Anda di halaman 1dari 5

Zetizen.

com Ngelihat kerennya Pulau Palm Jumeirah di Dubai dan pantai Urk di Belanda,
proses reklamasi memang punya sisi menarik yang menguntungkan. Tapi banyak orang
menganggap bahwa reklamasi justru merusak alam dan merugikan. Nggak heran kalau rencana
reklamasi pantai di teluk Jakarta dan Tanjung Benoa, Bali pun banyak mendapat kritik dan
kecaman dari masyarakat.

Well, sebelum kamu ikut ikutan panas dan nge-judge ini itu, mending cari tahu yuk, apa dan
bagaimana seharusnya reklamasi dilakukan. Benarkah dampak reklamasi itu sampai begitu
merusak lingkungan? (ndy/giv)

Apa Itu Reklamasi?

Secara umum, reklamasi dideskripsikan KBBI sebagai kegiatan pengurukan tanah dari dasar
sungai atau laut. Termasuk didalamnya kegiatan pembentukan daratan buatan atau pemanfaatan
lahan nggak terpakai. Nah, karena berhubungan langsung dengan bentuk alamiah lingkungan,
kegiatan ini perlu disertai bermacam izin sebelum bisa dilakukan.

Beberapa Izin itu misalnya izin Detail Engineering Design (DED), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) dan sebagainya. Hasil
penelitian awal itulah yang bakal menentukan sebuah proses reklamasi layak dilakukan atau
tidak. Izin tersebut diberikan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLDH).
Salah satu wilayah konservasi alam di Oostvaardersplassen (foto: EM Kintzel)

Efek dan Kelebihan Reklamasi


Persoalan soal izin dan dampak yang ditimbulkan inilah yang seringkali bikin reklamasi jadi
diperdebatkan. Apalagi, isu seputar nggak transparannya proses perizinan pun seringkali bisa
bikin masalah tambah keruh. Padahal, jika berjalan dengan baik, reklamasi dapat mengurangi
kepadatan penduduk dengan penambahan luas daratan baru.

Perluasan Lahan

Penambahan wilayah diatas laut seringkali jadi solusi kurangnya lahan kosong di perkotaan.
Kayak bandara Kansai di Jepang yang sepenuhnya dibangun diatas pulau buatan diatas laut. Hal
itu dapat mengatasi masalah kebisingan serta padatnya wilayah sekitar bandara.

Jadi Kawasan Wisata

Daratan hasil reklamasi bukan nggak mungkin bisa disulap jadi surga wisata dan tujuan turis
internasional. Buktinya pulau buatan Palm Jumeirah, Jebet Ali, Deira hingga World Seven
merupakan tujuan turis paling populer di kota Dubai, Uni Emirat Arab.

Kawasan Konservasi Alam

Reklamasi juga dapat mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena abrasi ke bentuk semula.
Munculnya potensi variasi flora dan fauna baru, dan lain sebagainya. Seperti kawasan reklamasi
Oostvaardesplassen, Belanda dan Semakau Landfill, Singapura. Kawasan itu kini menjadi rumah
bagi satwa liar, flora dan fauna baru yang dijaga pertumbuhannya.

Tetap Punya Dampak Negatif


Dampak negatif perusakan karang dan koral di Fiery Cross Reef, Laut Cina Selatan akibat
reklamasi Tiongkok yang terburu buru. (foto: bloomberg)

Namun, jika dilakukan dengan kurang seksama, reklamasi juga dapat menimbulkan beberapa
efek buruk.

Merusak Ekosistem Laut


Pada beberapa bagian pantai, ekosistem laut seringkali perlu dilestarikan. Jika reklamasi
dilakukan ditempat ini, tentunya dapat menghancurkan ekosistem laut yang telah ada. Selain itu
juga bisa membahayakan kehidupan satwa laut yang masih berada di wilayah tersebut.

Memicu Perubahan batas Teritorial

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia pernah mengungkapkan bahwa proyek
reklamasi pantai Singapura justru menggeser batas teritorial negara tetangganya, termasuk
Indonesia.

Eksploitasi Pasir dan Tanah Ilegal

Karena membutuhkan tanah dalam jumlah besar, reklamasi sering memicu penambangan pasir
secara ilegal. Bahkan Indonesia pernah mengalami kerugian trilyunan rupiah gara gara
penambangan pasir ilegal ini.

Anda mungkin juga menyukai