Anda di halaman 1dari 4

Permasalahan 1 :

STUDI KARAKTERISTIK GEOLOGI DALAM PERENCANAAN


DAN PENENTUAN LOKASI BANGUNAN PELIMPAH DARURAT DI
WADUK JATIGEDE, SUMEDANG, JAWA BARAT

Suatu konstruksi bendungan dikatakan baik apabila mampu dan stabil dalam
menahan laju air kolam waduk, sehingga pada suatu kondisi tertentu yang mana
laju air kolam waduk tersebut mencapai batas maksimal dibutuhkan suatu bangunan
pelimpah cadangan (disamping adanya bangunan pelimpah utama) yang dapat
difungsikan pada suatu waktu, yakni suatu bangunan pelimpah darurat atau yang
lebih dikenal dengan emergency spillway. Terdapat dua alternatif utama lokasi
pembangunan pelimpah darurat di Waduk Jatigede, yakni rencana pelimpah darurat
kiri (sebelah barat bendungan utama) dan pelimpah darurat kanan (sebelah timur
bendungan utama), dimana masing-masing pelimpah darurat alternatif memiliki
karakterististik geologi tertentu. Lokasi perencanan pembangunan pelimpah darurat
kedua alternatif secara umum berada pada areal dengan morfologi tinggian
bergelombang lemah hingga sedang ke arah lembah menuju aliran Sungai
Cimanuk. Litologi pada pelimpah darurat kiri didominasi oleh breksi tuff dan
perselingan batupasir-batulempung tufan dari Formasi Breksi Terlipat, sedangkan
pelimpah darurat kanan didominasi breksi vulkanik dari Formasi Halang Bawah.
Kedua lokasi berada pada Zona Sesar Baru Jatigede yang melewati lembah alur
Sungai Cimanuk. Sesar besar lain seperti halnya Sesar Eretan, Sesar Cipining, Sesar
Cikandang, dan Sesar Pejagan juga mempengaruhi perencanaan konstruksi
bangunan tersebut. Dari segi kerentanan tanah, pada zona pelimpah darurat kanan
sangat rawan terjadi gerakan tanah sehingga banyak diperkuat dengan bronjong dan
geogrid. Berdasarkan data morfologi, litologi, struktur geologi, dan tingkat
kerentanan tanah, bangunan pelimpah darurat diusulkan untuk dibangun di sebelah
kiri dari bendungan utama.
Permasalahan 2 :
Dalam setiap pembangunan-pembangunan infrastruktur, diperlukan suatu
analisa geologi mengenai keadaan suatu lokasi pembangunan, hal ini sangat penting
mengingat bangunan yang akan dibangun harus memperhitungkan faktor daya
dukung tanah, ataupun aspek geologis lainnya seperti, daerah gempa, daerah
patahan, dan sebagainya.
Dalam pembangunan gedung bertingkat seringkali didapatkan kegagalan
produksi setelah selesai pelaksanaan pembangunan dan digunakan. Kegagalan
pondasi terjadi akibat kekuatan tanah tidak sesuai dengan sistem pondasi yang
digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut, nilai ekonomis, dan estetika dari suatu
bangunan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keputusan
peningkatan kekuatan daya dukung tanah.
Dalam pembangunan Gedung PT. Indosat, Semarang, Jawa Tengah
direncamakan menggunakan pondasi jenis tiang pancang (bore pile) pada 5 titik,
selama proses pemboran untuk pemasangan pondasi tiang pancang (bore pile)
hingga titik ke tiga tidak mengalami masalah yang berarti, akan tetapi pada saat
melakukan pemboran pada titik ke 4, dan titik ke 5 mengalami masalah pada proses
pemborannya, yaitu tanah yang terdapat pada lubang bor tersebut perlu ditingkatkan
daya dukung tanahnya yang disebabkan oleh sifat dan karakter dari lapisan tanah
tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penanganan untuk mengatasi kekurangan daya
dukung tanah tersebut, antara lain dengan menggunakan alternatif metode
grounting yang diperuntukkan untuk meningkatkan daya dukung tanag yang ada
pada lokasi penyelidikan.
Grounting merupakan salah satu metoda perbaikan tanah dengan cara
menyuntikkan pasta semen ke dalam tanah dengan tekanan tertentu melewati
lubang bor, yang akan mengakibatkan daya dukung tanah akan meningkat. Pada
semen tersebut akan mengisi pori-pori tanah ataupun rekahan-rekahan pada
tanah/batuan. Dengan meningkatnya kekuatan tanah tersebut, maka daya dukung
tanah dan pondasi akan meningkat.
Permasalahan ketiga :
Kegagalan Konstruksi Gedung Pada Daerah Bukit Hambalang

Bukit Hambalang terletak pada sebelah selatan Jakarta dan pada tepi utara
Gunung Gede. Pada lereng bukit sebelah baratlaut didirikan sebuah konstruksi
berupa komplek gedung bertingkat yang akan digunakan sebagai pusat pelatihan
olahraga nasional. Keadaan daerah yang sejuk dan pemandangan yang indah diduga
menjadi alasan pemilihan daerah ini. Namun belum hingga selesai pembangunan,
sejumlah gedung roboh akibat tanah yang menjadi dasar berdirinya gedung
mengalami penurunan atau amblesan serta gerakan massa. Akibatnya
pembangunan menjadi terhambat dan biaya pembangunan menjadi membesar.
Turunnya muka tanah ini diakibatkan kondisi litologi basement bangunan yang
berupa batulempung (Formasi Jatiluhur). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat kelalaian pada saat perencanaan pembangunan yang mengakibatkan
kegagalan konstruksi.

Jalan keluar dari masalah ini adalah dengan memindah lokasi


pembangunan. Namun karena pembangunan yang dilakukan sudah cukup banyak
dan menghabiskan dana maka pemindahan pembangunan akan membuang dana
yang telah dikeluarkan. Pembangunan pada daerah ini dapat dilanjutkan dengan
memberikan management air permukaan seperti pembangunan saluran drainase dan
subdrain atau horizontal drain serta penyelidikan berkala agar setiap gejala dapat
diantisipasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai