Anda di halaman 1dari 7

Definisi Keanekaragaman Hayati

Pengertian keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain
serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi
keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem (Convention on Biological Diversity, 1993).
Pengertian yang lain, keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya
hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),
keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono dkk, 2005: 6).
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya
dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan
dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat
baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya (Global Village Translations,
2007:4). Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem,
spesies, maupun gen di suatu daerah. Pengertian yang lebih mudah dari keanekaragaman hayati
adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat
di muka bumi (Ani Mardiastuti, 1999: 1). Keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk
kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga
makhluk yang mampu berpikir seperti manusia (Bappenas, 2004:6). Keanekaragaman hayati
dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:

a. Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-
populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi.
Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi
genetik timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik
bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui
rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan
potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang
berbeda-beda (Mochamad Indrawan, 2007: 15-25).

b. Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri
dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel
banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara
morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak
digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan
mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui (Mochamad Indrawan, 2007: 16-18).

c. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya
dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing - masing (Mochamad Indrawan, 2007: 15).
Contoh keterkaitan ketiga tingkat keanekaragaman hayati tersebut dapat dilihat
pada kawasan yang mempunyai keanekaan ekosistem yang tinggi, biasanya juga
memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dengan variasi genetis yang tinggi
pula. Ada beberapa hal lain yang perlu dipahami mengenai keanekaragaman
hayati, yaitu:
1. Pusat Asal-usul: adalah wilayah geografis tempat suatu takson berasal atau pertama kali
berkembang.
2. Pusat Keanekaragaman : kawasan geografis yang mempunyai keanekaragaman spesies
atau genetis yang tinggi.
3. Pusat Endemisme: kawasan geografi dengan jumlah spesies endemik yang tinggi pada
tingkat lokal .

Struktur Keanekaragaman Hayati

Dari sudut ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi beberapa
ekosistem yang unik dan saling terkait, dinamis dan produktif :

- Estuaria
- Terumbu karang
- Padang lamun
- Hutan mangrove
- Pantai (berbatu dan berpasir)
- Pulau-pulau kecil

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut (Leksono, 2007). Sebagai
wilayah peralihan, ekosistem pesisir memiiki struktur komunitas dan tipologi yang berbeda
dengan ekosistem lainnya. Ekosistem pesisir dan laut beserta sumberdaya yang dikandungnya
sangan dibutuhkan oleh masyarakat pesisr di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beragam
ekosisten yang terdapat di wilayah pesisir secara fungsional saling terkait dan berinteraksi satu
sama lain sehingga membentuk suatu sistem ekologi yang unik (Tuwo, 2011). Ekosistem
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika
dan kimia lingkungan.
Proses Biogeokimia (Daur Gas )
C selalu berikatan dengan O membentuk CO2 pada saat proses respirasi dan fotosintesis
berlangsung. Dalam peristiwa ini cahaya matahari menjadi motor penggerak daur C dan O.
Dengan adanya energi cahaya matahari maka CO2 clan H2O diubah menjadi karbohidrat di
dalam tubuh tanaman hijau melalui proses fotosintesis. Melaui rantai makanan, karbohidrat
ditransfer ke tubuh hewan, dan dengan proses respirasi terjadi CO2 (di udara maupun di air) dan
H2O (dalam tanah). Pada scat tanaman dan hewan mati oleh decomposer melalui proses
pembusukan dihasilkan pula CO2, dan ini akan dipakai kembali untuk kelangsungan fotosintesis.
Biodiversity Indonesia dan dunia
Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan
keanekaragaman, variabilitas dan keunikan gen, spesies dan ekosistem dari makhluk hidup.
Indonesia dikenal sebagai sala satu mega centre keanekaragaman hayati dunia karena
keberagaman habitat alaminya, kekayaan tumbuhan dan hewan serta banyaknya jumlah spesies
endemik. Banyak negara memaksimalkan penggunaan nilai produktif keanekaragaman hayati
untuk menipang laju pertumbuhan ekonomi. Karena ini merupakan salah satu bagian dari modal
alam (natural capital) yang terbaharui (renewable) yang dapat pulih setelah dimanfaatkan
apabila caranya tidak melampaui kemampuan pemulihannya. Indonesia memiliki sedikitnya 47
ekosistem alami yang berbeda. Sebagai contoh kita dapat menjumpai keanekaragama hayatii di
padang es dan padang rumput dataran itnggi di Irian Jaya, selain beragam hutan basah dataran
rendah di Kalimantan dan Sumatera. Indonesia menduduki posisi penting dalma peta
keanekaraaman hayati dunia, karena termasuk dalam 10 negara yang kekayaan hayatinya tertiggi
atau dikenal dengan megadiversity country. Letak Indonesia dalam lintasan distribusi
keanekaragaman hayati benua Asia, Benua Australia dan Peralihan Wallace. Adanya vatiasi
iklim bagian barat yang lembab dan bagian timur yang kering mempengaruhi pembentukan
ekosistme dan distribusi binatang dan tumbuhan di dalamnya.

Tabel. Perkiraan Jumlah jenis organisme utama di Indonesia dan dunia


Asia merupakan daerah yang paling tinggi keanekaragaman dan jenis mangrovenya. Di Thailand
terdapat sebanyak 27 jenis mangrove, di Ceylon ada 32 jenis, dan terdapat sebanyak 41 jenis di
Filipina. Di Benua Amerika hanya memiliki sekitar 12 spesies mangrove, sedangkan di
Indonesia disebutkan memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon mangrove, atau paling
tidak menurut FAO terdapat 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di
daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili (Irwanto,
2006)

Ancaman bagi Biodiversity


Revolusi industri, dibarengi dengan pertambahan penduduk, memacu penggunaan sumbersumber
energi fosil, seperti minyak bumi, gas alam dan batubara. Pengembangan pemukiman dan
industri memaksa pembukaan lahan hutan yang selama ini berfungsi sebagai penyedia oksigen
dan penyerap karbon pada atmosphere bumi. Dampak yang paling nyata ialah meningkatnya
kandungan CO2 pada atmosphere bumi. Dampak turunan yang dihasilkan dari pembakaran
energi fosil dan pembukaan lahan hutan ialah pada peningkatan suhu atmosphere dan hujan asam
lebih ekstrem lagi, dia menghasilkan dampak turunan lain berupa hujan, disertai dengan
intensitas badai tinggi. Sebaliknya, bisa terjadi kemarau berkepanjangan, hujan asam dan banjir
di darat. Semua dampak turunan tersebut terangkum dalam istilah yang sekarang terkenal dengan
sebutan perubahan iklim, climate change. Perubahan iklim terjadi karena aktifitas manusia di
darat. Sumber ancaman bisa terjadi secara lokal, namun dengan intensitas yang cukup besar, atau
umumnya bersifat global. Dampak yang ditimbulkan (perubahan iklim) bersifat global, terjadi
pada hampir semua wilayah di dunia, bahkan pada wilayah kutub sekalipun. Jenis ancaman ini
disebut dengan istilah ancaman global.
Dampak perubahan iklim pada ekosistem laut sedang menjadi pembahasan hangat diatara
peneliti bidang kelautan. Sebagian ahli menyatakan bahwa lautlah yang menerima dampak
pertama
dari perubahan iklim global. Ancaman yang ditimbulkan bisa terjadi dalam bentuk:
a. Perubahan susunan kimia air laut dalam bentuk asidifikasi air laut, sebagai akibat dari
hujan asam;
b. Meningkatnya suhu permukaan air laut sebagai akibat dari peningkatan suhu atmosphere;
c. Peningkatan permukaan air laut (sea level) karena pemuaian air pada suhu yang lebih tinggi
dan mencairnya lapisan es di kutub

Introduksi ikan asing merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan keanekragaman
ikan asli. Penurunan populasi meruakan proses awal menuju keunahan spesies tertentu yang
mengakibatkan penurunan keanekragaman hayati dan berakhir dengan terbentuknya komunitas
ikan yang homogen, didominasi oleh ikan asing.

Pemanasan global merupakan isu lingkungan hidup yang dapat menyebabkan perubahan iklim
global. Perubahan iklim global terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang,
antara 50 100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak
yang sangat besar pada kehidupan mahluk hidup. Dampak yang terjadi antara lain: mencairnya
es dikutub selatan, pergeseran musim, dan peningkatan permukaan air laut. Dampak tersebut
memberikan pengaruh terhadap kelangsungan mahluk hidup. Mencairnya es dikutub , terutama
sekitar Greenland dapat meningkatkan volume air di laut yang menyebabkan terjadi
menambahan tinggi permukaan laut diseluruh dunia. Pada abad ke-20 telah terjadi kenaikan
permukaan air laut 20-25 cm. Apabila separuh es Greenland dan Antartika meleleh maka terjadi
kenaikan permukaan air laut rata-rata setinggi 6-7 meter. Kenaikan permukaan air dapat
menyebabkan terendamnya daratan yang merupakan habitat mahluk hidup.

Pengelolaan Keanekaragaman
Melihat ancaman yang ada, untuk mendukung pelestarian keanekragaman hayati diperlukan
pengelolaan keanekaragaman hayati secara terpadu yang lebih mendorong pada keutamaan
keanekaragaman hayati. Keterbatasan keanekaragaman hayati di alam dapat di cegah ketika
manusia dapat bekerja sama dalam mengelola lingkungannya seperti mengurangi pencemaran
lingkungan, menjaga keanekaragaman hayati yang hampir punah dengan mendomestikasi hewan
tersebut serta membuat perlindungan perlindungan bagi satwa tertentu yang menjadi ancaman
predator seperti telur penyu agar di buatkan penangkaran. Keanekaragaman hayati perlu
pengelolaan yang melingkupi tiga sektor diantaranya ekologi, ekonomi dan sosial selain itu
peran dari masyarakat, LSM dan stakeholder diperlukan dalam menjaga keanekaragaman hayati
agar dapat berkelanjutan demi generasi yang akan datang.
Satwa langka yang telah sulit ditemui di habitat aslinya karena populasinya hampir punah
membuat pemerintah menerbitkan peraturan perundang undangan untuk perlindungan satwa
langka dari kepunahannya. Hal itu ditandai dengan diterbitkannya UU RI No. 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang dimana UU ini
menentukkan pula kategori atau khawasan suaka alam dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang memiliki fungsi pokok sebagai khawasan pengamanan keanekragaman
satwa langka, serta ekosistemnya.
BIODIVERSITY
Kelompok III
Faldo Manutila 201264005
Patricia L. Tamaela 201464038
Arom Sianly Imapuly 201564021
Syanethe Ch. Tomasoa 201564022
Gino Y. Solissa 201564029

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

Anda mungkin juga menyukai