Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
(Ngastiyah.1997)
Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara transplasenta,
perinatal, atau pasca lahir. (Nelson,2000)
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang
terjadi pada anak ( suriani, 2006).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing yang
mengenai jaringan paru (alveoli), (DEPKES, 2006)

1.2 Etiologi
a. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza
dan staphilococcus aureus yang lajim terjadi pada anak-anak normal
b. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes
dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
c. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus,
Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia
trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa
tahun pertama dan anak sekolah dan ank yang lebih tua.
d. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak
muda, dan kondisi jauh lebih berkurang dengan penggunaan vaksin efek
rutin.
e. Aspirasi makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion dan
benda asing.

1.3 Tanda gejala


a. Demam, berkeringat dan menggigil
b. Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun dan
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
c. Batuk berdahak tebal dan kental (lengket)
d. Nyeri dada saat bernapas dalam ketika batuk
e. Sesak napas
f. Kelelahan dan nyeri otot
g. Mual muntah atau diare
h. Sakit kepala

1.4 Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapatkan melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mucus dan efitel bersilia di saluran pernapasan. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveolar, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Bayi pada bulan-bulan pertama juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.

Kemungkinan lain kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme


pertahanan yang normal dapat menyebabkan bakteri pathogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang
pada keadaan normal berkolonisasi disaluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang bakterialis dan virus (varisella, campak, rubella, virus
herves) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakterimia/ viremiageneralisasi.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respon inflamasi


akut yang meliputi eksudasi cairan, defosit fibrin dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infiltrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada thoraks. Virus,
mikoplasma dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrate
mononuclear pada struktursubmukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel kedalam saluran napas seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


. a. Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000
40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak
dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat albuminuria ringan karena
suhu yang naik dan sedikit toraks hialin. Analisis gas darah arteri dapat
menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
c. Pemeriksaan rontgen pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan
sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada
bronchopneumonia bercak-bercak infiltrate didapatkan pada satu atau
beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus, foto rontgen juga dapat menunjukkan adanya
komplikasi pada satu atau beberapa lobus, dan beberapa komplikasi
seperti pleuritis, abses paru, pericarditis.

1.5 Komplikasi
a. Infeksi darah
Kondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran
darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah
berpotensi menyebabkan terjadinya gagal organ
b. Abses paru atau lubang bernanah
Yang tumbuh dijaringan paru-paru. Abses umumnya dapat ditangani
dengan antibiotic, namun terkadang juga membutuhkan prosedur
operasi untuk membuang nanah
c. Efusi pleura yaitu kondisi dimana cairan memenuhi ruang disekitar
paru-paru .

1.6 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi,
tetapi berhubung hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu
maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi.
Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas
selama 4 5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian
cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran
glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl
10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya
dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.
Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan
perhitungan kekurangan basa sebanyak 5 mEq. Pneumonia yang tidak
berat, tidak perlu dirawat di rumah sakit.
1.7 Pathway (harus pada sampai masalah keperawatan)

Normal (Sistem
pertahanan) terganggu Organisme

Virus Saluran napas Stapilokokus


bagian bawah
pneumokokus
Kuman patogen mencapai Trombus
bronkioli terminalis merusak
sel epitel bersilia, sel goblet Eksudat masuk Toksin,
ke alveoli coagulase
Cairan edema + leukosit ke
alveoli Alveoli Permukaan
lapisan pleura
Konsolidasi paru Sel darah merah, leukosit, tertutup tebal
Inflamasi parenkim paru
pneumokokus mengisi eksudat trombus
Kapasitas vital, compliance alveoli vena pulmonalis
Nyeri akut menurun, hemoragik
Leukosit + fibrin
Nekrosis
Intolerasi aktivitas, mengalami kosolidasi
hemoragik

Leukositosis

Suhu tubuh meningkat


Penurunan Gangguan pertukaran
difusi o2 gas
Hipertermi

Peningkatan Keringat berlebih


kebutuhan
metabolik sekunder

Dehidrasi
Produksi sputum Abses pneumatocele
meningkat (Kerusakan jaringan
paru)
Perubahan nutrisi Resiko
kurang dari kekurangan
Ketidakefektifan
kebutuhan tubuh volume cairan
bersihan jalan Ketidakefektifan
nafas pola nafas
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan pneumonia
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
- Riwayat keperawatan sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa
hari, kemudian mendadak timbul panas, tinggi, sakit kepala,
kadang-kadang anak-anak atau bayi dapat timbul kejang, distensi
abdomen, dan kaku kuduk, timbul batuk, sesak, nafsu makan
menurun.
- Riwayat keperawatan sebelumnya
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan, Influenza
sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelumdiketahui
adanya penyakit pneumonia, penyakit paru, jantung serta kelainan
organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien
- Riwayat kesehatan keluarga
Tempat tinggal lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih
besar
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus
Inspeksi :
Adanya PCH, adanya sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral,
distensi abdomen, batuk non produktif sampai produktif dan nyeri dada
Palpasi :
Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkinan
membesar.
Perkusi :
Suara redup pada paru yang sakit
Auskultasi :
Ronchi halus. Ronchi basah, takikardi
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai
15.000 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab
dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin.
Analisis gas darah arteri dapat menunjukan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2.
c. Pemeriksaan rontgen pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan
sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada
bronchopneumonia bercak-bercak infiltrate didapatkan pada satu
atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus, foto rontgen juga dapat
menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus, dan
beberapa komplikasi seperti pleuritis, abses paru, pericarditis.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran
napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih
2.2.2 Batasan karakteristik
Dispnea
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Suara napas tambahan
Sputum berlebihan
ortopnea
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Obstruksi jalan napas
Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas
2.2.4 Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida di
membrane kapiler alveolar
2.2.5 Batasan karakteristik
Dispea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Napas cuping hidung
Karbondioksida menurun
Hipoksia
Iritabilitas
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Diagnosa 3 : Nyeri akut
2.2.7 Definisi
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi).
2.2.8 Batasan Karakteristik
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya.
Diaphoresis.
Dilatasi pupil.
Perubahan posisi untuk mengurangi nyeri.
Ekspresi wajah nyeri.
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Agens cedera biologis.
Agens cedera fisik.
Agens cedera kimiawi.
Diagnosa 4 : ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2.2.10 Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
2.2.11 Batasan Karakteristik
Subjektif
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menolak makan
Indigesti
Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Objektif
Pembuluh kapiler rapuh
Diare atau steatore
Bising usus hiperaktif
Kurang informasi
Kurangnya minat terhadap makanan
Membran mukosa pucat
Menolak untuk makan
2.2.12 Faktor yang berhubungan
Ketergantungan zat kimia
Penyakit kronis
Intoleransi makanan
Kebutuhan metabolik tinggi
Hilang nafsu makan
Gangguan psikologis
Diagnosa 5 : Kekurangan volume cairan
2.2.13 Definisi
Penurunan cairan intravascular, intertisial, atau intrasel.
2.2.14 Batasan Karakteristik
Subjektif
Haus
Objektif
Perubahan status mental
Penurunan turgor kulit dan lidah
Penurunan haluaran urine
Penurunan pengisian vena
Kulit dan membrane mukosa kering
Hematokrit meningkat
Suhu tubuh meningkat
Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah,
penurunan volume dan tekanan nadi.
Konsentrasi urine meningkat
Penurunan berat badan yang tiba-tiba
Kelemahan
2.2.15 Faktor yang berhubungan
Kehilangan volume cairan aktif
Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti, dalam diabetes insipidus,
hiperaldosteronisme)
(asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat)
Diagnosa 6 : ketidakefektifan pola nafas
2.2.16 Definisi
Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
2.2.17 Batasan Karakteristik
Subjektif
- Dispnea
- Nafas pendek
Objektif
- Perubahan ekskursi dada
- Mengambil posisi tiga titik tumpu (tripod)
- Bardipnea
- Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
2.2.18 Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Efusi pleura
Diagnosa 7 : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
2.2.19 Definisi
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi.
2.2.20 Batasan Karakteristik
Apnea.
Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu.
Gelisah.
Hipotensi.
Kejang.
Koma.
2.2.21 faktor yang berhubungan
Ages farmaseutikal.
Aktivitas berlebihan.
Dehidrasi.
Iskemia.
Pakaian yang tidak sesuai.
Trauma.
Penyakit.
Diagnosa 8 : intoleransi aktivitas
2.2.22 Definisi
ketidakseimbangan antar suplai oksigen, kelemahan umum, tirah
baring lama/imobilisasi.
2.2.23 Batasan karakteristik
Subjektif

Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas


Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

Objektif

Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon


dari aktivitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

2.2.24 faktor yang berhubungan

Tirah baring dan imobilitas


Kelemahan umum
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gaya hidup kurang sehat/gerak
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
Pencegahan aspirasi : tindakan personal untuk mencegah masuknya
cairan dan partikel padat ke dalam paru
Status pernapasan : kepatenan jalan napas : jalan napas
trakeobronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas
Status pernapasan : ventilasi : pergerakan udara masuk dan keluar
paru.

2.3.1 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar


rujukan)
Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan udara
Manajemen asma : mengidentifikasi, menangani, dan mencegah
reaksi inflamasi/ kontriksi di dalam jalan napas
Mengatur posisi : mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien
secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan
psikologis
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas
2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
Respon ventilasi mekanis : orang dewasa : pertukaran alveolar dan
perfusi jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanis.
Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar
paru-paru
Tanda-tanda vital : kondisi suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan
darah dalam rentang normal.
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas
Ventilasi mekanik : penggunaan alat buatan untuk membantu pasien
bernapas
Terapi oksigen : memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya
Pemantauan tanda-tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis
data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan
dan mencegah komplikasi.
Diagnosa 3 : Nyeri akut
2.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
NOC : pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil : - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu memgunakan tehnik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
-Mampu mengenal nyeri (skala,intensitas,frekuensi
dan tanda nyeri.
- Menyatakan rasa nyaman settelah nyeri berkurang
2.3.6 Intervensi
NIC : Pain management
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi, kualiatas
dan faktor presipitasi.
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,nonfarmakologi dan interpersonal)
Diagnosa 4 : ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2.3.7 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
- Mempertahankan berat badan atau bertambah berat badan

- Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat

- Mengungkap tekad untuk mematuhi diet

2.3.8 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC

- Manajemen gangguan makan: mencegah dan menangani pembtasan


diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan
- Manajemen nutrisi: membantu atau enyediakan asupan makanan dan
cairan diet seimbang
- Pemantauan nutrisi: mengumoulkan dan menganalisi data pasien
untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi
Diagnosa 5 : Kekurangan volume cairan
2.3.9 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Pasien akan memiliki konsentrasi urine normal.
Memiliki hematokrit dan hemoglobin dalam batas normal.
Tidak mengalami haus yang tidak normal
Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam
24jam.
Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat.

Intervensi keperawatan dan rasional


a. Pengkajian :
- kaji warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan.
- Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
- Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
b. Observasi :
- Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(misalnya: diare, drainase luka, pengisapan nasogastric)
c. Mandiri :
- Pemantauan cairan : mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk mengatur keseimbangan cairan.
- Managemen elektrolit : Meningkatkan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau yang
tidak diharapkan.
- Managemen hipovolemia :Mengembangkan volume cairan
intavaskuler pada pasien yang mengalami penurunan volume
cairan.
d. Kolaborasi
- Berikan terapi Intravena sesuai dengan program.
Diagnosa 6 : ketidakefektifan pola nafas
Tujuan dan Kriteria hasil
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Intervensi dan Rasional

Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Diagnosa 7 : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

No. Diagnosa NOC NIC Rasional


2. Hipertermi Setelah 1. Kaji penyebab 1. Sebagai dasar
a dilakukan hipertermia. rencana
berhubung tindakan 2. Observasi suhu intervensi.
an dengan keperawatan, badan. 2. Proses
proses diharapkan 3. Beri kompres peningkatan
penyakit. klien hangat pada dahi suhu
mengalami atau aksila. menujukkan
keseimbangan 4. Beri minum proses
suhu tubuh sering tapi penyakit
dengan sedikit. infeksius
kriteria hasil:
5. Anjurkan untuk akut.
memakai pakaian 3. Daerah dahi
- suhu tubuh yang tipis dan dan aksila
dalam menyerap merupakan
rentang keringat. jaringan tipis
normal 6. Kolaborasi dan terdapat
(35.9-37.5 dalam pemberian pembuluh
C) obat antipiretik. darah
- Nadi dan sehingga
pernapasan proses
dalam vasodilatasi
rentang pembuluh
normal. darah cepat
dan
pergerakan
molekul
cepat.
4. Untuk
mengganti
cairan yang
hilang selama
proses
evaporasi.
5. Pakaian yang
tipis dapat
membantu
mempercepat
proses
evaporasi.
6. Obat
antipiretik
bekerja
sebagai
pengatur
kembali
pusat
pengatur
panas.

Diagnosa 8 : Intoleransi aktivitas

Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):


- Berpartisipasi pada aktivitas fisik tanpa peningkatan TTV
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Mampu berpindah dengan atau tanpa alat.
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1. Identifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Rasional : Mengetahui kemampuan aktivitas klien.
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
Rasional : Memudahkan kegiatan aktivitas klien
3. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti
kursi roda.
Rasional : Memudahkan kegiatan aktivitas klien
4. Buat jadwal latihan di waktu luang.
Rasional : Memudahkan/memungkinkan kegiatan klien
5. Kalaborasi
Rasional : Mengetahui masalah klien.
III. Daftar Pustaka

http://rahayuwijayanti87.blogspot.co.id/2014/04/laporan-pendahuluan-
pneumonia-pada-anak.html
Iskandar Mah-iditat. ( 1985 ) Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta : EGC

Ngastiyah , ( 1997 ). Perawatan an Anak Sakit. Jakarta : EGC

Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi. I Jakarta : EGC

Roudelph, ( 2007 ) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC

Suriadi, Skp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2011 .Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis


NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9, Jakarta : EGC
Pelaihari, April 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( . ) ( . )

Anda mungkin juga menyukai