Proposal Hipertensi Pada Lansia
Proposal Hipertensi Pada Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak
bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan otak), penyakit
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi
kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas
hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi
menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko
morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor
risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya
diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani,
2007)
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan
aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis, tidak dapat
lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang lancar. Hasilnya
adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan
Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada
kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering ditemukan
pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan:
meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki
(31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut:
penelitian pada usia diatas tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint
dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1%
(laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah
29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya riwayat
keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor risiko
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil
pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup,
sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering
diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada
kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan
26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas
pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat
menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi
12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun. Dalam hal ini secara demografi
struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin
menua (ageing population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia
(lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari
Penyakit tidak menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan
faktor risiko yang sama (common underlying risk faktor) seperti kardiovaskuler, stroke,
diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker tertentu. Faktor risiko
tersebut antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat,
kurang olah raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi
kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29%
wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke,
1,2% diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan
(obesitas), dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih per minggu hanya 14,3%.
Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat tinggi yaitu sebesar
B. TUJUAN PENYULUHAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
a. Hipertensi
Pengertian hipertensi
Etiologi hipertensi
Jenis hipertensi
Patofisiologi
Klasifikasi hipertensi
b. Gejala hipertensi
d. Komplikasi hipertensi
e. Pencegahan hipertensi
C. MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi Masyarakat
1) Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan imformasi kesehatan dan penyakit hipertensi
2) Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemantauan hipertensi pada lanjut usia sehingga dapat
b. Bagi Institusi
1) Memberikan masukan dalam hal pemantauan hipertensi pada lanjut usia. Di Pedukuhan Krajan
2) Dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kebijakan program penyakit hipertensi untuk golongan
lanjut usia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah
sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
b. Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang kedua hipertensi
sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar tiroid. Yang banyak terjadi
adalah hipertensi primer, sekitar 92-94% dari kasus hipertensi. Dengan kata lain,
c. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering
dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus.
yaitu:
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-
95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya.
Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang
mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor-
faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah
dan merokok.
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Rohaendi, 2008).
e. Klasifikasi Hipertensi
(2008):
1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
Tekanan diastolik
B. GEJALA HIPERTENSI
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-
55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita
hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia
lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat
yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama
aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang
mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25%
untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah
tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia
karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = ------------------------------------------------
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa
Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran
tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Marliani juga
berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal (tidak
obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya
normal. (Marliani,2007).
2) Kurang olahraga
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki
selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan
peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada
peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon
Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan
kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low
3) Kebiasaan Merokok
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif
oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
5) Minum alkohol
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi,
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas
D. KOMPLIKASI HIPERTENSI
keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan
lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan
mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada
ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan
volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang
paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin
mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu
lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah.
Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang
dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang
berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal
menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
E. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang
baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet
setiap hari.
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak
berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan
normal.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol
dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah
akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian,
akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.
d. Olahraga teratur.
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi
setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan
individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul
hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina
hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai
berikut:
3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan
bagiannya.
1. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari
penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan
folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia
2. Kacang-kacangan
magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah
tinggi.
3. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih
sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah
penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk
4. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah
satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan
5. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal
kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik
6. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat
Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
2. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan menggunakan
garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.
3. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan, acar.
Keterangan:
mengandung ion natrium atau Na+). Ion natrium yang tinggi dalam darah dapat meningkatkan
kandungan air sehingga kerja jantung meningkat dan dapat meningkatkan tekanan darah.
kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan minyak yang tinggi akan meningkatkan kandungan
kolesterol dalam darah (terutama pangan dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi).
Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan timbulnya penyumbatan pembuluh
BAB III
PELAKSANAAN PENYULUHAN
A. WAKTU
B. TEMPAT
C. SASARAN
D. MATERI
1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
b. Etiologi
c. Jenis Hipertensi
d. Patofisiologi
e. Klasifikasi Hipertensi
2. Gejala Hipertensi
4. Komplikasi Hipertensi
5. Pencegahan Hipertensi
F. ALAT PERAGA
G. EVALUASI
1. Bentuk Evaluasi
2. Jumlah
http://www.scribd.com/doc/38398817/Hipertensi-Proposal-2010
http://www.scribd.com/doc/84708121/BAB-I-Proposal-Hipertensi
http://obatherbal-jellygamat.com/category/pantangan-makanan-penderita-darah-tinggi/
http://www.masjavas.com/konsumsi-makanan-untuk-penderita-hipertensi-kolesterol-
jantung-dan-asam-urat/
http://blog-penyakit.blogspot.com/2011/12/makanan-sehat-untuk-penderita-darah.html