dan mulai

dapat mengikuti perintah yang diminta oleh peneliti dan asistem

peneliti.

Menurut peneliti, hasil penelitian pada kelompok kontrol

kurang memuaskan, kondisi awal posttest masih ada anak yang

kurang aktif saat berinteraksi dengan peneliti dan tidak diberikan

perlakuan permainan origami. Beberapa hal tersebut mungkin


69

menyebabkan nilai posttest responden pada kelompok kontrol lebih

rendah dibandingkan kelompok eksperimen.

Penelitian ini menilai efektivitas permainan origami terhadap

perkembangan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun di TK

Barunawati Banjarmasin. Banyak dijumpai bahwa orangtua

dominan kurang memberikan stimulus untuk merangsang motorik

halus pada anak, orangtua cenderung lebih menyerahkan

bimbingan sepenuhnya anak kepada guru kadang tidak

memberikan bimbingan lebih kepada anak di rumah dan permainan

yang edukatif untuk anak. terkadang orangtua memberikan

permainan yang mahal tapi tidak sesuai usia anak ataupun

memberikan gadget yang lebih praktis bagi anak. hal ini

menunjukkan orangtua harus lebih selektif memilih jenis Alat

Permainan Edukatif (APE) sesuai dengan umur anak.

Perawat merupakan seorang tenaga kesehatan. Pendidikan

tumbuh kembang dan pengenalan Alat Permainan Edukatif dalam

keperawatan merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan

yang mandiri untuk membantu kelompok, ataupun masyarakat

terutama peran perawat sebagai educator. Perawat perlu

meningkatkan upaya pemeriksaan perkembangan anak tidak hanya

di rumah sakit ataupun pusat pelayanan kesehatan masyarakat saja,

tetapi juga di sekolah dan memberikan edukasi tambahan kepada

guru ataupun orangtua untuk menstimulasi anak-anak dengan hal

yang mudah dan sederhana seperti bermain menggunakan


70

permainan yang sesuai dengan usia anak, karena dengan diadakan

pemeriksaan perkembangan dan memberikan anak permainan yang

bersifat edukatif akan membantu mendeteksi dan mencegah sedini

mungkin adanya penyimpangan atau gangguan perkembangan pada

anak.
71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 19 Agustus

2017 tentang Efektivitas Permainan Origami terhadap Perkembangan

Motorik Halus Pada Anak Usia 4-6 Tahun di TK Barunawati Tahun 2017

peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Kemampuan motorik halus anak pada saat pretest kelompok kontrol

menunjukkan jumlah tertinggi terdapat pada kategori menyimpang

sebanyak 15 orang anak (60%) terendah kategori normal 4 orang anak

(16%) dan pada saat posttest menunjukkan jumlah tertinggi terdapat pada

kategori meragukan sebanyak 12 anak (48%) dan normal 6 anak (24%).

2. Kemampuan motorik halus anak pada saat pretest kelompok intervensi

menunjukkan jumlah tertinggi terdapat pada kategori menyimpang

sebanyak 15 anak (60%) dan pada saat posttest menunjukkan jumlah

tertinggi terdapat pada kategori normal sebanyak 20 anak (80%), normal

terendah pada kategori menyimpang 1 orang anak (4%).

3. Ada perbedaan efektivitas permainan origami untuk perkembangan

motorik halus pada kelompok intervensi ditunjukkan dengan hasil pretest

dan posttest bernilai signifikansi 0,000 yang menunjukkan bahwa

permainan origami efektif untuk perkembangan motorik halus dan

perkembangan motorik halus pada kelompok kontrol yang tidak diberi

perlakuan permainan origami tidak mengalami peningkatan yang


72

signifikan dengan bernilai signifikansi 0,08 pada anak usia 4-6 tahun di

TK Barunawati Banjarmasin.

B. Saran

1. Bagi STIKES

Bagi pendidikan diharapkan dapat memberikan dan menambah

wawasan lebih dalam lagi kepada peserta didik tentang pentingnya media

bermain bagi anak-anak yang sesuai dan mampu menstimulasi

perkembangan anak melalui mata kuliah Art Apreciation mengenai

pemberian stimulus melalui permainan edukatif origami, sehingga

mahasiswa mampu menerapkannya dalam keperawatan anak sebagai

edukator bagi kader-kader kesehatan di masyarakat dan keluarga, dalam

pengenalan cara penggunaan dan pemanfaatan permainan origami

ataupun Alat Permainan Edukatif lainnya.

2. Bagi Orangtua

Terkhusus bagi orangtua diharapkan dapat mengenal tahap

perkembangan anak dan menyediakan Alat Permainan Edukatif yang

sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan anaknya agar mampu

menstimulasi setiap aspek perkembangan anak agar bermanfaat bagi

kehidupan anak selanjutnya. Serta diharapkan agar orangtua mampu

berperan aktif untuk menstimulasi perkembangan anak menggunakan

Alat Permainan Edukatif tanpa harus menggunakan mainan yang mahal

dalam setiap aktivitas bermain anak serta mampu memberikan dorongan


73

dan motivasi bagi anak agar mampu berkembang secara lebih terarah dan

berkembang sesuai dengan harapan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Bagi tempat penelitian diharapkan agar dapat menerapkan

permainan origami di sekolah sebagai salah satu Alat Permainan Edukatif

bagi anak- ketika berada di sekolah dan menerapkannya pada proses

pembelajaran dan menjadikan origami sebagai salah satu permainan di

sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang

perkembangan anak secara lebih mendalam lagi dari sisi motorik halus,

kasar, sosial dan bahasa menggunakan Alat Permainan Edukatif lainnya

di waktu dan tempat yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai