Jika terpidana kasus korupsi tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1
(satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk
menutupi uang pengganti. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda
yang mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka dipidana dengan
pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana
pokoknya. Dengan kata lain, pidana penjaranya ditambah lagi.
c. Perwira Penyerah Perkara mempunyai wewenang:
a. memerintahkan Penyidik untuk melakukan penyidikan;
b. menerima laporan tentang pelaksanaan penyidikan;
c. memerintahkan dilakukannya upaya paksa;
d. memperpanjang penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78;
e. menerima atau meminta pendapat hukum dari Oditur tentang penyelesaian
suatu perkara;
f. menyerahkan perkara kepada Pengadilan yang berwenang untuk
memeriksa dan mengadili;
g. menentukan perkara untuk diselesaikan menurut Hukum Disiplin Prajurit;
dan
h. menutup perkara demi kepentingan hukum atau demi kepentingan
umum/militer.
Pasal 123 UU No. 31 Tahun 1997
5. Kasus PT. SSS mengikuti lelang di kab. Baruku Timur
a. Kasus di atas merupakan tindak pidana korupsi karena sesuai dengan
rumusan pasal 2 ayat 1 setiap orang yang secara melawan hokum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara dipidana dengan pidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal
20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1
miliar rupiah.
b. Yang menjadi terdakwa adalah direktur PT.SSS karena telah sengaja dan
melawan hokum melakukan suap terhadap panitia lelang. Sanksi
pidananya berupa pidana penajra minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun
dan paling dikit 4 tahun dan paling banyak 1 miliar rupiah.