Anda di halaman 1dari 11

1

MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang atau pemimpin, untuk

mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-keinginannya dalam suatu

keadaan tertentu (Lestary, 2013). Gaya kepemimpinan (leadership style) yang

merupakan pola tingkah laku seorang pemimpin dalam proses mengarahkan dan

mempengaruhi pekerja/tim dalam organisasi/komunitas, merupakan bagian

keahlian yang cukup berpengaruh mempengaruhi tercapainya tujuan (Jatmiko,

2013). Gaya kepemimpinan juga merupakan seni seorang pemimpin

mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara

produktif untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2008).

Menurut Handayani (2010) kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan

suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam

mencapai tujuan. Hubungan satu orang yakni mempengaruhi pihak lain untuk

bekerja secara sukarela mengerjakan tuas-tugas untuk mencapai hal yang

diinginkan. Cara mempengaruhi orang atau kelompok ini dapat dilakukan dengan

menyentuh kepentingan emosional orang tersebut. Selain itu, kita harus tahu jelas

keuntungan dan manfaat apa yang akan ditawarkan sebagai opsi atau pertukaran

tindakan orang tersebut dengan permintaan kita (Johanes, 2009).

Contoh pemimpin yang dapat dijadikan teladan adalah bahwa Rasulullah

SAW. Dalam konsep kepemimpinan Rasulullah, menurut Rahim (2012)

menyatakan bahwa keteladanan adalah hal penting dalam kepemimpinan. Bahkan


2

berbagai teori-teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para guru leadership

ditemukan pada pribadi dan kepemimpinan Muhammad SAW (Safitri et al.,

2013).

2. Tugas Rasulullah Membangun Masyarakat

a) Masyarakat dekat dengan Tuhan

Masyarakat madani yang dekat dengan Tuhannya ditunjukkan dengan rajin

beribadah, terutama dalam ajaran islam mengajarkan untuk taat dalam beribadah,

terutama sholat dan mengamalkan Al-Quran. Shalat merupakan tata cara

mengingat Allah secara khusus di samping akan menghindari pelakunya dari

berbagai perbuatan tercela, shalat juga bisa menjadikan kehidupan ini tentram

(Maharudin, 2011). Penerapan Al-Quran dan hadis dalam hidup sehari-hari akan

membentuk pribadi yang mulia dengan sikap berlaku adil, pribadi yang syukur,

dan pribadi yang taqwa (Mohaemin, 2008). Sebagaimana firmannya dalam Surah

al-Maidah ayat 3 : Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan

telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai

agamamu. (QS. Al-Maidah [5] : 3).

Tujuan dari sholat yaitu mengharapkan keridhaan dan pahala dari Allah

SWT agar kelak dapat masuk surga dan terhindar dari api neraka yang sangat

panas (Ramadhani, 2012). Selain sholat, berpuasa juga mencerminkan seseorang

taat dalam menjalankan perintah-Nya. Berpuasa merupakan bentuk ketaqwaan

dalam diri seseorang muslim dalam menjaga hubungannya dengan Allah SWT

demi menjaga agama dalam dirinya. Oleh karena itu puasa merupakan hal yang

penting untuk menjaga agama dengan baik (Ghani, 2012).


3

Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa, keberadaan pemimpin yang adil

dan rajin beribadah sangat dibutuhkan, karena pemimpin yang adil itulah yang

bisa membawa kehidupan masyarakat menjadi aman dan sejahtera. Karena itu,

Allah Swt sangat cinta kepada pemimpin yang adil sehingga dalam kehidupan

akhirat nanti dia memiliki tempat yang dekat dengan-Nya. Dalam satu hadits,

Rasulullah saw. Bersabda : Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah

Taala pada hari Kiamat dan tempat duduk mereka dekat dengan.Nya adalah

imam (pemimpin) yang adil. (HR Tirmdizi) (Yani, 2007).

b) Sejahtera

Kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, keberadaan pemimpin

yang adil sangat dibutuhkan, karena pemimpin yang adil itulah yang bisa

membawa kehidupan masyarakat menjadi aman dan sejahtera (Sudrajat, 2010).

Bentuk masyarakat madani adalah suatu komunitas msyarakat yang memiliki

kemandirian aktivitas warga masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan

potensi budaya, adat istiadat serta agama (Salaky, 2008).

Masyarakat madani mencerminkan suatu masyarakat yang sejahtera dan

berkeadilan. Beberapa parameter masyarakat madani adalah tingkat pembangunan

manusia, tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat harapan hidup, dan tingkat

kesejahteraan (Nafidzan, 2014). Pencapaian masyarakat yang sejahtera ditentukan

oleh pola kepemimpinan terhdap kaumnya. Pemimpin yang baik akan adil dan

tidak pandang bulu terhadap masyarakatnya dan mengutamkan kesejahteraan

rakyatnya dibandingkan kepentingan pribadinya (Lestary, 2013).


4

Khalifah memiliki tugas dalam mensejahterakan rakyatnya seperti halnya

tercermin dengan tugas pancasila dan UUD 1945. Pancasila bersifat universal

berlaku tidak terbatas pada ruang dan waktu yang tercermin dalam isi sila-sila

Pancasila, ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan

(Handayani, 2010). Pancasila sebagai ideologi nasional telah diyakini

kebenarannya mampu untuk menggerakkan bangsa untuk mewujudkan cita-cita

seperti yang tercantum dalam alinea IV UUD 1945, untuk membangun bangsa,

dan untuk mempertahankan NKRI serta untuk mensejahterakan rakyat (Sudrajat,

2010).

Masyarakat madani pertama kali dipopulerkan oleh Mohammad An-

Nuqaib Al-Attas. Madani yang secara etimologi mempunyai dua arti: pertama,

masyarakat kota dan yang kedua adalah masyarakat yang beradab (masyarakat

tamaddun) (Shalih, 2009). Rasulullah telah menjadikan Madinah menjadi kota

yang madani, karena sebelumnya Madinah terkenal dengan aliran kepercayaan

yang ada di dalamnya. Dalam hal ini, Rasulullah berhasil membentuk masyarakat

yang menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan

iman, ilmu dan peradaban (Al-Mabarkafuri, 2008). Cara Nabi membangun

masyarakat madani adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan Aqidah

Aqidah adalah bentuk dari kata aqoda, yaqidu, aqdan-aqidatan

yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh (Maharudin,

2011). Secara umum, aqidah dalam Islam berarti perjanjian teguh manusia

dengan Allah yang berisi tentang kesediaan manusia untuk tunduk dan patuh
5

secara sukarela tanpa keragu-raguan pada kehendak Allah. Aqidah merupakan

akar bagi setiap perbuatan manusia. Manusia yang lisan dan hatinya

menyatakan tunduk dan patuh secara sukarela tanpa keragu-raguan pada

kehendak Allah, pasti dampak perbuatannya akan bermanfaat bagi manusia lain

yang ada di sekitarnya (Salaky, 2008).

Akidah islam yang terumuskan dalam pernyataan laa ilaha illa Allah dan

Muhammad Rosulullah adalah aqidah yang benar dan kuat. Hanya aqidah yang

benar yang mampu memancarkan ibadah yang baik (Hendrawan, 2008). Namun

apabila terjadi keruntuhan nilai aqidah dalam diri seorang menjadi ancaman

kepada kesejahteraan diri dan masyarakat (Salleh dan Amat, 2013).

Nilai yang ada dalam aqidah islam adalah menekankan aspek-aspek

keimanan kerohanian, kilmuan, penyataan dan amalan bagi melahirkan invidu

yang seimbang emosi, rohani dan akalnya dengan tingkah laku fisiknya

(Maharudin, 2011). Empat sifat yang harus dijadikan contoh dan tauladan bagi

umat muslim adalah sidiq, amanah, tabligh dan fatanah. Shiddiq artinya benar.

Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan

dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan

hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya

(Salleh dan Amat, 2013).

Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan

kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh

penduduk Mekkah dengan gelar Al Amin yang artinya terpercaya jauh sebelum
6

beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah

mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong (Sudrajat, 2010).

Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh

manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu

menyinggung Nabi. Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam

menyampaikan 6.236 ayat Al Quran kemudian menjelaskannya dalam puluhan

ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa (Salaky, 2008).

2. Kekuatan Ekonomi

Rasulullah mempunyai sahabat yang gigih dan pejuang keras yaitu Abu

Bakar yang mempertahankan sunnah Rasulullah berkaitan dengan sistem

pelaksanaan zakat. Setelah Rasulullah wafat, terdapat sekelompok umat Islam

yang tidak mau melaksanakan kewajiban zakat sebagaimana sistem yang telah

ditetapkan oleh Rasulullah. Kelompok tersebut akhirnya diperangi oleh Abu

Bakar (Miftah, 2009). Zaman modern kekuatan ekonomi memegang penting

dalam kehidupan karena merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat.

Seorang pemimpin perlu, memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang baik bagi

masyarakat misalnya mestabilkan harga kebutuhan masyarakat (Zulfahmi, 2012).

Masalah yang sering timbul yaitu banyaknya masalah kemiskinan di

masyarakat. Oleh karena itu diperlukan penanganan untuk mengatasi kemiskinan.

Pemimpin juga harus peduli terhadap permasalahan kemiskinan di Indonesia,

misalnya dengan menjamin keberlanjutan perusahaan-perusahaan maka

pemerintah hendaknya berfungsi untuk menstabilkan perkembangan ekonomi

(Santosa, 2008).
7

Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan adanya pembangunan dari

bidang sumber daya manusia. Pengenalan pendidikan yang tepat atau dengan

memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengurangi kemiskinan dengan cara

perlahan (Saharudin, 2009). Pembangunan bidang sosial ini akan memberikan

pengetahuan yang cukup sehingga masyarakat mampu tergerak untuk bekerja

secara inovatif sehingga mampu membuka kesadaran masyarakat untuk berubah

menjadi lebih baik (Harsono, 2009).

3. Kekuatan Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan upaya mempengaruhi banyak orang melalui

komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk

atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespons,

kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi

(Brahmasari dan Agus, 2008).

Pola kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW dapat dijadikan rujukan

yang utama dalam kehidupan umat manusia. Seorang pemimpin hendaklah

mampu dan mau melayani, serta menolong orang lain untuk maju dengan ikhlas

(Hamim, 2014).

Hijrah Rasulullah SAW bersama umat beliau dari Mekah ke Yatsrib (yang

kemudian menjadi Madinah) pada tahun 622 M, merupakan sebuah tonggak

sejarah yang sangat berpengaruh besar bagi peradaban. Hijrah adalah bagian dari

sunnah Rasulullah Saw. yang harus kita ikuti dan kita jadikan pelajaran penting

untuk meraih masa depan yang lebih baik, sukses dan bahagia. Inti hijrah adalah

perubahan dan perpindahan menuju lebih baik (Amin, 2010).


8

4. Kekuatan Kecerdasan

Rasulullah memilki kecerdasan yang luar biasa yang dapat dijadikan

panutan umat islam. Pendidikan Muhammad Saw tidak hanya menyentuh aspek

intelektual, tetapi lebih jauh dari itu adalah aspek emosional dan spiritual

(Kurniasih, 2010). Misalnya Ali bin Abi Thalib, yang memang banyak berguru

kepada Rasulullah Saw., menjadi pemuda yang tidak hanya intelektualnya

apositivistik namun juga memiliki sifat baik sebagaimana ajaran Rasulullah

(Ghani, 2012).

Kecerdasan-kecerdasan manusia ditunjukkan dengan IQ, EQ dan SQ. Istilah

kecerdasan intelektual yang populer dengan sebutan IQ (Intelligence Quotient),

pada awalnya diperkenalkan oleh William Stern seratus tahun lalu. Semakin

tinggi skor IQ seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasannya,

begitu pula sebaliknya (Askar, 2006). IQ memiliki aktifitas berpikir yang

bersifat linear, logis, dan tidak melibatkan perasaan. IQ berpikir sesuai

dengan aturan logika formal, melalui tahap demi tahap dan terikat aturan.

Ketika seorang belajar perkalian dan hafalan, maka ia mengaktifkan otak

mereka untuk berpikir seri (Sudrajat, 2010). IQ berpusat pada otak kiri yang

bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional. Cara berpikirnya sesuai untuk

tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,

menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme (Askar, 2006).

Istilah kecerdasan emosional atau EQ, pertama kali diperkenalkan Peter

Salovey dan John Mayer pada tahun 1990. Kecerdasan emosional berpangkal

pada otak kanan. Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur,
9

intuitif dan holistic (Askar, 2006). Cara berpikirnya bersifat asosiatif, tipe

berpikir emosional, sifat pikirannya fleksibel, tidak akurat, proses

psikologisnya bersifat personal. Kecerdasan emosional merupakan himpunan

dari kecerdasan sosial. EQ yang berpusat pada otak kanan melahirkan sikapsikap

personal, menekankan pada pengenalan diri, dan hubungan antar pribadi,

sikap dan perilaku sosial yang positif (Rahim, 2012).

SQ adalah Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan

makna dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks

makna yang lebih luas dan kaya (Askar, 2006). SQ-lah yang menyatukan dan

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan

tertinggi kita (Luneto, 2014).

SQ sebagai kemampuan untuk membingkai ulang atau mengontekstualisasi

ulang pengalaman kita. Dan dengan demikian, SQ merupakan kemampuan untuk

mentransformasi pemahaman kita tentangnya. Pengalaman dari kecerdasan

spiritual kita bukan sekedar keadaan pikiran, tetapi merupakan sebuah jalan untuk

mengetahui, sebuah jalan wujud, yang pada akhirnya akan mentransformasikan

pemahaman dalam kehidupan kita (Safitri et al., 2013).

Wujud dari kecerdasan spritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur

oleh sang pelaku. Karena manusia dapat merasa dipandang luhur oleh sang

pelaku. Karena manusia dapat merasa memiliki makna dari berbagai hal, agama

mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh.

Bermakna dihadapan Tuhan. Inilah makna sejati yang diarahkan oleh agama

berkaitan dengan kecerdasan spiritual (Luneto, 2014).


10

5. Kekuatan Fisik

Kekuatan merupakan komponen dasar dalam melakukan setiap aktivitas

fisik. Keterampilan fisik yang baik ditunjukkan dengan kekuatan otot yang

merupakan komponen penting yang harus di miliki terlebih dahulu (Nurdin,

2012). Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting

dalam beraktivitas, misalnya dengan berolahraga karena dapat membantu

meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan.

(Ruswan, 2009). Kekuatan sebagai energi untuk melawan suatu tahanan atau

kemampuan untuk membangkitkan tegangan atau tension (Chan, 2012).

Kekuatan fisik ini penting diperhatikan untuk pemimpin, karena dalam

memimpin dibutuhkan tenaga yang kuat serta akal dan pikiran yang sehat.

Pemimpin juga harus memperhatikan kekuatan fisiknya agar mampu memimpin

dengan baik (Dewi, 2006). Menjaga kekuatan fisik ini dapat dilakukan dengan

melakukan latihan fisik yang dilakukan secara lakukan secara teratur akan

meningkatkan kesegaran jasmani sehingga tubuh mampu menghadapi beban

kerja secara efektif (Ruswan, 2009).

Manusia melakukan berbagai aktifitas olahraga untuk meningkatkan

kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal. Kesegaran jasmani

menunjukkan kesanggupan tubuh melakukan penyesuaian terhadap beban fisik

yang diberikan, berupa kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan

kelelahan yang berlebihan. Latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan kerja

otot sehingga akan meningkatkan kekutan otot (Dewi, 2006).


11

DAFTAR PUSTAKA

Lestary. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan.


Jurnal Manajemen 10 (3) : 1106-1116.
Hasibuan. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revis., Bumi Aksara,
Jakarta.
Jatmiko. 2013. Pemimpin Dan Kepemimpinan Organisasi. Forum Ilmiah 10(2) :
209-219.

Handayani , Agustuti.2010. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan


Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja
Propinsi Lampung. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan
Pembangunan,1(1): 12.
Johanes.2009. Hynopsis In Selling. Gramedia.jakarta.
Safitri, Amri, dan Shabri . 2012 . Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kerjasama
Tim, dan Gaya Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta
Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Daerah
Kota Sabang .Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala. 2(1): 1-17.
Rahim, A. D. 2012. Khalifah dan Khilafah Menurut Al-quran. Jurnal Studi
Dinamika. 1(9):19-53.
Maharudin, 2011 file IBADAH.
Mohaemin S. 2008. Sistim Politik Dalam Pemerintahan Islam. Bina Ilmu:
Surabaya
Ghani, M. H. A. 2012.kesantawatan melalui suntikan ke atas puasa pesalut.
Jurnal riqhi. fakultas falsafah,universitas malaysa. Vol. 1 no. 9: 65.
Sudrajat, A. 2010. Khilafah Islamiyah dalam Perspektif Sejarah. Jurnal Studi
Islamika. 1(6): 25.
Salaky. 2008. Masyarakat Madani dalam Islam. Jurnal Hunafa 1(3):65-72.
Nafidzan, Y. 2014. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an &
Sunnah(Malaamihu Al Mujtama' AlMuslim Alladzi Nasyuduh. Citra Islami
Press. Solo.
Salleh, T dan Amat. 2013. Arus Baru Islam Radikal. Gramedia. Jakarta.
(Saharudin, 2009). File kemiskinan
(Harsono, 2009). File kemiskinan sii

Anda mungkin juga menyukai