Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Buli (Kandung Kemih, vesika Urinaria)

Buli disebut juga kandung kemih, vesika urinaria, urinary bladder.

Buli-buli bekerja sebagi penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah

pir. Letaknya di dalam panggul besar, dibelakang simfisis pubis (Pearce, 2009).

Buli-buli menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya

melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung urine, buli-buli

mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang

lebih adalah 300-450 ml (Purnomo, 2009).

2.1.2 Pelvis

Pelvis adalah cincin tulang di bagian bawah tubuh. Terdiri dari tiga

bagian (ilium, iskium dan pubis) dan empat tulang (dua tulang inominata atau

tulang panggul, sakrum dan koksigis) (Stright, 2004).

Pelvis dibatasi oleh sakrum dan koksigis di posterior dan os inominata

di anterolateral. Saat dewasa, tulang inominata telah menyatu seluruhnya pada

asetabulum. Asetabulum adalah ronggga jeluk, berbentuk cawan yang dibentuk

oleh pertemuan tiga tulang pubis membentuk bagian depan, ilium bagian atas,

dan iskium bagian belakang. Asetabulum bersendi dengan femur dalam

formasi gelang panggul (Pearce, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Tulang Pelvis

2.1.2.1 Pubis

Tulang kemaluan (pubis) terdiri atas sebuah badan dan dua ramus.

Badannya berbentuk persegi empat dan di atasnya menjulang krista pubis.

Tulang pubis bersatu di depan pada simfisis pubis (Pearce, 2009).

2.1.3 Femur

Femur (tulang paha) adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu

bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini ia

menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa

tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung (Pearce, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Ruptur Buli (Trauma Buli-buli)

Ruptur buli disebut juga trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria

merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera,

bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti

perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di

dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami

cedera. Rudapaksa kandung kemih terbanyak karena kecelakan lalu lintas atau

kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai

buli-buli. Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan ruptur kandung kemih

(Sjamsuhidajat, 1998).

Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal dan

ekstraperitoneal. Ruptur buli ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen

fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Cedera

pada abdomen bawah sewaktu kandung kemih penuh menyebabkan ruptur buli

intraperitoneal (Sjamsuhidajat, 1998).

2.1.5 Fraktur

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang

bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya

suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan

tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang (Helmi, 2011).

Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan

sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur

tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang,

Universitas Sumatera Utara


sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Fraktur

terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui

luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar.

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi

seperti malunion, delayed union, nounion dan infeksi tulang (Bucholz, 2006).

2.1.5.1 Fraktur Pelvis

Tulang sakrum, ilium dan pubis yang membentuk tulang pelvis, yang

merupakan cincin tulang stabil dan menyatu pada orang dewasa. Fraktur pelvis

dapat disebabkan karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera

remuk (Smeltzer, 2001).

Fraktur pelvis menyebabkan terbukanya cincin pelvis dan dapat

mengakibatkan ketidakstabilan. Derajat ketidakstabilan tergantung dari cincin

bagian mana yang terputus. Ketidakstabilan secara mekanik dapat

mengakibatkan ketidakstabilan hemodinamik bila disertai dengan kerusakan

vaskuler dalam rongga pelvis.

2.1.5.2 Fraktur Femur

Fraktur femur adala rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi

tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang femur dapat mengalami

fraktur akibat trauma langsung, puntiran atau pukulan pada bagian depan yang

berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Etiologi

Trauma buli sering disebabkan rudapaksa dari luar, dan sering

didapatkan bersama dengan fraktur pelvis. Penyebab lain adalah trauma

iatrogenik (FK UI, 1995).

Penyebab fraktur adalah trauma. Mayoritas fraktur adalah akibat

kecelakaan lalu lintas. Trauma lainnya adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan

kerja dan kecelakaan/cedera olah raga (FK UI, 1995).

2.3 Patofisiologi

Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur felvis.

Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen

tulang pelvis merobek dindingnya (Gambar B). Dalam keadaan penuh terisi

urine, buli-buli mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan dari luar berupa

benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada bagian fundus

dan menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum (Gambar A)

(Purnomo, 2009).

Gambar 2. Ruptur buli-buli.

Universitas Sumatera Utara


Keterangan gambar : (A) Intraperitoneal, robeknya buli-buli pada daerah

fundus, menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum. (B)

ekstraperitoneal akibat fraktur tulang pelvis (Purnomo, 2009).

Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan

metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka

atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan

rasa nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi

neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik

terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang

kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara

luar(Sjamsuhidajat, 1998).

2.4 Manifestasi Klinik

Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga

tidak jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok. Pada

abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat nyeri tekan

pada daerah supra publik ditempat hematom. Pada ruptur buli-buli

intraperitonial urine yang seriong masuk ke rongga peritonial sehingga

memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial. Lesi ekstra

peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga peritonial yang

sering menyebabkan septisema (Sjamsuhidajat, 1998).

Universitas Sumatera Utara


2.5 Diagnosa

2.5.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik kandung kemih :

Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien

mengeluh nyeri pada bagian suprasimfisis, kencing bercampur darah atau

mungkin pasien tidak dapat buang air kecil. Gambaran klinis yang lain

tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli yang mengalami cedera yaitu

intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera, serta penyulit

yang terjadi akibat trauma. Dalam hal ini mungkin didapatkan tanda fraktur

pelvis (Purnomo, 2009).

Pemeriksaan Fisik Fraktur :

1) Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada paha

dengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak

yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar

dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan beresiko meningkat respon

syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat yang

mengantarkan pada resiko tinggi infeksi.

Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi,deformitas,

pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot, kripitasi,

pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma

dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah

beberapa jam atau beberapa setelah cedera.

Universitas Sumatera Utara


2) Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan adanya kripitasi

3) Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan

memberika respon trauma pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen

tulang yang patah (Muttaqin, 2011).

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang dilakukan

adalah:

- Pemeriksaan rontgen

Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma

- Scan tulang, temogram, scan CT / MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasikerusakan jaringan lunak.

- Hitung darah lengkap

Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multiple).Peningkatan jumlah SDP (sel darah putih)adalah respons

stress normal setelahtrauma.

- Kreatinin

Trauma otot meningkatkan bebankreatinin untuk klirens ginjal.

Pemeriksaan radiologik lain untuk menunjang diagnosis adalah

sistografi, yang dapat memberikan keterangan ada tidaknya ruptur kandung

kemih, dan lokasi ruptur apakah intraperitoneal atau ekstraperitoneal

(Sjamsuhidajat, 1998).

Universitas Sumatera Utara


2.6 Penatalaksanaan

3.4.1 Penatalaksanaan Ruptur Buli

1. Pada ruptur intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk

mencari robekan pada buli-buliserta kemungkinan cedera organ lain.

Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2lapis,

kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan

laparotomi. Dilepaskan kateter pada hari ke 7.

2. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana dianjurkan untuk

memasang kateter 7-10 haritetapi dianjurkan juga untuk melakukan

penjahitan disertai pemasangan kateter sistostomi.

3. Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter

uretra/kateter sistostomi, terlebihdahulu dilakukan pemeriksaan sistografi

untuk melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin (Purnomo,

2009).

3.4.2 Penatalaksanaan Fraktur

Penatalaksanaan fraktur menurut standart pelayanan Adam Malik

adalah, pada pertolongan pertama, dilakukan pemasangan bidai pada anggota

gerak yang diduga patah untuk mengurangi pergerakan antar fragmen tulang

sehingga dapat mengurangi nyeri, perdarahan dan menghindari kerusakan

jaringan lebih lanjut. Pada patah tulang terbuka perlu tindakan dibridemen dan

disertai dengan pemberian antibiotik profilaksis (RSUP HAM, 2011).

Universitas Sumatera Utara


Empat prinsip penanganan fraktur menurut ChairudinRasjad (1998)

adalah:

1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah

mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan

klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi

fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan,

komplikasi yangmungkin terjadi selama pengobatan.

2. Reduction: tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang.

Dapat dicapai yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi

tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik fraktur

kemudian memanupulasi untuk mengembalikan kesegarisan normal/dengan

traksi mekanis.Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi tertutup

gagal/tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal

yang digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan

tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna

fixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbukakan mengimobilisasi fraktur

yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan skrup/pen kedalam fraktur

yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara

bersamaan.

3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan

mencegah pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk

mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami fraktur) adalah

dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara

Universitas Sumatera Utara


menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol

dan tahanan beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan

mencegah reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi,

mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi

nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik

tubuh. Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi.

4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimalmungkin.

2.7 Tinjauan Tentang Obat

2.7.1 Ceftriaxone

Ceftriaxon adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga yang memiliki

aktivitas bakterisid yang luas dengan cara menghambat sintesis dinding sel,

dan mempunyai masa kerja yang lebih panjang dari golongan sefalosporin lain.

Aktivitasnya anti kuman gram negatif kuat kecuali pseudomonas.

Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap

stafilokok jauh lebih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA dan

MRSE.Digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap

amoksisilin dan sefalosporin generasi 1, juga terkombinasi dengan

aminoglikosida (gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat

aktiitasnya (Tjay, 2007).

Ceftriaxon diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang

dan sendi, infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih, meningitis dan

profilaksis preoperasi (Tatro, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2.7.2 Ketorolak

Injeksi ketorolac diindikasikan untuk terapi jangka pendek pada rasa

sakit sedang sampai berat, tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 5

hari.Mekanisme kerja menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat

kerja cyclooxygenase (Tatro, 2003).

2.7.3 Ranitidin

Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang

menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2. Obat ini

menempati reseptor histamin H2 secara selektif dipermukaan sel-sel parietal

sehingga sekresi asam lambung dan pepsin sangat dikurangi (Tjay, 2007).

Penggunaan ranitidin dapat digunakan untukpencegahan perdarahan GI

atas; pengobatan aspirasi pneumonia; stres ulkus; dan kerusakan lambung

NSAID. Digunakan sebagai bagian dari rejimen multi-obat untuk memberantas

Helicobacter pylori dalam pengobatan ulkus peptikum; pencegahan kerusakan

mukosa duodenum gastro yang mungkin terkait dengan OAINS jangka

panjang; untuk mengontrol perdarahan GI atas akut; pencegahan ulkus stres

(Tatro, 2003).

2.7.4 Gentamisin

Gentamisin adalahantibiotik golongan aminoglikosida yang diisolasi

dari Micromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap pseudomonas, proteus

dan stafilokok yang resisten terhadap penisilin dan metisilin (MRSA). Maka

obat-obat ini sering digunakan pada infeksi dengan kuman-kuman tersebut,

Universitas Sumatera Utara


juga sering kali dikombinasikan dengan suatu sefalosporin gen-3. Tidak aktif

terhadap mycobacterium, streptokok dan kuman anaerob (Tjay, 2007).

Aktivitas antibakteri gentamisin, tertuju pada basil gram-negatif yang

aerobik. Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif

dalam kondisi anaerobik rendah sekali. Ini dapat dijelaskan berdasarkan

kenyataan bahwa untuk transport aminoglikosida membutuhkan oksigen

(transport aktif) (Ganiswarna, 1995).

Gentamisin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi tulang serius dan

infeksi sendi yang rentan disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Citrobacter,

Enterobacter, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Serratia, atau Pseudomonas

(McEvoy, 2011).

2.7.5 Metronidazol

Metronidazol merupakan senyawa nitro-imidazole yang memiliki

spektrum anti-protozoa dan antibakteri yang luas. Berkhasiat kuat terhadap

semua protozoa patogen anaerob lain seperti Trichomonas dan Giardia. Obat

ini juga aktif terhadap semua cicci dan basil anaerob gram positif dan negatif,

tetapi tidak aktif teradap kuman aerob. Metronidazole bersifat bakterisid

jaringan kuat (Tjay, 2007).

2.7.6 Parasetamol

Parasetamol merupakan metabolit dari fenasetin yang berkhasiat

sebagai analgetik dan antipiretik tapi tidak antiradang.Penggunaannya tidak

mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran serta tidak menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


ketagihan. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang

paling aman (Tjay, 2007).

Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pusat

penghantar kalor di hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer (di kulit)

sehingga terjadi pengeluaran panas yang disertai banyak keringat (Tjay, 2007).

2.7.7 Asam traneksamat

Asam traneksamat diindikasikan untuk obat antifibrinolitik yang

menghambat pemutusan benang fibrin, digunakan untuk profilaksis dan

pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan. Dosis

0,5-1 g, 2-3x/hari. Efek samping asam traneksamat adalah mual, muntah, diare,

pusing dan rash (Ganiswara, 1995).

2.7.8 Plasbumin

Plasbumin adalah konsentrat protein plasma dari darah manusia. Ia

bekerja dengan meningkatkan volume plasma atau tingkat albumin serum.

Plasbumin digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, termasuk syok akibat

kehilangan darah dalam tubuh, luka bakar, kadar protein rendah karena operasi

atau gagal hati, dan sebagai obat tambahan dalam operasi (Hardjosaputra,

2008).

Albumin merupakan komponen protein yang terbesar dari plasma,

darah. Albumin berperan dalam transportasi obat-obatan yang tidak larut dalam

air (Marzuki, 2003). Albumin juga berfungsi dalam pengikatan obat. Kadar

protein yang rendah seperti hipoalbuminemia dapat menurunkan tempat

Universitas Sumatera Utara


pengikatan dengan protein sehingga memungkinkan obat lebih banyak bebas

dalam dsirkulasi dan dapat menyebabkan toksisitas obat(Kee, 1996).

2.7.9 Novalgin

Novalgin mengandung Na. Metamizole. Diindikasikan untuk nyeri

hebat yang berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, post operasi nyeri akut

dan kronik. Dosisnya 2-5 ml iv/im dalam dosis tunggal (Hardjosaputra, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai