Anda di halaman 1dari 12

KURANGNYA PEMANFAATAN PENGEMBANGAN INFORMASI KESEHATAN

OLEH MASYARAKAT DI INDONESIA

Paper Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan

Dosen Pengampu: Amrina Rosyada, S.KM.,M.PH

DISUSUN OLEH:

NAMA: PUTRI DINDA SABILLA

NIM: 10011381621147

KELAS: 3B

SEMESTER: 3 (GANJIL)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan


meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Untuk
mendukung agar kesehatan masyarakat meningkat dan akses pelayanan kesehatan yang tidak
sulit didapatkan pastinya dibutuhkan sistem yang mendukung agar informasi kesehatan
diketahui dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat, salah satunya diterapkan dalam sistem
informasi kesehatan nasional.

Sistem informasi kesehatan nasional atau yang biasa disingkat menjadi SIKNAS adalah
sebuah sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan, dan
penggunaan informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
melalui manajemen yang lebih baik pada semua jenjang kesehatan (WHO 2004).

Untuk mencapai peningkatan kesehatan masyarakat membutuhkan data dan informasi


mengenai kesehatan agar bertambah pengetahuannya, tetapi kebanyakan masyarakat yang
tidak memanfaatkan data dan informasi kesehatan yang ada karena berbagai faktor
penghambat. Dalam hal ini, pemerintah dan kader kesehatan masyarakat memiliki peranan
penting untuk memberikan informasi yang tidak masyarakat ketahui tentang data dan informasi
kesehatan yang ada. Maka dari itu sangat penting untuk mengembangkan pola pemikiran
masyarakat bahwa kita perlu mengakses informasi kesehatan melalui sistem yang ada di
Negara kita.

1.2 Tujuan

Tujuan meningkatkan pengetahuan serta minat masyarakat dalam pemanfaatan data


dan informasi kesehatan di Indonesia adalah menambah pengetahuan masyarakat akan
perkembangan media informasi pada sistem kesehatan di Indonesia dan mengembangkan
pemikiran masyarakat bahwa di zaman yang modern ini sangat penting penggunaan media
informasi sehingga masyarakat mau ikut berkontribusi dalam pemanfaatan sistem informasi
yang ada agar dapat dimanfaatkan dengan baik dan mensukseskan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS).
1.3 Manfaat

Menggunakan media informasi di bidang kesehatan pastinya banyak manfaat yang


didapatkan masyarakat sendiri, dengan menggunakan sistem informasi kesehatan dalam
mengakses data dan juga informasi sangat efisien, menghemat biaya, menghemat waktu, dan
juga menambah wawasan masyarakat dalam penggunaan media informasi yang mana pada
zaman modern ini sangat diperlukan pengetahuan dalam menggunakan media informasi agar
kita dapat mengikuti perkembangan zaman dan juga mendapatkan manfaat karena kita
menggunakan media informasi untuk hal yang positif dan juga bermanfaat bagi diri kita untuk
menambah pengetahuan. Untuk pemerintah sendiri manfaat dalam penggunaan media
informasi dalam kesehatan dapat mengkoordinir dan memantau perkembangan mengenai
kesehatan masyarakat lewat sistem yang ada.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SIKNAS

SIKNAS adalah Sistem informasi yang berhubungan dengan Sistem-sistem Informasi


lain baik secara nasional maupun internasional dalam kerjasama yang paling menguntungkan.
SIKNAS dibangun dan dikembangkan dari berbagai jaringan Sistem-Sistem Informasi
Kesehatan Propinsi dan Sistem-Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Berdasarkan
analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka Strategi Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) meliputi:
1. Integrasi Sistem Informasi Kesehatan yang ada.

2. Penyelenggaraan Pengumpulan dan Pemanfaatan Bersama Data dan Informasi yang


Terintegrasi.

3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah

4. Pemngembangan Pelayanan Data dan Informasi untuk Manajemen

5. Pengembangan Pelayanan Data dan Informasi untuk Masyarakat

6. Pengembangan Teknologidan Sumber Daya Informasi

Dalam mewujudkan SIKNAS ada beberapa kelemahan yang penting yaitu:

1. Sistem Informasi Kesehatan masih terfragmentasi

Sebagaimana diketahui, di Departemen Kesehatan terdapat berbagai Sistem Informasi


Kesehatan yang berkembang sejak lama, tetapi satu sama lain kurang terintegrasi. Sistem-
sistem Informasi Kesehatan tersebut antara lain adalah:
a. Sistem Informasi Puskesmas
b. Sistem Informasi Rumah Sakit
c. Sistem Surveilans Terpadu
d. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
e. Sistem Informasi Obat
f. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
g. Sistem Informasi IPTEK Kesehatan/Jaringan Litbang Kesehatan

Masing-masing sistem informasi tersebut cenderung untuk mengumpulkan data sebanyak-


banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya sendiri. Dampak negatifnya adalah
berupa kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan data. Fragmentasi juga terjadi
dalam kancah lintas sektor. Derajat kesehatan masyarakat sesungguhnya sangat ditentukan oleh
sektor-sektor yang berkaitan dengan perilaku manusia dan kondisi lingkungan hidup, di
samping oleh sector kesehatan. Akan tetapi selama ini informasi yang berasal dari sektor-sektor
terkait di luar kesehatan tidak pernah tercakup dalam Sistem Informasi Kesehatan.
2. Sebagian besar Daerah belum memiliki kemampuan memadai

Beberapa Daerah Provinsi tampaknya sudah mulai mengembangkan Sistem Informasi


Kesehatannya karena adanya berbagai proyek pinjaman luar negeri (ADB3, CHN3, HP5, PHP,
dan lain-lain). Akan tetapi tampaknya pengembangan yang dilakukan masih kurang mendasar,
kurang komprehensif, dan tidak mengatasi masalah-masalah klasik yang ada. Setiap proyek
cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang memperhatikan
kelangsungan sistem. Banyak fasilitas komputer akhirnya kadaluwarsa (out of date) atau rusak
sebelum Sistem Informasi Kesehatan yang diinginkan terselenggara. Yang belum rusak pun
pada umumnya bervariasi baik dalam spesifikasi perangkat kerasnya maupun perangkat
lunaknya, sehingga satu sama lain tidak berseuaian (compatible).

3. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal

Sistem informasi dengan manajemen adalah ibarat sistem saraf dengan jaringan tubuh. Sistem
saraf yang baik pun tidak akan ada artinya apabila jaringan tubuh yang ditopangnya mati
(nekrosis). Apa lagi bila ternyata sistem sarafnya pun buruk pula. Selama ini manajemen
kesehatan yang dipraktekkan, khususnya di Daerah dan tingkat operasional (Rumah Sakit,
Puskesmas, dan lain-lain) tidak pernah jelas benar.
4. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat kurang
dikembangkan

Akhir-akhir ini minat masyarakat untuk memanfaatkan data dan informasi, termasuk di bidang
kesehatan, sesungguhnya tampak meningkat secara nyata. Hal ini terutama karena dipacu oleh
revolusi di bidang telekomunikasi dan informatika (telematika) akibat makin meluasnya
penggunaan komputer dan jaringannya (intranet dan internet). Namun demikian,
tuntutan masyarakat yang meningkat ini tampak kurang berkembang di bidang kesehatan
karena kurangnya respon.
5. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal

Kelemahan ini sebenarnya merupakan penyebab dari timbulnya kelemahan nomor 4 di atas.
Masalahnya tampaknya bukan karena biaya untuk teknologi telematika yang memang besar,
tetapi lebih karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi telematika yang masih kurang,
akibat pengaruh budaya (kultur).
6. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan terbatas

Kelemahan ini pun berkait dengan masalah rasio biaya-manfaat yang masih sangat rendah.
Padahal selain investasi, Sistem Informasi Kesehatan juga memerlukan biaya yang tidak sedikit
untuk pemeliharaannya. Banyak investasi yang sudah dilakukan, khususnya yang berupa
pemasangan komputer, pelatihan petugas, pencetakan formulir, dan lain-lain akhirnya tidak
berlanjut karena ketiadaan dana untuk mendukung kelangsungannya. Apa lagi selama ini
ketersediaan dana Daerah umumnya kurang mencukupi.
7. Kurangnya tenaga purna-waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan

Selain dana, kelangsungan Sistem Informasi Kesehatan juga sangat ditentukan oleh keberadaan
tenaga purna-waktu yang mengelolanya. Selama ini di banyak tempat, khususnya di Daerah,
pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain.
Selama ini sudah terdapat jabatan-jabatan fungsional untuk para pengelola data dan informasi,
yaitu Pranata Komputer dan Statistisi, yang memberi tunjangan jabatan sebagai imbalan.
Namun demikian untuk dapat memangku jabatan-jabatan tersebut diperlukan persyaratan
tertentu yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi kesehatan.

2.2 Penyebab Masyarakat Tidak Memanfaatkan Data dan Informasi Kesehatan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperlukan pengetahuan yang baik


mengenai informasi kesehatan, maka dari itu pemerintah membuat sistem informasi kesehatan
agar dapat diakses oleh masyarakat untuk menambah pengetahuan, agar dapat meningkatkan
derajat kesehatan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia tidak memanfaatkan data dan
informasi tersebut dikarenakan berbagai macam faktor.

Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam


menangani kesehatan diri maupun lingkungannya, karena sebagian besar masyarakat masih
tergantung pada peran pemerintah. Kondisi ini erat hubungannya dengan perkembangan sosial
ekonomi dan transisi demografi yang berlangsung cepat. Disisi lain desentralisasi memerlukan
paradigma baru dalam pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat pada tingkat kabupaten
yang memerlukan ketersediaan data dan informasi (Departemen Kesehatan RI, 2002).
Salah satu upaya pokok dalam melaksanakan sistem desentralisasi adalah
pengembangan sistem informasi kesehatan yang lebih baik. Saat ini sering terlihat pengambilan
keputusan tidak dilandasi dengan informasi yang relevan, data yang tidak fleksibel dan terlalu
banyak, sehingga pimpinan tidak memanfaatkannya (Pusat Data dan Informasi, 2011).
Berdasarkan permasalahan tersebut sangat diperlukan perbaikan manajemen data dan
informasi yang terintegrasi melalui pengembangan sistem informasi kesehatan secara
menyeluruh.
Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak memanfaatkan informasi
kesehatan dengan baik dikarenakan kurangnya pengetahuan akan adanya sistem informasi
tersebut, akses internet yang kurang mendukung seperti di daerah terpencil dan sukar sinyal,
ketidak biasaan masyarakat dalam mengakses informasi tentang kesehatan. Ada juga
masyarakat yang tidak terlalu mengikuti perkembangan zaman dan informasi sehingga untuk
mengakses sistem informasi itu dirasa masih sangat asing baginya.

Daerah yang akses internetnya tidak ada menjadi penghalang utama masyarakat tidak
dapat mengakses informasi kesehatan, karena di beberapa daerah di Indonesia masih belum
tersedia akses internetnya dikarenakan berbagai faktor penghambat. Pengetahuan masyarakat
harusnya dapat bertambah dan berkembang karena data dan informasi kesehatan yang tersedia
dapat diakses, di sini peranan pemerintah juga sangat penting untuk pembangunan akses
internet, karena yang mempunyai peranan utama dalam hal ini adalah pemerintah.

Sarana prasarana yang tidak kalah pentingnya dalam menunjang pengembangan


telemedik ini adalah pengembangan jaringan listrik yang bisa menjangkau ke seluruh pelosok
daerah di Indonesia. Seperti yang sudah di ketahui, jaringan listrik di Indonesia juga belum
merata. Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih belum bisa mencukupi kebutuhan listrik
masyarakat, bahkan di Pulau Jawa masih ada beberapa desa terpencil yang belum mendapat
aliran listrik (Anonim, 2007). Namun di beberapa daerah, meski belum mendapatkan pasokan
listrik dari PLN, mereka mengembangkan sendiri teknologi sederhana dengan menggunakan
sumber daya alam yang ada didaerahnya seperti memanfaatkan tenaga angin, air, maupun
tenaga surya agar daerahnya bisa mendapatkan aliran listrik, walaupun itu diadakan secara
swadaya dari masyarakat dan tokoh masyarakat setempat (Bachri, 2002).
2.3 Meningkatkan Minat Masyarakat Dalam Penggunaan Sistem Informasi Kesehatan

Dalam meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan sistem


informasi kesehatan yang ada sesungguhnya ini adalah peranan penting bagi pemerintah untuk
memberitahu masyarakat dan mensosialisasikan ke masyarakat. SIKDA sendiri dikembangkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai upaya untuk memantau,
mengevaluasi, dan merencanakan upaya atau program kesehatan secara berjenjang dan
berkelanjutan dengan indikator pembangunan kesehatan.
Teknologi Informasi (TI) yang terus berkembang mendorong Dinas Kesehatan di
daerah melakukan pengelolaan dan pengembangan SIK sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Pemerintah Daerah mengembangkan sistem informasi yang dapat mengintegrasikan
dan memfasilitasi proses pengumpulan data dan pengolahan data sehingga dapat mendukung
peranan sistem informasi dalam pelayanan kesehatan (Pusat Data dan Informasi, 2011).
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesatnya, dan dengan adanya sarana,
prasarana dan sumber daya yang memadai diharapkan keterjangkauan dan pemerataan
pelayanan kesehatan yang biasanya sulit didapat masyarakat, terutama masyarakat di daerah
terpencil dapat terjembatani dengan adanya layanan telemedik. Sehingga masyarakat tidak
perlu jauh-jauh untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang terdekat, dan mendapat informasi
yang cepat dan tepat, bahkan bisa mendapat bantuan dari ahli-ahli kesehatan yang terbaik, baik
dari dalam maupun dari luar negeri.
Melakukan peningkatan dalam penguatan sumber daya sistem infoormasi kesehatan
juga sangatlah penting untuk menarik minat masyarakat dalam memanfaatkan sistem informasi
yang ada.Kualitas Manajemen SIK dapat ditingkatkan melalui penguatan sumber daya SIK,
melalui peningkatan kapasitas SDM, penyediaan anggaran, dan infrastruktur. Penguatan ini
dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian pengembangan SIK pada semua tingkat yang
mengacu pada peraturan dan pedoman operasional yang telah ditetapkan. Agar upaya
penguatan sumber daya SIK dapat terlaksana, maka diperlukan advokasi kepada pemangku
kepentingan terutama dalam kaitan penyediaan anggaran yang didukung dengan adanya
Peraturan Daerah/Gubernur/Bupati/Walikota tentang SIK. Ketersediaan anggaran menjadi
penting karena SIK memerlukan infrastruktur penunjang dan upaya pemeliharaannya.
Untuk itu peranan pemerintah memang sangatlah penting untuk mengubah persepsi da
pola pemikiran masyarakat yang awalnya enggan menggunakan media informasi kesehatan,
karena apabila pemerintah sudah membuat sistem informasi sedemikian baik dan dapat diakses
dengan mudah maka masyarakat mau menggunakan media informasi kesehatan tersebut
dengan didukung melalui promosi tentang penggunaan media sistem informasi kesehatan yang
ada di Negara kita dan juga mengajarkan masyarakat yang awalnya masih belum bisa
menggunakan media internet agar dapat mengetahui bagaimana caranya mengakses informasi
kesehatan melalui media sistem informasi kesehatan tersebut, maka dapat dipastikan
masyarakat yang awalnya enggan mengakses media sistem informasi kesehatan tersebut
menjadi tertarik dan mau menggunakan karena sistem tersebut sudah pasti dan juga mudah
untuk diakses.

2.4 Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Guna Mensukseskan SIKDA

Sumber daya SIK harus dijamin ketersediaannya, agar SIK dapat berjalan baik. Perlu
ada dukungan pendanaan yang berkesinambungan baik di pusat maupun daerah melalui
advokasi. Penguatan SDM SIK dilakukan dengan perencanaan kebutuhan tenaga SDM SIK,
pengadaan tenaga SDM SIK melalui pelatihan sesuai kebutuhan, pendayagunaan tenaga SDM
SIK meliputi pendistribusian, pemanfaatan dan pengembangan, pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga SDM SIK. Langkah selanjutnya adalah penguatan SDM SIK pada semua tingkat
yang dilakukan melalui perluasan kursus singkat Pemantapan Tenaga SIK dan peningkatan
koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait. Pelatihan rutin yang telah berjalan saat ini
perlu diperkuat dengan meningkatkan koordinasi dengan Badan PPSDM Kesehatan dalam
penyelenggaraan pelatihan SDM SIK baik di tingkat Pusat dan Daerah. Pengembangan
program kursus singkat Pemantapan Tenaga SIK akan dilakukan melalui kerjasama dengan
Perguruan Tinggi yang akan menjadi center of excelent SIK. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan materi atau kurikulum standar bagi petugas kesehatan yang bekerja pada bidang
SIK.

Selain itu akan dilakukan pula kajian terhadap pemanfaatan jaringan SIK yang ada di
Kabupaten/kota, untuk mengetahui kendala-kendala dalam pemanfaatannya. Sehingga dapat
dilakukan optimalisasi pemanfaatan jaringan SIK di Kabupaten/kota yang telah tersambung
dan demikian pula di Kabupaten/kota yang baru tersambung. Advokasi kepada pemangku
kepentingan terkait dilakukan untuk meningkatkan infrastuktur melalui perluasan dan
pemeliharaan sambungan jaringan ke seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Unit
Pelayanan Kesehatan (antara lain RS dan Puskesmas). Diharapkan perluasan sambungan
jaringan dapat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika sehingga dapat
memanfaatkan jaringan backbone komunikasi nasional.
Akses pelayanan internet di daerah terpencil di Indonesia diharapkan kepada
pemerintah untuk membangun jaringan internet di daerah-daerah tersebut untuk memudahkan
masyarakat mengakses dan menggunakan sistem informasi kesehatan yang ada, karena di sini
peran pemerintah menyediakan pelayanan tersebut sedangkan peran masyarakat diharapkan
dapat memanfaatkan sistem informasi kesehatan yang ada guna mempermudah akses
pelayanan kesehatan untuk masyarakat dan juga guna mensukseskan SIKDA.

Dalam rangka mewujudkan sistem kepemerintahan yang baik, penggunaan data dan
informasi dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, dan perencanaan, menjadi hal
yang penting. Informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang dapat memberikan
gambaran tentang sesuatu hal. Data dapat pula menjadi knowledge dan wisdom. Sehingga
pertukaran informasi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan wawasan. Untuk itu,
perlu dibentuk suatu wadah atau forum - forum Informatika Kesehatan di Indonesia yang
diselenggarakan secara rutin. Pusdatin berperan memfasilitasi penyelenggaraan forumforum
informatika tersebut, yang bertujuan untuk menyatukan semua pemangku kepentingan dalam
upaya membuat jejaring dan pertukaran pengetahuan.

Dengan membentuk forum-forum Informatika Kesehatan di Indonesia yang tujuannya


menyatukan semua pemangku kepentingan dalam upaya membuat jejaring dan pertukaran
pengetahuan maka dapat dikembangkan pula sistem informasi kesehatan yang ada di Indonesia
dengan menyatukan dan menukar pendapat serta ilmu yang didapat dari masing-masing
pemangku kepentingan informatika. Diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam
menggunakan dan mengerti akan sistem informasi yang ada sehingga masyarakat tidak
mengalami kesulitan dalam memanfaatkan sistem informasi tersebut, karena masyarakat
enggan menggunakan sistem informasi itu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem informasi kesehatan yang ada harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
karena sistem tersebut dibuat untuk digunakan masyarakat dan juga memudahkan masyarakat
dalam mengakses dan menambah pengetahuan informasi kesehatan. Untuk itu peran
masyarakat sangat penting di sini dalam mensukseskan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKDA) tersebut agar dapat dimanfaatkan dengan baik, dan juga peran pemerintah untuk
memfasilitasi keperluan sistem tersebut guna dapat diakses oleh masyarakat luas.

3.2 Saran

Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan sistem informasi kesehatan yang ada di


Indonesia guna memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat sendiri, di sini peran
pemerintah juga harus bisa menyediakan sistem informasi kesehatan yang mudah diakses
masyarakat luas dan untuk daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan akses internet
diharapkan dapat dibangun akses internetnya oleh pemerintah agar masyarakat dapat
mengakses dan memanfaatkan sistem informasi kesehatan yang ada dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hendriyawan, M, S & Novianta, M, Andang, Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Memanfaatkan Layanan Pesan Singkat, Jurnal Penelitian, vol. 10, hh. 88-89.

Lestari, W, 2008, Telemedik : Sarana Peningkatan Pelayanan Kesehatan


dengan Teknologi Informasi, Jurnal Sistem dan Kebijakan Kesehatan, vol. 11, no. 3, hh. 10-
13.

Pedoman Sistem Informasi Kesehatan 2011, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.


Roadmap Sistem Informasi Kesehatan 2013-2014, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai