ACARA 1
Disusun oleh :
Nama : Reri Handoyo Kurniawan (13783)
Gol. /Kel. : C2.1 / 3
Asisten : 1. Adibayu Prakoso
2. Tri Retno Widyastuti
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah penting dalam bidang pertanian salah satunya adanya jamur patogen yang
dapat menyebabkan tanaman menjadi sakit sehingga menimbulkan kerugian dari segi
ekonomi yang cukup besar. Lada merupakan salah satu tanaman yang terserang jamur
patogen dan pada bidang perkebunan yang rawan terkena jamur patogen salah satunya
tanaman kelapa sawit.
Berbagai jenis OPT ditemukan pada tanaman lada, baik serangga hama maupun
penyakit, dan menjadi kendala penting dalam budi daya lada. Penyakit penting pada tanaman
lada adalah busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici
Leonian (Manohara et al. 2005). Tanaman yang terserang pada pangkal batangnya akan
menunjukkan gejala layu dan akhirnya mati. Serangan pada daun akan menimbulkan nekrosis
dan sporangium dengan sporanya (zoospora) terdapat pada permukaan nekrosis. Kerusakan
tanaman akibat penyakit BPB mencapai 1015%/tahun (Kasim,1990).
Pada pertanaman tanaman cabai, jamur Phytopyhora capsici merupakan salah satu
patogen yang merugikan. Jamur ini dapat menimbulkan penyakit pada bagian akar, batang,
dan kuncup, karena jamur ini menyerang hampir seluruh bagian tanaman. Serangan yang
ditimbulkan dari jamur ini terjadi pada fase bibit dapat menyebabkan kematian tanaman. Di
Indonesia telah dilaporkan terjadi kerusakan tanaman cabai akibat serangan jamur patogen ini
mencapai lebih dari 60%. Jamur ini merupakan patogen yang menularkan lewat tanah yang
bersifat polisiklik (infeksi multisiklus) dan dapat terbawa benih , memiliki kisaran inang yang
luas sehingga menjadi sulit dikendalikan dan pada areal yang telah terinfestasi. Penyebaran
penyakit dapat terjadi melalui angin, hujan, atau melalui air pada saluran irigasi (Chaudry et
al., 1995 dalam Yunianti et al., 2007).
Pada tanaman kelapa sawit, jamur Ganoderma sp. merupakan patogen yang
berbahaya bagi tanaman tersebut. Jamur ini merupakan penyebab penyakit busuk pangkal
batang pada komoditas yanaman kelapa sawit. Busuk pangkal batang merupakan gejala
umum dari penyakit yang disebabkan oleh Ganoderma sp. pada tanaman kelapa sawit. Pada
beberapa kasus, serangan Ganoderma menyebabkan gejala busuk batang atas atau penyakit
upper stem rot.
Dari hal tersebut maka perlu dilakukan pengamatan lebih dengan tujuan mengetahui
seberapa besar pengaruh suhu dan kelembaban terhadap perkembangan jamur pathogen
penyebab penyakit, sehingga dapat dilakukan pengendalian yang tepat dan efektif mengingat
pentingnya tanaman holtikultura dan perkebunan di Indonesia.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap pertumbuhan vegetatif jamur.
2. Mengetahui pengaruh variasi cahaya terhadap pertumbuhan vegetatif jamur.
3. Mengetahui pengaruh variasi kelembaban terhadap pertumbuhan vegetatif
jamur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jamur merupakan salah satu organisme yang pertumbuhannya tidak dapat lepas dari
faktor lingkungan. Pada dasarnya, jamur merupakan organisme biotik yang perkembangan
dan pertumbuhannya dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, pH, maupun
cahaya (Agrios, 2005). Oospora akan berkembang dalam keadaan gelap secara in vitro, pada
kisaran suhu 16 - 28o C (Wahyuno dan Manohara, 1995), dimana suhu berperan dalam
perkembangan suatu jamur. Suhu optimum pertumbuhan jamur adalah 26 C, sedangkan
kelembaban optimal berkisar antara 80 % - 90 %. Pada kondisi tersebut miselium jamur akan
tumbuh lebih cepat dibanding pada lingkungan dengan cahaya matahari berlimpah. Jamur
tumbuh dengan suhu optimum antara 20-280C (Istuti dan Nurbana ,1998). Akan tetapi
masing masing jenis jamur memiliki toleransi yang berbeda bda terhadap faktor abiotik yang
berpengaruh.
Pertumbuhan jamur juga sangat dipengaruhi oleh faktor air. Air dapat menyebabkan
tingginya pertumbuhan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Air dapat mempercepat proses
penularan beberapa spesies jamur. Jamur Phytophtora capsici dapat menyebar dengan baik
dengan adanya hujan. Hujan dapat meningkatkan kondisi kelembaban udara untuk
lingkungan mikro. Jamur dari satu lokasi mampu menginfeksi tanaman di lokasi lain dengan
perantara air hujan. Phytophtora capsici dapat hidup dalam berbagai inang yang sangat
bervariasi jenisnya dan dapat terus menginfeksi selama lingkungan mendukung hidupnya
untuk tumbuh tetap tersedia ( Leah et .al, 2012).
Ganoderma membutuhkan suhu optimum perkembangan 26o-27o derajat Celsius
untuk tumbuh. Laju infeksi Ganoderma sp. akan semakin cepat ketika populasi sumber
penyakit (inokulum) semakin banyak diareal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan
mengancam kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit muda yang baru saja ditanam
(Lizarmi, 2011). Ganoderma lucidum hidup dan tumbuh di bagian kayu yang mati dan
mengering dan terkadang dapat tumbuh pada tanaman batang keras.ganoderma memiliki
kisaran inang yang luas (Solomon,2005). Ganoderma dapat bertahan pada lingkungan yang
memiliki kondisi suhu hangat dan lembab. Pertumbuhan dan perkembangan ganoderma juga
sangat ditentuka oleh kondisi nutri yang ada di tempatnya tumbuh (Olga et al, 2016)
III. METODOLOGI
B. Pembahasan
Jamur P. capsici berkembangbiak dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual
membentuk sporangium. Pada keadaan lingkungan yang sesuai, lembab dan suhu berkisar
antara 25oC, sporangium yang telah masak dapat langsung berkecambah membentuk tabung
kecambah atau membentuk zoospora yang berflagella sehingga dapat bergerak. Lama
geraknya ditentukan oleh suhu air; pada suhu 20 - 24oC zoospora dapat bergerak selama 9
jam, sedang pada suhu 28oC dan 32oC masing-masing selama 5 jam dan 1 jam. Tiga puluh
menit setelah zoospora berhenti bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan
menguntungkan, sebaliknya apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan, maka akan
dibentuk struktur istirahat yaitu berbentuk kista (Manohara, 1988).
Miselia yang berasal dari perkecambahan zoospora dapat langsung menginfeksi
tanaman melalui luka, lubang alami (stomata misalnya) atau menginfeksi secara langsung
setelah meningkatkan potensial inokulumnya terlebih dahulu. Kemampuan patogen bertahan
hidup pada sisa tanaman lada yang ada di permukaan maupun di dalam tanah mempunyai
peranan penting sebagai sumber inokulum. Propagul jamur P.capsici dapat bertahan hidup
selama 20 minggu di dalam tanah dengan kelengasan 100% kapasitas lapang, tanpa adanya
tanaman inang. Di dalam jaringan tanaman terinfeksi seperti daun dan batang, jamur tersebut
dapat bertahan hidup masing-masing selama 11 13 minggu dan 8 10 minggu (Manohara,
1988).
Oleh sebab itu sebaiknya bagian tanaman sakit yang telah mati jangan dibiarkan di
lapang, karena dapat merupakan sumber inokulum. Perkembang biakan secara seksual terjadi
apabila terdapat dua jenis tipe jodoh yang sesuai/serasi bertemu, yang selanjutnya akan
menghasilkan oospora. Penelitian di laboratorium membuktikan bahwa oospora dibentuk
dalam keadaan gelap secara in vitro, pada kisaran suhu 16 - 28o C; dan secara in vivo,
oospora dapat dibentuk pada batang, akar dan daun lada (Wahyuno dan Manohara, 1995).
Struktur dinding sel oospora yang relatif tebal dan keras memungkinkan oospora dapat
bertahan hidup dalam waktu yang lama. Oospora ditemukan pada kotoran siput dan ternyata
tetap hidup walaupun telah melalui sistem pencernaan siput (Kueh dan Khew dalam
Anandaraj, 2000).
Ganoderma sp. penyebab busuk pangkal adalah salah satu patogen yang penting
dalam perkebunan kelapa sawit. Infeksi jamur Ganoderma sp. di lapangan berawal dari
adanya persentuhan akartanaman yang sehat dengan jaringan akar tanaman yang telah
terserang di dalam tanah atau batang kelapa sawit yang telah terinfeksi jamur Ganoderma
sp. yang dibiarkan membusuk di kebun (sebagai sumber inokulum Ganoderma sp.) di mana
jamur Ganoderma masih hidup sebagai saprofit.
Untuk keberhasilan penetrasi dan degradasi akar sehat yang utuh, produksi sebuah
susunan enzim-enzim pendegradasi dinding sel sangat dibutuhkan untuk melakukan penetrasi
jaringan akar yang terluar yang tersusun atas polimer selulosa yang kuat, lignin dan suberin.
Aktifitas enzim oleh jamur G. boninense yang sesuai untuk lignin dan keseluruhan polimer
utama lainnya dari penyusun dinding sel terdeteksi bersama dengan efeknya pada komposisi
dinding inang selama infeksi G. boninense. Satu bulan setelah inokulasi pemutihan pada akar
tampak jelas mengikuti miselium yang mungkin mencerminkan kerusakan oksidatif
lignin(Cooper, 1984 dan Rees, 2006 dalam Cooper and Rees, 2011). Di bagian akar,
miselium jamur Ganoderma berada dalam sel empulur, korteks, endodermis perisikel dan
parenkima. Jamur ini akan menginfeksi dan bergerak dalam akar menuju ke pangkal batang
tanaman kelapa sawit.
Turner (1981) melaporkan bahwa fungsi basidiospora Ganoderma sp. dalam
penyebaran penyakit masih belum jelas. Dengan penyebaran yang begitu luas, diperkirakan
setiap pohon kelapa sawit dalam satu kebun akan terinfeksi penyakit BPB jika basidiospora
menyebarkan infeksi. Percobaan untuk menginokulasi jamur tanaman kelapa sawit yang
sehat dengan spora dan kajian ukuran inokulum telah menunjukkan bahwa spora tidak
mempunyai kemampuan inokulum yang mencukupi untuk menyebabkan infeksi terus pada
pohon kelapa sawit. Namun, (Susanto, dkk, 2007) menyatakan bahwa basidiospora
memainkan peranan dalam menyebarkan penyakit. Basidiospora tidak selalu membentuk
miselium sekunder dan tubuh buah karena memerlukan tipe perkawinan yang sama.
Basidiospora dibebaskan dan menyebar secara besar-besaran pada pukul 22.00-06.00, dan
lebih sedikit pada pukul 12.00-16.00. Pemencaran ini juga dibantu oleh kumbang Oryctes
rhinoceros yang larvanya umum ditemukan pada batang kelapa sawit yang busuk.
Ganoderma menyebar dalam tanah melalui akar dan melalui udara. Studi
kompatibilitas telah menunjukkan bahwa jamur dikumpulkan dari bidang atau wilayah yang
sama mungkin memilikiasal yang berbeda sehingga pertumbuhan miselium mungkin
bukansatu-satunya metode penularan penyakit di antara pohon-pohon. Basidiomycetes,
seperti Ganoderma sp. memiliki dua strategi untuk reproduksinya, yakni spora dan miselia
(Miller, 1995 dalam Hushiarian et al., 2013).
Siklus hidup jamurGanoderma dapat dirincikan seperti pada (1)Basidiospora yang
haploid dihasilkan oleh basidium. (2)Basidiospora berkecambah menjadi miselium
manokarion. (3)Dua monokarion yang serasi bertemu, pertautan hifa dan plasmogami terjadi
dan menghasilkan hifa dwikarion. (4)Mekanisme dwikariotisasi terjadi di mana jepit
penghubung (clamp connection) terbentuk pada miselium baru. (5)Seterusnya basidiokarpa
terbentuk. (6)Lapisan himenium terbentuk dan (7)basidium terbentuk. (8) Kariogami terjadi
dalam basidium dan(9) setelah meiosis, empat nukleus haploid terbentuk. (10)Pembentukan
empat tonjolan merupakan proses awal pembentukan basidiospora. Seterusnya setiap nukleus
bergerak ke tonjolan dan akhirnya empat basidiospora terhasil pada ujung basidium.
Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka yang telah didapat, pertumbuhan dan
perkembangan suatu jamur akan dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik suhu, kelembaban,
dan cahaya. Pertumbuhan dan perkembangan jamur akan tumbuh optimum sesuai titik
optimum sesuai jenis masing masing jamur.
Pengaruh Cahaya
1
0.9
0.8
Diameter Koloni (cm)
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0 0 0 0 0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari Ke-
P1 P2 P3
Linear (P1) Linear (P2) Linear (P3)
Keterangan :
P1 = Terang
P2 = TerangGelap
P3 = Gelap
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tidak terjadi pertumbuhan koloni jamur pada
setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan media biakan untuk pengamatan jamur mencair yang
diduga karena suhu akibat cahaya yang terlalu terang mengakibatkan peningkatan suhu yang
menyebabkan media yang digunakan mencair. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa jamur
pertumbuhannya akan terhambat pada intensitas cahaya tinggi karena intensitas cahaya tinggi
akan menyebabkan suhu lebih tinggi sehingga kelembaban menjadi rendah dan jamur tidak
dapat tumbuh dengan maksimal. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan jamur adalah 26 C,
sedangkan kelembaban optimal berkisar antara 80 % - 90 % (Istuti & Nurbana, 1998).
Pengaruh Suhu
1.2
1.05
1
0.783333333
Diameter Koloni (cm)
0.8
0.6 0.466666667
0.4
0.2
0 0 0 0 0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7
-0.2
Hari Ke-
P1 P2 P3
Linear (P1) Linear (P2) Linear (P3)
20.4
19.54
20 18.76 18.51
17.74
17.3
16.898 17.15 17.14
16.13 16.53 16.53
Panjang Miselium (cm)
15.96 15.48
14.87 15.35 15.21
15.03
14.61
15 14.025 13.74
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari Ke-
P1 P2 P3
Linear (P1) Linear (P2) Linear (P3)