DISUSUN OLEH:
NIM: 10011381621147
KELAS: 3B
SEMESTER: 3 (GANJIL)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem informasi kesehatan nasional atau yang biasa disingkat menjadi SIKNAS adalah
sebuah sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan, dan
penggunaan informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
melalui manajemen yang lebih baik pada semua jenjang kesehatan (WHO 2004).
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 SIKNAS
Sistem informasi dengan manajemen adalah ibarat sistem saraf dengan jaringan tubuh. Sistem
saraf yang baik pun tidak akan ada artinya apabila jaringan tubuh yang ditopangnya mati
(nekrosis). Apa lagi bila ternyata sistem sarafnya pun buruk pula. Selama ini manajemen
kesehatan yang dipraktekkan, khususnya di Daerah dan tingkat operasional (Rumah Sakit,
Puskesmas, dan lain-lain) tidak pernah jelas benar.
4. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat kurang
dikembangkan
Akhir-akhir ini minat masyarakat untuk memanfaatkan data dan informasi, termasuk di bidang
kesehatan, sesungguhnya tampak meningkat secara nyata. Hal ini terutama karena dipacu oleh
revolusi di bidang telekomunikasi dan informatika (telematika) akibat makin meluasnya
penggunaan komputer dan jaringannya (intranet dan internet). Namun demikian,
tuntutan masyarakat yang meningkat ini tampak kurang berkembang di bidang kesehatan
karena kurangnya respon.
5. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
Kelemahan ini sebenarnya merupakan penyebab dari timbulnya kelemahan nomor 4 di atas.
Masalahnya tampaknya bukan karena biaya untuk teknologi telematika yang memang besar,
tetapi lebih karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi telematika yang masih kurang,
akibat pengaruh budaya (kultur).
6. Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan terbatas
Kelemahan ini pun berkait dengan masalah rasio biaya-manfaat yang masih sangat rendah.
Padahal selain investasi, Sistem Informasi Kesehatan juga memerlukan biaya yang tidak sedikit
untuk pemeliharaannya. Banyak investasi yang sudah dilakukan, khususnya yang berupa
pemasangan komputer, pelatihan petugas, pencetakan formulir, dan lain-lain akhirnya tidak
berlanjut karena ketiadaan dana untuk mendukung kelangsungannya. Apa lagi selama ini
ketersediaan dana Daerah umumnya kurang mencukupi.
7. Kurangnya tenaga purna-waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan
Selain dana, kelangsungan Sistem Informasi Kesehatan juga sangat ditentukan oleh keberadaan
tenaga purna-waktu yang mengelolanya. Selama ini di banyak tempat, khususnya di Daerah,
pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain.
Selama ini sudah terdapat jabatan-jabatan fungsional untuk para pengelola data dan informasi,
yaitu Pranata Komputer dan Statistisi, yang memberi tunjangan jabatan sebagai imbalan.
Namun demikian untuk dapat memangku jabatan-jabatan tersebut diperlukan persyaratan
tertentu yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi kesehatan.
Daerah yang akses internetnya tidak ada menjadi penghalang utama masyarakat tidak
dapat mengakses informasi kesehatan, karena di beberapa daerah di Indonesia masih belum
tersedia akses internetnya dikarenakan berbagai faktor penghambat. Pengetahuan masyarakat
harusnya dapat bertambah dan berkembang karena data dan informasi kesehatan yang tersedia
dapat diakses, di sini peranan pemerintah juga sangat penting untuk pembangunan akses
internet, karena yang mempunyai peranan utama dalam hal ini adalah pemerintah.
Sumber daya SIK harus dijamin ketersediaannya, agar SIK dapat berjalan baik. Perlu
ada dukungan pendanaan yang berkesinambungan baik di pusat maupun daerah melalui
advokasi. Penguatan SDM SIK dilakukan dengan perencanaan kebutuhan tenaga SDM SIK,
pengadaan tenaga SDM SIK melalui pelatihan sesuai kebutuhan, pendayagunaan tenaga SDM
SIK meliputi pendistribusian, pemanfaatan dan pengembangan, pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga SDM SIK. Langkah selanjutnya adalah penguatan SDM SIK pada semua tingkat
yang dilakukan melalui perluasan kursus singkat Pemantapan Tenaga SIK dan peningkatan
koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait. Pelatihan rutin yang telah berjalan saat ini
perlu diperkuat dengan meningkatkan koordinasi dengan Badan PPSDM Kesehatan dalam
penyelenggaraan pelatihan SDM SIK baik di tingkat Pusat dan Daerah. Pengembangan
program kursus singkat Pemantapan Tenaga SIK akan dilakukan melalui kerjasama dengan
Perguruan Tinggi yang akan menjadi center of excelent SIK. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan materi atau kurikulum standar bagi petugas kesehatan yang bekerja pada bidang
SIK.
Selain itu akan dilakukan pula kajian terhadap pemanfaatan jaringan SIK yang ada di
Kabupaten/kota, untuk mengetahui kendala-kendala dalam pemanfaatannya. Sehingga dapat
dilakukan optimalisasi pemanfaatan jaringan SIK di Kabupaten/kota yang telah tersambung
dan demikian pula di Kabupaten/kota yang baru tersambung. Advokasi kepada pemangku
kepentingan terkait dilakukan untuk meningkatkan infrastuktur melalui perluasan dan
pemeliharaan sambungan jaringan ke seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Unit
Pelayanan Kesehatan (antara lain RS dan Puskesmas). Diharapkan perluasan sambungan
jaringan dapat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika sehingga dapat
memanfaatkan jaringan backbone komunikasi nasional.
Akses pelayanan internet di daerah terpencil di Indonesia diharapkan kepada
pemerintah untuk membangun jaringan internet di daerah-daerah tersebut untuk memudahkan
masyarakat mengakses dan menggunakan sistem informasi kesehatan yang ada, karena di sini
peran pemerintah menyediakan pelayanan tersebut sedangkan peran masyarakat diharapkan
dapat memanfaatkan sistem informasi kesehatan yang ada guna mempermudah akses
pelayanan kesehatan untuk masyarakat dan juga guna mensukseskan SIKDA.
Dalam rangka mewujudkan sistem kepemerintahan yang baik, penggunaan data dan
informasi dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, dan perencanaan, menjadi hal
yang penting. Informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang dapat memberikan
gambaran tentang sesuatu hal. Data dapat pula menjadi knowledge dan wisdom. Sehingga
pertukaran informasi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan wawasan. Untuk itu,
perlu dibentuk suatu wadah atau forum - forum Informatika Kesehatan di Indonesia yang
diselenggarakan secara rutin. Pusdatin berperan memfasilitasi penyelenggaraan forumforum
informatika tersebut, yang bertujuan untuk menyatukan semua pemangku kepentingan dalam
upaya membuat jejaring dan pertukaran pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan yang ada harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
karena sistem tersebut dibuat untuk digunakan masyarakat dan juga memudahkan masyarakat
dalam mengakses dan menambah pengetahuan informasi kesehatan. Untuk itu peran
masyarakat sangat penting di sini dalam mensukseskan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKDA) tersebut agar dapat dimanfaatkan dengan baik, dan juga peran pemerintah untuk
memfasilitasi keperluan sistem tersebut guna dapat diakses oleh masyarakat luas.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA