Anda di halaman 1dari 13

Farm Land: Rekayasa Pertanian Diatas Laut Dengan Pemanfaatan Triple

Nanofilter Teknologi sebagai Solusi Ketahanan Pangan Indonesia 2045

BIDANG KEGIATAN:

PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh:

Nama NPM Angkatan


Irwantha Sihombing 150510150187 2015
Irwan Suswanto 150510150019 2015
Eka Permana Putra 150510150018 2015

Universitas Padjadjaran

Sumedang

2017
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


DAFTAR ISI.ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3. Tujuan Program .............................................................................................2
1.4. Manfaat Program ...........................................................................................2
BAB II GAGASAN .................................................................................................3
2.1. Kondisi Kekinian ...........................................................................................3
2.2. Solusi Yang Pernah Ditawarkan ....................................................................3
2.3. Gagasan Yang Ditawarkan ............................................................................4
2.4. Bentuk Farm Land ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.5. Pihak-Pihak Yang Mempertimbangkan ........................................................6
2.6. Langkah-Langkah Strategis ...........................................................................7
2.6.1. Kegiatan Survei......................................................................................7
2.6.2. Instalasi Tempat .....................................................................................8
2.6.3. Instalasi Alat Disenalisasi dan Panel Surya ............................................8
2.6.4. Instalasi Hidroponik Sumbu ...................................................................8
2.6.5. Pemberian Bantuan Agroinput................................................................8
2.6.6. Penyuluhan..............................................................................................8
2.6.7. Evaluasi dan Pengawasan .......................................................................8
BAB III KESIMPULAN .........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.11

LAMPIRAN12

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Triple Nanofilter Teknologi ................. Error! Bookmark not defined.


Gambar 2. Desain Awal Sistem Sumbu yang Sederhana ........................................6
Gambar 3. Bentuk Farm Land dari atas....6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan pangan merupakan isu penting yang hangat dibicarakan,


bukan hanya oleh masyarakat Indonesia, namun juga masyarakat dunia,
mengingat jumlah penduduk di dunia yang semakin meningkat. Di Indonesia
sendiri pangan menjadi masalah serius karena permintaannya terus meningkat
setiap tahun. Ketersediaan pangan di Indonesia yang tidak sesuai dengan
permintaan membuat pemerintah harus melakukan impor bahan pangan.
Ketersediaan pangan yang tidak sesuai dengan permintaan masyarakat tersebut
diakibatkan oleh beberapa hal, produksi yang tidak memenuhi standar, tanaman
terserang hama dan penyakit, atau faktor lahan yang semakin berkurang di
Indonesia. Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Arif Satria
yang juga Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia mengatakan
ada setidaknya 50.000 hingga 100.000 hektare lahan sawah yang hilang setiap
tahunnya, baik karena beralih fungsi maupun yang tidak lagi tergarap oleh petani
karena regenerasi petani yang hampir mandek (Dwi, 2016)

Sementara itu, beras menjadi pangan yang paling penting di Indonesia


karena mayoritas penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan
pokok, sehingga semakin lama kebutuhan beras yang berasal dari padi akan
semakin meningkat. Menurut Sofyan, jumlah kebutuhan beras di Indonesia sendiri
rata-rata 114kg/tahun. Sedangkan, berdasarkan data sensus penduduk 2014,
penduduk kita berjumlah 244.814,90 jiwa, sedangkan kebutuhan konsumsi
perkapita antara 109 - 140 kg per tahun. dari data ini diperoleh kebutuhan beras
nasional per tahun adalah 34.274,086 ton beras/tahun (Maharani, 2015). Dengan
banyaknya kebutuhan tersebut dapat dipastikan pada tahun 2050 dengan
pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan berkurangnya
jumlah lahan di Indonesia dapat menyebabkan krisis bahan pangan, sehingga
dibutuhkan suatu konsep produksi yang efektif untuk menjaga ketersediaan
pangan masyarakat.

Konsep yang kami tawarkan adalah konsep inovasi dari lahan pertanian
yang diintegrasikan dengan pemanfaatan nanofilter technology, sehingga daerah
perairan khususnya lautan di Indonesia tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai
mata pencaharian tetapi dapat diefisiensikan sebagai media untuk meningkatkan
produksi pertanian masa depan untuk mendukung program ketahanan pangan di
tahun 2045. Kekurangan dari konsep ini adalah membutuhkan energi listrik yang
lumayan besar, tetapi kami mengatasi kekurangan ini dengan menggunakan panel
surya sebagai energi yang digunakan sehingga lebih hemat dan berkelanjutan.

1
1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan kebutuhan pangan dan lahan pertanian menjadi masalah


utama di Indonesia, dimana kebutuhan pangan meningkat tetapi lahan pertanian
berkurang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia.
Masyakarat terutama petani memerlukan lahan yang baru untuk bertani tetapi
meminimalisir adanya alih fungsi lahan terutama area hijau. Tidak dapat
dipungkiri, Indonesia juga merupakan daerah dengan perairan yang luas, maka
dari itu dengan memanfaatkan area perairan terutama laut, kita dapat
memanfaatkannya sebagai daerah pertanian sehingga efektif dan meminimalisir
kerusakan lahan yang diakibatkan oleh pembukaan area pertanian baru.

1.3. Tujuan Program

Tujuan dari program ini tentunya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
mendukung program pemerintah untuk ketahanan pangan dan swasembada
pangan. Selain itu, untuk memaksimalkan penggunaan daerah perairan di
Indonesia yang belum dimanfaatkan secara efisien dan maksimal.

1.4. Manfaat Program

Manfaat dari PKM-GT ini yaitu memberikan konsep dan sistem pertanian
yang dapat menjadi solusi permasalahan kebutuhan pangan, yang nantinya dengan
bantuan pemerintah dan pihak-pihak lain konsep ini dapat direalisasikan menjadi
teknologi yang inovatif untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2
BAB II
GAGASAN

2.1. Kondisi Kekinian

Dua dekade lalu, Indonesia pernah merasakan nikmatnya swasembada


pangan, namun masa-masa keemasan itu perlahan pudar. Dan kini tidak jarang
Indonesia yang sebagai negara agraris, harus mengimpor bahan pangan dari
negara-negara lain. Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami masa
swasembada pangan, khusunya beras pada dekade 1980 an. bahkan saat itu,
organisasi pangan dunia, FAO memberikan penghargaan istimewa kepada
pemerintah atas prestasi luar biasa ini (BBC, 2009). Namun, bertahun-tahun
sesudah itu prestasi swasembada pangan nampaknya sulit terulang bahkan tidak
jarang Indonesia harus mengimpor beras dari negara tetangga, misalnya Thailand
dan Vietnam.

Salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia tidak bisa lagi


berswasembada pangan karena semakin minimnya lahan pertanian dan
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang terjadi secara cepat. Kondisi
seperti ini tentunya lama-lama akan menimbulkan dampak negatif terhadap
kemajuan bangsa Indonesia. Kita ketahui, bahwa dengan minimnya lahan dan
semakin bertambahnya jumlah penduduk dapat menyebabkan masyarakat
Indonesia lama kelamaan akan kekurangan bahan pokok terutama bahan pangan.
Terlebih lagi di era ini, banyak lahan pertanian yang di alih fungsikan menjadi
industri dan bangunan.

Berdasarkan hitungan dari Kadin Indonesia, penduduk Indonesia akan


mencapai 300 juta jiwa pada 2030 atau mengalami kenaikan sebanyak 60 juta
jiwa dalam kurun waktu 16 tahun (Sahrasad, 2015). Maka dari itu, dengan asumsi
konsumsi beras 130 kg per kapita per tahun, maka akan diperlukan tambahan
beras sekitar 7,8 juta ton beras. Dengan kebutuhan yang sebesar itu luas lahan
pertanian di Indonesia luas lahan pertanian sekitar 39,5 juta Ha. Dapat diprediksi
dengan kondisi seperti itu, kedepannya Indonesia akan mengalami impor besar-
besaran dilihat dari kondisi produksi bahan pangan pada saat ini.

2.2. Solusi Yang Pernah Ditawarkan

1. Pada tanggal 3-7 Desember 2013, di Bali pernah berlangsung


Konferensi Tingkat Menteri yang tergabung dalam WTO tentang
ketahanan pangan. Namun demikian, Konferensi ini belum memberikan
kontribusi besar kepada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
untuk mempertahankan subsidi pangan, sekalipun pada kisaran 10%
(Mulya, 2014).

3
2. Menerbitkan peraturan tentang penggunaan konversi lahan pertanian
yakni pada Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2011 Tentang Alih Fungsi
Lahan Pertanian Berkelanjutan

3. Impor-impor produk pertanian (pangan dan hortikultura) saat produksi


dalam negeri menurut dan subsidi dengan membeli hasil panen saat
melimpahnya produksi

2.3. Gagasan Yang Ditawarkan

Dalam mangatasi persoalan lahan pertanian yang semakin berkurang dan


mewujudkan program ketahanan pangan dan swasembada pangan di Indonesia,
kami menawarkan gagasan Farm Land ini karena keunggulannya di banyak sisi,
pertama tidak memanfaatkan daratan sebagai lahannya sehingga Farm Land ini
sesuai dengan keadaan Indonesia yang memiliki perairan yang luas, hemat energi
dalam penggunaannya, dapat memproduksi hasil pertanian dengan kualitas dan
kuantitas yang baik, biayanya tidak mahal, dan juga memiliki nilai estetika
(Gambar 1).

Gambar 4. Sketsa Farm Land (Sumber: http://sinovoltaics.com/wp-


content/uploads/2015/08/Floating-solar-powered-farm.jpg)

Farm Land terfokus pada tanaman hortikultura dan tanaman pangan,


karena tanaman hortikultura dan tanaman pangan waktu panennya tidak lama dan
penanamannya tidak terlalu sulit, selain itu tanaman pangan dan hortikultura tidak
memakan tempat yang luas dan perawatan yang tidak rumit cenderung sederhana.

Farm Land ini terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Triple Nanofilter Teknologi

Nanofiter Technologi adalah teknologi proses filtrasi membran yang relatif


baru yang sering digunakan pada air yang mengandung total padatan
terlarut rendah seperti air permukaan dan air tanah yang segar (Nur, 2013).
Tujuannya adalah untuk merubah air laut menjadi air tawar, sehingga

4
dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman dan kebutuhan warga sekitar.
Pada nano filter technology terdapat 3 filter atau yang disebut triple nano
filter yani filter kotoran, filter garam, filter ion/kation dengan filter 0,0001
micron (5000 kali lebih kecil dari sehelai rambut) sehingga dapat
dipastikan akan mencapai kemurnian hingga 99,99 % dan masih
mengandung mineral baik bagi tubuh. Air yang telah di hasilkan pada
triple nano filter akan disalurkan pada UV light system untuk membunuh
bakteri-bakteri dan virus yang masih menempel pada air sehingga terbebas
dari kandungan logam berbahaya yang terkandung dalam air sebelumnya,
terbebas dari pencemaran kimia, bakteri, virus dan bahan karsinogenik
(bahan penyebab kanker) seperti pada ilustrasi Gambar 1.

Gambar 2. Ilustrasi Nano Filter Technologi

Setelah air laut diolah oleh Nanofilter teknologi, air kemudian disalurkan
ke tanaman sebagai nutrisi untuk tanamannya. Air yang telah diolah juga
dapat di salurkan ke rumah-rumah warga disekitar pantai, sehingga dapat
memasok kebutuhan air untuk kebutuhan warga. Skema dari sistem ini
dapat dilihat pada Gambar 2.

Proses yang terjadi

Air Masuk pretreatment pressurizati separati Past treatment


on on stabilization

Tanaman Air dialirkan Tangki


mendapatkan lewat pipa penampung
air

Air dialirkan
kerumah
warga
5
Gambar 3. Skema Pengelolaan Air Laut

b. Hidroponik Sistem Sumbu (wick system hidroponic)

Hidroponik sistem sumbu merupakan sistem menggunakan media air yang


perawatannya sangat mudah, murah, dan sederhana. Keunggulan sistem
sumbu ini antara lain:

Dengan budget minimal dapat menghasilkan tanaman dengan


kualitas yang baik, juga mengurangi biaya yang dikeluarkan karena
alat desalinasi memiliki harga cukup tinggi
Tempat yang digunakan Fleksibel yang artinya dapat memiliki
kuantitas yang banyak karena pada tempat kecil pun
memungkinkan menanam tanaman dengan jumlah banyak
Mengutamakan prinsip 3R (Reuse, Recycle Reduce), yang artinya
telah memberikan andil besar dalam pengelolaan limbah
lingkungan
Dapat ditata dengan keindahan jadi tidak hanya bernilai guna tetapi
bernilai estetika

Berikut ini adalah gambaran desain awal sistem sumbu yang sangat
sederhana. Yang terdiri dari penampung air dan nutrisi untuk tanaman,
juga sistem perakaran tanamannya. Sumbu yang digunakan terbuat dari
wol, karena wol merupakan bahan yang dapat menyerap cairan dalam
jumlah banyak dan mengeluarkannya sedikit demi sedikit sehingga air dan
nutrisi yang digunakan diserap tanaman dengan baik, cukup, dan tidak
berlebih.

Gambar 4. Desain Awal Sistem Sumbu yang Sederhana

2.5. Pihak-Pihak Yang Mempertimbangkan

1. Pemerintah dan Kementrian Pertanian

6
Peranan pemerintah dalam hal mengembangkan gagasan ini mengenai
bagaimana cara mempertahankan kedaulatan pangan itu, seperti halnya dengan
membuatnya kebijakan berdasarkan inpres No. 8 tahun 2011, Pemerintah juga
diharapkan mampu memberikan dukungan finansial untuk pembangunan
infrastruktur pertanian berupa pemanfaatan benih unggul, penyediaan pupuk, dan
obat-obatan hingga pengolahan lahan pertanian dapat terealisasi dengan baik.

Kementrian pertanian dalam hal ini yaitu berperan dalam mengevaluasi


dan membantu pengawasan dari sistem pertanian tersebut, sehingga sistem
tersebut jika ada kendala dapat segera diatasi permasalahannya. Kementrian
pertanian juga harus mengadakan penyuluhan kepada petani dan masyarakat yang
fungsinya sebagai sumber daya manusia untuk mengontrol sistem tersebut.

2. Lembaga Penelitian

Lembaga penelitian berperan untuk riset pengembangan konsep pertanian


yang mengacu pada pemanfaatan daerah perairan yang dapat dipergunakan
sebagai tempat untuk memproduksi produk pertanian seperti halnya membuat riset
mengenai mekanisasi hidroponik yang lebih tertata dan terkontrol sehingga
kedepannya konsep ini lebih berkembang dan inovatif.

3. Petani dan Masyarakat

Petani dan Masyarakat nantinya berperan sebagai sumber daya manusia


untuk menjalankan sistem ini, karena meskipun sudah dibilang otomatis tetapi
dalam pembibitan dan pada proses transplanting nya membutuhkan sumber daya
manusia. Pada proses instalasi alat disenalisasi juga dibutuhkan sumber daya
manusia yang kompeten di bidangnya .

4. Mahasiswa

Adapun peranan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam


mengembangkan gagasan ini adalah dengan mencintai dan peduli pada pertanian
Indonesia, ikut andil dalam penyuluhan kepada petani setempat, menggali
wawasan dengan sedalam-dalamnya mengenai usaha pertanian dengan berbagai
inovasi baru.

2.6. Langkah-Langkah Strategis

Langkah langkah strategis diperlukan untuk mewujudkan gagasan yang


telah diajukan. Dalam langkah langkah strategis, diperlukan pemikiran dan
perencanaan yang efektif agar mampu menunjang pewujudan dari gagasan
tersebut. Berikut adalah langkah -langkah strategis yang perlu dilakukan.

2.6.1. Kegiatan Survei

7
Kegiatan Survei dilakukan untuk menentukan lokasi yang pantas
dan cocok untuk pemasangan instalasi, lokasi yang paling cocok adalah
pada kondisi laut yang jarang digunakan sebagai area arus transportasi dan
area zona teritorial.

2.6.2. Instalasi Tempat

Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal instalasi, karena


tempatnya berada diatas laut maka diperlukan kegiatan instalasi tempat
agar tempat untuk pelaksanaan Farm Land ini kokoh dan tidak tergoncang
ketika ada goncangan dari ombak dan gempa.

2.6.3. Instalasi Alat dan Panel Surya

Instalasi ini dilakukan untuk menyaring garam-garam dari air laut


yang diambil, yang nantinya air yang telah disaring dapat dipergunakan
sebagai nutrisi untuk tanaman. Panel surya digunakan sebagai energi yang
dipakai alat disenalisasi agar lebih hemat dan berkelanjutan.

2.6.4. Instalasi Hidroponik Sumbu

Instalasi ini dilakukan sebagai langkah lanjutan. Hidroponik sumbu


nantinya sebagai sistem penanaman yang dilakukan. Hidroponik sumbu ini
akan dipakai sebagai lingkungan baru bagi tanaman yang di transplanting.

2.6.5. Pemberian Bantuan Agroinput

Bantuan ini berupa benih unggul, pupuk cair, dan media tanam
yang disediakan dengan bantuan pemerintah.

2.6.6. Penyuluhan

Penyuluhan ini dipergunakan agar sumber daya manusia yang


melakukan prosesnya paham mengenai alur dan tahap-tahapannya dalam
produksi pertanian pada sistem ini.

2.6.7. Evaluasi dan Pengawasan

Evaluasi dilakukan untuk melihat hasil produksi pertanian dari


Farm Land dan melihat kelemahan-kelemahannya dari berbagai sisi
sementara pengawasan dilakukan untuk meninjau alat-alat yang
digunakan, sehingga saat terjadi masalah atau error dapat segera
diperbaiki.

8
BAB III
KESIMPULAN

Kebutuhan pangan manusia akan terus mengalami peningkatan dan


berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, terutama
Indonesia. Ketersediaan pangan di Indonesia yang masih kurang dan belum bisa
memenuhi kebutuhan penduduk sudah menjadi masalah yang tidak terelakkan
bagi pemerintah Indonesia. Sehingga membuat pemerintah mau tidak mau harus
melakukan impor bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk.

Untuk menghadapi tahun 2045 yang dipediksi akan mengalami krisis


pangan, perlu adanya persiapan untuk menghadapi masalah tersebut. Sehingga
dibutuhkan suatu konsep produksi yang efektif untuk menjaga ketersediaan
pangan masyarakat. Untuk memproduksi bahan pangan tentunya membutuhkan
lahan pertanian yang tidak sedikit. Namun, mengingat lahan pertanian di daratan
semakin sempit, ada suatu konsep dan inovasi untuk memanfaatkan wilayah
perairan yang luas di Indonesia sebagai lahan pertanian bagi tanaman pangan dan
hortikultura. Konsep ini bernama Farm Land.

Konsep Farm Land ini adalah konsep inovasi dari lahan pertanian yang
diintegrasikan dengan pemanfaatan hidroponik sumbu dan proses filtrasi,
sehingga daerah perairan khususnya lautan di Indonesia tidak hanya dapat
dimanfaatkan sebagai mata pencaharian tetapi dapat diefisiensikan sebagai media
untuk meningkatkan produksi pertanian masa depan untuk mendukung program
ketahanan pangan di tahun 2045. Farm Land ini terdiri dari dua bagian yaitu,
triple nanofilter teknologi dan hidroponik sistem sumbu. Lalu, untuk
penerapannya membutuhkan pertimbangan dari berbagai pihak diantaranya
pemerintah dan kementrian pertanian, lembaga penelitian, petani, masyarakat, dan
mahasiswa.

Dengan adanya gagasan Farm Land ini diharapkan dapat menjadi solusi
yang efektif bagi lahan pertanian di Indonesia yang semakin sedikit. Selain itu,
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan mendukung program pemerintah untuk
ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2045.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asfiansyah, Azzam. 2014a. Peran Kelompok Tani terhadap Usaha Peningkatan


Pendapatan Anggota Melalui Program Kemitraan. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Brawijaya. Malang.

Dwi, Kismi. 100.000 Hektare Lahan Pertanian Menyusut Setiap Tahun. 13 Juni
2016 (http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/06/13/100000-hektare-
lahan-pertanian-menyusut-setiap-tahun-371703 diakses tanggal 29 Januari
2017)

Fadila, Annisa. Swasembada Pangan. 2 Januari 2017


(http://www.academia.edu/19859345/Swasembada_pangan_2017 diakses
tanggal 28 Januari 2017)

Nainggolan, K. 2009. Isu-isu Kemiskinan dan Penguatan Ketahanan Pangan


dalam Mengatasi Krisis

Norman Uphhof. 1986. hal. 8. Uphoff, Norman. 1986. Local Institutional


Development: An Analytical Sourcebook With Cases. Kumarian Press.

Rachman, Rinaldi. 2013. DESALINASI AIR LAUT: dari air garam menjadi air
bersih layak minum. King Abdullah University of Science and Technology.
Kaust

10

Anda mungkin juga menyukai