Anda di halaman 1dari 4

NAMA COASS : Hillary Rosdiani

NIM : 22010116220370

EFEK PEMBERIAN KORTIKOSTEROID

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Edema, hipokalemic alkalosis, hipertensi,


Hiperglikemia.
2. Infeksi
Bisa mengaktifasi infeksi laten. Pada penderita-penderita dengan infeksi pemberian
glukokortikoid hanya diberikan bila sangat dibutuhkan dan harus dengan perlindungan pemberian
antibiotika yang cukup.
3. Myopati
Terjadi karena pemecahan protein otot-otot rangka yang dipakai sebagai substrat pembentukan
glukosa. Miopati ini ditandai dengan kelemahan otot-otot bagian proksimal tangan dan kaki. Pada
penderita asma bronchiale dengan pemakaian khronis glukokortikoid dapat keadaan ini dapat
memperburuk keadaan bila kelemahan terjadi pada otot pernafasan
4. Perubahan tingkah laku Gejala yang bisa timbul bervariasi : nervous, insomnia, euphoria,
psychosis
5. Gangguan Mata
Katarak: Efek glukokortikoid terhadap terjadinya cataract ini parallel dengan dosis dan lama
pemberian dan proses dapat terus berlangsung meskipun dosis sudah dikurangi atau dihentikan
Glaucoma
6. Ostoporosis
Osteoporosis dan fraktura kompressif sering terjadi pada penderita-penderita yang mendapat terapi
glukokortikoid dalam jangka lama, terutama terjadi pada tulang dengan struktur trabeculae yang
luas seperti tulang iga dan vertebra.
7. Osteonecrosis
Terjadi necrosis aseptic tulang sesudah pemakaian glukokortikoid yang lama meskipun
osteonecrosis juga dilaporkan terjadi pada pemberian jangka pendek dengan dosis besar.
Osteonecrosis sering terjadi pada caput femoris
8. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan pada anak bisa terjadi dengan dosis yang relatif kecil. Mekanisme yang
pasti dari gangguan pertumbuhan ini belum diketahui. Pemberian glukokortikoid antenatal pada
binatang percobaan menyebabkan terjadinya cleft palate dan gangguan tingkah laku yang
kompleks. Glukokortikoid jenis yang fluorinated ( dexamethasone, betamethasone,
beclomethasone, triamcinolone ) dapat menembus barier placenta, oleh karena itu walaupun
pemberian gluko kortikoid antenatal dapat membantu pematangan paru dan mencegah RDS namun
kita tetap harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan/ perkembangan
janin.
INDIKASI PEMBERIAN TRANSFUSI ALBUMIN DAN VIPALBUMIN

Berdasarkan bukti klinis yang telah ada, pemberian albumin tambahan dapat digunakan pada saat
kondisi akut, terutama untuk menjaga sirkulasi dan saat terjadinya penurunan serum albumin.
Albumin juga digunakan dalam semua kasus di mana ada kontraindikasi terhadap penggunaan
koloid non-protein.
Indikasi pemberian transfusi albumin pada kasus sindrom nefrotik adalah pada pasien dengan
kadar albumin serum < 2 g/dL dengan hipovolemia dan/atau edema pulmonal.
Kapsul Vip Albumin adalah kapsul yang mengandung 500 mg ekstrak ikan gabus
(Ophiocephalus stratus ). Kapsul ini diproduksi dan disediakan oleh PT. Royal Medicalink
Pharmalab. Albumin, asam amino dan mineral yang terkandung dalam Vip Albumin berfungsi
untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid kapiler dan meningkatkan kekebalan tubuh secara
alamiah. Penurunan kadar albumin sering disertai dengan edema, ditemukan pada pasien kritis,
luka bakar, post operatif, pre-eklampsia maupun penyakit kronis (hati, ginjal, paru-paru, kencing
manis/luka dekubitus dan ODHA). Berdasarkan uji klinik, kapsul ini dapat digunakan sebagai
protein alternatif sumber albumin untuk mengatasi hal diatas.
Dosis Vip albumin adalah 3x2 kapsul/hari. Pada keadaan hipoalbuminemia, pasca operasi
dan luka bakar diberikan 3x4 kapsul/hari. Sebagai suplemen dapat dikonsumsi 1x1 kapsul/hari.

REFERENSI:
ARLANBI NP. 2014. PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS
TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN
SINDROM NEFROTIK. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
: SEMARANG.
AZIS AL. 2013. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID DI KLINIK. DIVISI GAWAT
DARURAT SMF ILMU KESEHATAN ANAK FK UNAIR : SURABAYA.
LIUMBRUNO, G. 2009. RECOMMENDATIONS FOR THE USE OF ALBUMIN AND
IMMUNOGLOBULINS. ITALIAN SOCIETY OF TRANSFUSION MEDICINE AND
IMMUNOHAEMATOLOGY (SIMTI).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2719274/pdf/blt-07-216.pdf

Anda mungkin juga menyukai