Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Teknologi Pembenihan Ikan semester genap
Disusun Oleh :
Kelompok 3/ Perikanan B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun tugas
laporan praktikum teknologi pembenihan ikan yang berjudul PEMIJAHAN
ALAMI IKAN LELE (Clarias sp) DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH.
Dengan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah
mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga laporan ini dapat di
selesaikan.
Laporan ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa untuk lebih
menguasai dan mengerti hal-hal yang di bahas dalam laporan dan dapat
bermanfaat sebagai panduan untuk memijahkan ikan dengan teknik hipofisa.
Kami telah menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami
sangat menerima kritik, usul, atau saran sebagai bahan pertimbangan untuk
penyempurnaan laporan di masa mendatang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 3
1.4 Kegunaan ..................................................................................... 3
ii
iii
V PENUTUP .......................................................................................... 35
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 35
5.2 Saran .......................................................................................... 35
LAMPIRAN....................................................................................... 38
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pemijahan alami ikan lele adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui berapa bobot mingguan benih ikan lele?
2. Untuk mengetahui berapa banyak cacing yang dikonsumsi oleh benih
ikan lele?
3. Untuk mengetahui berapa pertambahan bobot mingguan benih ikan
lele?
4. Untuk mengetahui berapa FCR (Food Cost Ratio) benih ikan lele?
5. Untuk mengetahui berapa GR (Growth Rate) benih ikan lele?
6. Untuk mengetahui berapa SGR (Spesific Growth Rate) benih ikan
lele?
7. Untuk mengetahui berapa jumlah benih lele tiap minggunya ?
8. Untuk mengetahui berapa berat benih lele yang mati tiap minggunya?
1.4 Kegunaan
Praktikum ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam memahami teknik
pemijahan alami ikan dan dapat berguna untuk melakukan pemijahan ikan secara
mandiri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Filum : Chordata Sub
Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Siluriformes
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
Habitat ikan lele di alam adalah di perairan tergenang yang relatif dangkal,
ada pelindung atau tempat yang agak gelap dan lebih menyukai substrat
4
5
maupun kuantitas. Efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang diperoleh
per satuan berat kering pakan yang diberikan (Watanabe, 1988 dalam Hasanah,
2003). Hal ini sangat berguna untuk membandingkan nilai pakan yang
mendukung pertambahan bobot.
yang ideal untuk pemijahan adalah panjang 2-3 meter, lebar 1-2 meter dan
kedalaman 1 meter. Sebaiknya dasar kolam terbuat dari semen atau fiberglass agar
mudah mengawasi telur hasil pembuahan. Sebelumnya kolam harus dikeringkan
dan dijemur, kemudian diisi air sedalam 30-40 cm. Gunakan air yang berkualitas
baik, bersih dan jernih. Pasang kakaban, bisa dibuat dengan ijuk yang dijepit
dengan bambu seukuran area kolam. Gunakan pemberat agar kakaban tersebut
tenggelam tidak mengapung di atas permukaan air. Kakaban berfungsi agar telur
hasil pemijahan tidak berhamburan dan mudah dipindahkan.
Gambar 3. Kakaban
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
pukul 05.00. Selama proses pemijahan ikan lele kolam harus ditutup, untuk
mencegah induk ikan loncat keluar kolam. Ciri-ciri induk lele siap memijah
adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, berenang side-by-side
(berdamping-dampingan). kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina.
Dimulai pada akhir musim semi, lele jantan mengembangkan bantalan otot di
kepala mereka dan tubuh mereka berubah warna. Lele jantan dan betina akan
mencari tempat-tempat yang tersembunyi seperti tepian batu, dan tempat-tempat
yang terdapat lubang atau gua untuk membangun sarang. Pada perkawinannya,
Menurut Khairuman dan Amri (2002), selama proses pemijhan berlangsung,
secara bersamaan induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan
mengeluarkan spermanya. Terjadilah pembuahan di dalam air. Untuk membuahi
telur, spermatozoa harus bergerak. Spermatozoa pada induk jantan tersebut
bersifat immotile dalam cairan plasmanya dan akan bergerak apabila bercampur
dengan air. Perkawinan dapat berlangsung selama 20 jam, dengan pasangan
datang bersama-sama berkali-kali di atas situs pemijahan. Banyak telur diletakkan
(beberapa ribu dapat diproduksi dengan pasangan besar) dan ini tenggelam segera,
mengikuti substrat di mana telur-telur jatuh.
Penetasan telur dilakukan pada kakaban yang sudah terpasang pada bak.
Telur akan menetas selama 24-36 jam setelah pembuahan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Najiyati (2003) bahwa telur menetas menjadi larva setelah 24-36 jam,
larva yang baru menetas akan bergerak di dasar kolam atau melayang. Kecepatan
penetasan telur dipengaruhi oleh suhu. Apabila suhu air cukup hangat (26-280C)
telur akan menetas lebih cepat. Telur yang tidak menetas akan mengapung pada
permukaan bak. Warna telur yang tidak menetas berwarna kuning pucat dan
mengambang di permukaan (Warisno dan Dahana, 2009).
Larva yang baru menetas tidak perlu diberi makan sebab masih memiliki
kuning telur (yolk sack) sebagai cadangan makanan. Setelah empat hari kuning
telur akan habis, maka pertama-tama larva diberi pakan alami berupa tubifex
(cacing sutera). Pemberian pakan alami berlangsung selama sekitar 21 hari.
Pemberian pakan harus merata. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyuddin (2008)
larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai kuning
9
telur (yolk sack) sebagai cadangan makan yang akan habis pada umur 3-4 hari.
Pada hari -15, larva mulai diberi pakan pabrik atau pellet bubuk (pakan formula)
(Darseno, 2008). Umumnya pemeliharaan larva dilakukan selama 5 hari dengan
benih berukuran 0,7-1,0 cm dengan berat 0,002 gram (Sunarma, 2004).
Penetasan terjadi bila embrio telah menjadi panjang daripada lingkaran
kuning telur dan telah terbentuk dirip perut. Penetasan terjadi dengan cara
penghancuran chorion oleh enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar ekstoderm.
Selain itu penetasan disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akibat peningkatan
suhu, intensitas cahaya dan pengurangan oksigen. Telur akan menetas antara 20-
57 jam setelah terjadi pembuahan, dengan derajat penetasan antara 25-350C
(Riflanto, 1998).
Ikan lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gr atau lebih.
Jika sudah masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan.
Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang-lubang yang teduh dan aman
untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-30 cm di bawah
permukaan air (Hernowo, 2001).
Pada lele jantan alat kelaminnya tampak jelas dan meruncing atau
memanjang ke arah belakang . Sedangkan pada lele betina alat kelaminnya
berbentuk oval, agak besar yang digunakan sebagai jalan keluarnya telur. Alat
kelamin pada lele mempunyai system urogenithal karena alat kelamin ini juga
berfungsi sebagai alat pembuangan air seni. Pada lele jantan maupun betina, pada
lubang urogenithal terdapat pada suatu papilla (tonjolan) yang ada tepat di
belakang dubur.
seperti kematangan ikan yang akan dipijahkan, makanan yang diberikan selama
pemeliharaan dan kondisi lingkungan.
Seluruh telur yang ditetaskan harus terendam air, tentunya proses ini
memerlukan kakaban. Kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik
sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air
seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan,
sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses
penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi
kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi.
Pada beberapa telur ikan waktu penetasan berbeda-beda. Telur akan
menetas tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin
panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu
14
Pemeliharaan benih ikan lele dapat dilakukan di kolam terpal, kolam tanah
maupun kolam permanen. Sebagaimana tahapan kegiatan dalam usaha budidaya
ikan pada umumnya, maka langkah-langkah pemeliharaan benih lele diantaranya
adalah menyediakan wadah pemeliharaan, mengelola pakan dan kesehatan benih.
pengelolaan pakan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi keberhasilan
budidaya ikan lele, karena 60 %biaya budidaya berasal dari pakan yang diberikan.
Kecerobohan dalam pemberian pakan dapat mengakibatkan usaha budidaya
merugi dan akhinya gulung tikar.
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies: Tubifex sp.
Pada dasarnya Cacing sutra (Tubifex sp) tidak mempunyai insang dan
bentuk tubuh yang kecil dan tipis. Karena bentuk tubuhnya kecil dan tipis,
pertukaran oksigen dan karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuhnya
yang banyak mengandung pembuluh darah. Kebanyakan Tubifex membuat tabung
pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol
keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di
dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing akan memperoleh oksigen
melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Tubifex
dapat membantu fungsi pernafasan.
Djarijah (1996) mendeskripsikan cacing sutra sebagai organisme air tawar
yang memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1-
2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna
tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut
(Djarijah, 1996). Cacing ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai
pakan ikan yaitu protein sebesar 57%, lemak sebesar 13.3%, serat kasar sebesar
2.04%, kadar abu sebesar 3.6%, dan air sebesar 87.7%.
BAB III
BAHAN DAN METODE
17
18
3.4 Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan praktikum pemijahan alami ikan
lele ini dilakukan dengan skala laboratorium dan perhitungan FCR, SR, GR, dan
19
dengan cara sampling bobot 20 ekor larva yang kemudian dihitung berat cacing
yang dibutuhkan.
3.5.3 FCR
Food Convertion Ratio atau efisiensi pakan dihitung dengan
mengguanakan rumus (Takeuchi 1988) sebagai berikut :
Pertambahan bobot ikan (g bobot basah)
Efesiensi pakan = bobot konsumsi pakan (g bobot kering)
3.5.4 SR larva
Survival Rate (SR) yaitu persentase jumlah larva ikan lele yang masih
hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR benih larva lele dilakukan pada
awal pemeliharaan setelah yolk sac habis, atau setelah ikan lele diberi pakan
Tubifex sp. Penghitungan kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman, 2005)
sebagai berikut :
SR = x 100 %
Keterangan :
SR = Survival Rate (%)
N t = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
N o = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
3.5.5 SR benih
Survival Rate (SR) yaitu persentase jumlah larva ikan lele yang masih
hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR benih larva lele dilakukan pada
akhir praktikum. Penghitungan kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman,
2005) sebagai berikut :
SR = x 100 %
Keterangan :
SR = Survival Rate (%)
N t = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
N o = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
21
3.6.7 SGR
Spesifikasi laju pertumbuhan dihitung dengan mengguankan rumus
(Huisman 1987) sebagai berikut :
SGR (%) = 100 x
Keterangan :
We = Bobot ikan pada akhir perlakuan (gram)
Ws = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (gram)
d = Periode pemeliharaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
23
24
25
kematian adalah padat tebar yang terlalu padat dan kondisi media pemeliharaan
yang kurang sesuai karena menurut Hernowo (2003) kondisi lingkungan optimal
untuk lele yaitu pada perairan dangkal, agak gelap, dan bersubstrat lumpur maka
dari itu media pemeliharaan yang digunakan berupa sterofoam yang diisi air
bagian.
25-33C dan suhu optimum 30C. Menurut Swingle (1968) dalam Boyd (1982),
konsentrasi oksigen terlarut yang menunjang pertumbuhan dan proses produksi
yaitu lebih dari 5 ppm. Ikan lele dapat hidup pada perairan yang kandungan
oksigennya rendah, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut
arborescen organ. Nilai pH yang baik untuk lele berkisar antara 6,5-8,5. Tinggi
rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah
kotoran dalam lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme
(Arifin, 1991). Kandungan amoniak dalam air sumber yang baik tidak lebih dari
0,1 ppm, karena air yang mengandung 1,0 ppm sudah diangap tercemar.
Baik tidaknya pertumbuhan lele selanjutnya ditentukan oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah ketersediaan pakan dalam kolam. Pada pakan pertama
benih ikan harus mempunyai ukuran yang kecil dan sesuai dengan bukaan mulut
benih, kandungan energi yang cukup tinggi, dapat dicerna dan menarik perhatian,
serta tersedia dalam jumlah banyak.
Pada proses penetasan telur, seluruh telur yang ditetaskan harus terendam
air, tentunya proses ini memerlukan kakaban. Kakaban yang digunakan sebanyak
2 buah yang dibuat pada tanggal 5 April 2017 yang penuh dengan telur diletakan
terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan
terendam air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah
kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam
proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Telur akan menetas
tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas,
telur akan menetas semakin cepat.
Kondisi air saat kakaban telah dimasukkan air terlihar keruh berwarna
kecoklatan dan berbau amis. Maka dari itu perlu dilakukan pengontrolan kualitas
air dengan capa penyiponan wadah media setelah kakaban dikeluarkan.
Penyiponan dilakukan dengan memasukan selang ke dalam sterofoam yang
kemudian dibuang melewati saringan untuk mengantisipasi terbuangnya larva
keluar. Selain itu dilakukan pengecekan aerasi agar telur tidak menggumpal, tidak
30
terlalu kecil karea dapat mengakibatkan telur kekurangan suplai oksigen dan tidak
berlebihan karena dapat menyebabkan benturan pada telur.
Setelah kurang lebih 24 jam telur akan menetas menjadi larva ikan lele.
Pemberian pakan belum dilakukan arena larva masih memiliki cadangan makanan
berupa kuning telur di dalam tubuhnya. Setelah larva menjadi benih dengan
ukuran yang relative sudah lebih besar dan terlihat jela bentuknya, barula benih
diberi pakan cacing sutra. Pemberian pakan ini dilakukan dengan cara sampling
bobot yang dikalikan 30% dari total bobot benih yang ada dalam sterofoam.
pemberian pakan ini harus dilakukan secara rutin yaitu satu kali sehari untuk
mengantisipasi terjadinya persaingan makanan dan menyebabkan kanibalisme
serta kematian benih.
dengan banyaknya jumlah larva yang ada pada sterofoam dan dikalikan 30% dari
bobot tersebut.
Cara menjaga kualitas air selama pemeliharaan benih ikan lele adalah
dengan mematikan aerasi terlebih dahulu. Lalu kotoran-kotoran yang ada di dasar
akuarium disifon menggunakan selang. Air diganti hanya bagian saja.
Terjadinya kematian benih ikan dapat disebabkan pemberian pakan (cacing sutra)
yang kurang maupun berlebihan sehingga terjadi tingkah laku kanibalisme pada
benih ikan lele. Selain itu aerasi yang terlalu besar atau kecil dapat meningkatkan
kematian benih karena kekurangan suplai oksigen maupun terbentur arus yang
kuat dari aerasi.
= 0.92 g
7.10 g
Efesiensi pakan minggu ke-2 = 9.83
= 0.72 g
Rata-rata efisiensi pakan = (0.92 g + 0.72 g)/2
= 0.82 g
Jadi, FCR rata-rata selama 2 minggu pemeliharaan kelompok 3B adalah
adalah 0.82. Jika dibandingkan dengan FCR rata-rata kelas yaitu 7.3 maka masih
efisien nilai FCR kelompok. Semakin besar nilai FCR, maka semakin semakin
banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging kultur. Nilai
FCR yang baik yaitu tidak lebih dari FCR=1. Hal ini menunjukkan bahwa data
kelompok 3B FCR nya sudah baik untuk standar dalam penentuan keberhasilan
nilai FCR. Nilai FCR terbilang baik apabila perbandingannya sesuai antara pakan
32
yang diberikan dengan sisa pakan sehingga terhitung hasil daging yang
mengalami pertumbuhan oleh benih.
Berbagai faktor dapat menyebabkan data yang kurang baik ini seperti
human error yang merupakan salah satu faktor kegagalan paling dominan dalam
hal ini. Faktor lain yaitu dari perlakuan yang kurang benar setiap melakukan
praktikum, seperti pemberian pakan yang berlebihan dengan sampling yang
kurang tepat sehingga mneyebabkan bobot akhir pakan masih besar dan seperti
tidak termaka oleh benih. Pemberian pakan berupa cacing sutra ini merupakan
salah satu bentuk pakan alami yang sering digunakan dalam proses pembesaran.
Cacing sutra yang diberikan sebagai pakan alami ini yaitu sebanyak 30% dari
bobot total benih yang akan di beri pakan. Diharapkan dengan permberian yang
optimal didapatkan juga hasil FCR yang sesuai.
SR
SR = x 100 %
268
SR minggu ke-1 = 300 x 100 %
= 89.33 %
262
SR minggu ke -2 = 268 x 100 %
= 97.76 %
Rata-rata SR = (89.33% + 97.76%)
= 93.54%
Jadi, rata-rata nilai survival rate benih ikan lele dalam 2 minggu yaitu
93.54%. halyang artinya dapat dikategorikan pemeliharaan larva ikan lele
berhasil. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan,
maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang
dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Peningkatan padat tebar ikan akan berpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan, artinya bahwa peningkatan padat tebar
ikan belum tentu menurunkan tingkat kelangsungan hidup.
33
GR
W = Wt-Wo
GR minggu ke -1 = 0.073 0.1
= - 0.027
GR minggu ke -2 = 0.162 0.0936
= 0.068
Rata-rata GR = (-0.027 + 0.068)/2
= 0.0205
Jadi, pertumbuhan mutlak mingguan benih ikan lele kelompok 3B sebesar
0.0205 gr/minggu, sedangkan rata-rata GR kelas adalah 6.65 gr/minggu. Nilai ini
menunjukkan pertumbuhan mutlak pada benih lele sebesar 0.0205 gr/minggu
selama masa pemeliharaan benih. Nilai yang seperti ini kurang baik karna apabila
di lihat dari data rata-rata kelas nilai GR sebesar 6.65 gr/minggu. Hasil dari
kelompok 3B dianggap memiliki pertumbuhan yang sedikit lambat, hal ini dapat
terjadi karena kurangnya perawatan yang baik dan kurang produktivnya dalam
pemberian pakan. Apabila pakan yang diberikan mempunyai nilai nutrisi yang
baik, maka dapat mempercepat laju pertumbuhan, karena zat tersebut akan
dipergunakan untuk menghasilkan energi mengganti sel-sel tubuh yang rusak
(Handajani 2006).
SGR
SGR (%) = 100 x
34
ln 19.61ln 23.38
SGR minggu ke -1 = 100 x 7
= 2.51 %
ln 23.38ln 33.20
SGR minggu ke -2 = 100 x 7
= 5.01 %
Rata-rata SGR = (2.51% + 5.01%)/2
= 3.76 %
Jadi, nilai SGR benih lele kelompok 3B sebesar 3.76 %. Rata-rata SGR
kelas adalah 44.36%. Hal ini menunjukan bahwa perbandingan nya cukup jauh
denga rata rata nlai SGR kelompook lainnya. Laju pertumbuhan mingguan dari
kelompok 3B menunjukkan nilai dengan kenaikan yang kurang baik sehingga data
akhirpun menunjukan adaanya faktor-faktor yang menjadi penyebab keberhasilan
harus di maksimalkan agar laju pertumbuhan harian benih signifikan dan dari
data ini dapat diketahui nilai SR dari benih pada akhirnya. Semakin besar laju
pertumbuhan spesifik maka semakin baik pakan tersebut dimanfaatkan untuk
pertumbuhan (Meliani 2002).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemijahan ikan secara alami adalah pemijahan ikan yang dilakukan
dengan cara memilih induk jantan dan induk betina yang benar-benar matang
gonad kemudian dipijahkan secara alami dalam bak/wadah pemijahan dengan
pemberian kakaban. Kakaban yang dibuat berjumlah 2 buah dengan 300 larva
ikanlele yang dipelihara selama 2 minggu. Rata-rata nilai FCR, SR, GR, SGR
kelompok 3B berturut-turut yaitu sebesar 0.82 g, 93.54% , 0.0205 g, 3.76% yang
dapat dikatakan cukup berhasil karena nilai FCR yang kurang dari 1, SR yang
cukup tinggi, GR yang cukup baik karena masih mengalami peningkatan
perminggunya, dan SGR yang kurang baik karena berbeda jauh dengan data hasil
pengamatan kelas.
5.2 Saran
Pemilihan induk hendaknya dilakukan secara teliti agar memperoleh hasil
yang baik. Pemberian pakan harus diperhatikan agar pertumbuhan larva ikan patin
menjadi baik dan meningkatkan kelangsungan hidup (SR) ikan lele. Pengecekan
rutin kualitas air dan aerasi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn
University. Elseveir Science Publising Company, Albama, Inc. New York.
Darseno. 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Ikan Lele. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Rustidja, 1984. Kebutuhan Makan Benih Ikan Lele Clarias bathracus. Tesis
Program Pasca Sarjana. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa
Aksara. Jakarta
36
37
Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Schneider,
O., V. Sereti, M.A.M. Machiels, E. H. Eding, and J.A.J. Verreth. 2006. The
potential of producing heterotrophic bacteria biomass on aquaculture waste.
Water Research, 40: 2684 2694.
Warisno. Dan Dahana, K. 2009. Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang.
Lily Publisher, Yogyakarta.
Sterofoam
Cacing Sutra
38
39
Dibuat 2 kakaban sebagai tempat menempelnya telur yang akan dikeluarkan lele
Diseleksi indukan lele, seleksi di lakukan dengan perlahan agar ikan tidak stres atau
merusak organ tubuhnya
Dibiarkan air mengalir pada wadah pemijahan dengan debit minimal 1 liter per detik
untuk wadah pemijahan bak beton degan ukuran 2x1,6 meter
Dilakukan panen burayak di minggu ke dua dengan cara mengurangi jumlah air pada
wadah pemeliharaan secara perlahan.
Pelaksanaan
Dipelihara burayak pada wadah terpisah dan induk di simpan kembali pada kolam
pemijahan.