PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang
intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah
atau melalui saluran limfatik. Edema paru dibedakan oleh karena sebab Kardiogenik dan
Non Kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat berbeda.
Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun sebabnya.
Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri Akut.
Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita Payah Jantung
Kiri kronik. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada
pria dan 42% wanita. Berdasar perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta
penderita edema paru dan setiap tahunnya bertambah 400.000 orang. Walaupun angka-
angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, dapat diperkirakan jumlah
penderita akan bertambah setiap tahunnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Edema paru?
2. Apa sajakah etiologi Edema paru?
3. Apa sajakah klasifikasi Edema paru?
4. Bagaimanakah perjalanan penyakit (patofisiologi) Edema paru?
5. Apa sajakah manifestasi klinis Edema paru?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Edema paru?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan medis Edema paru?
8. Apa saja komplikasi pada edema paru?
9. Bagaimana proses pengkajian pada Edema paru?
10. Apa sajakah diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Edema paru?
11. Bagaimanakah perencanaan keperawatan pada Edema paru?
LANDASAN TEORI
A. Anatomi
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh akumulasi cairan di
paru-paru. Edema pada paru biasanya terjadi di alveolus dan ruang interstitial diantara
endotel kapiler darah dan dinding alveolus. Penyebab edema paru ini diantaranya
adalah ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik, obstruksi sistem limfatik
pulmonal, dan penyakit yang dapat merusak epitel kapiler ataupun alveolus.
1. Alveolus
Alveolus merupakan kantung yang dilapisi oleh epitel simpel squamosa dan
didukung oleh membran basement yang elastic. Dinding alveolus terdiri daru dua
tipe sel epitel alveolar. Sel alveolar tipe 1 jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan sel alveolar tipe 2. Sel alveolar tipe 1 merupakan epitel simpel skuamosa
yang berada sepanjang dinding alveolus. Sel alveolar tipe 2 atau biasanya disebut
sebagai sel septal, merupakan sel epitel kuboid yang berada diantara sel alveolar
tipe 1. Sel alveolar tipe 1 berfungsi sebagai tempat utama pertukaran gas.
Sedangkan sel alveolar tipe 2 merupakan sel yang permukaannya terdapat mikrofili
yang mensekresi cairan alveolar dan berfungsi untuk menjaga permukaan alveolus.
Salah satu cairan alveolar tersebut adalah surfaktan, yang terdiri dari fosfolipid dan
lipoprotein. Surfaktan berfungsi menurunkan tekanan cairan alveolus, yang
menurunkan tendensi alveolus untuk kolaps. (Derrickson & Tortora, 2008)
Diantara sel endotel dan epitel, terdapat lubang atau penghubung yang
memungkinkan aliran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial, dan
akhirnya dari ruang interstitial menuju ruang alveolar. Penghubung antara sel
endotel biasanya lebih besar dan disebut loose, sedangkan penghubung antara sel
epitel relative lebih kecil yang disebut tight. Untuk mengetahui bagaimana cairan
interstitial paru diproduksi, disimpan, dan dibersihkan, maka kita harus mengetahui
konsepnya. Konsep pertama adalah ruang interstitial paru merupakan terusan dari
ruangan di antara jaringan ikat perianteriolar dan peribronchial yang berlanjut
menjadi ruang interstitial di antara membrane basement endotel dan epitel di
alveolus; kedua, tekanan negatifnya progresif dari distal ke proksimal. ( Chruchill
Livingstone, 2010 )
Tidak ada sistem limfatik di ruang interstitial di septum alveolus. Kapiler
limfatik mulai ada di ruang interstitial yang mengelilingi terminal bronkiolus dan
arteri kecil. Cairan interstitial normalnya dibuang dari ruang interstitial alveolar ke
saluran limfa oleh mekanisme gradient tekanan, yang disebabkan karena tekanan
ruang interstitial yang lebih negative di daerah arteri besar dan brokus. Aliran cairan
interstitial yang menuju hilum dibantu oleh perbedaan tekanan negative, katub
B. Definisi
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi di
ekstravaskuler dalam paru. ( Arief Muttaqin, 2008 ).
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik rongga
interstitial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya kongesti paru
tindak lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, merembes
keluar menimbulkan dispneu sangat berat. Kongesti paru terjadi bila dasar vaskuler
paru penerima darah yang berlebihan dari ventrikel kanan, yang tidak mampu
diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Sedikit ketidakseimbangan antara aliran
masuk dari sisi kanan dan aliran keluar pada sisi kiri jantung tersebut mengakibatkan
konsekuensi yang berat. ( Smeltzer,C.Suzanne, 2008 )
Edema Pulmonal (EP) adalah keadaan patologis dimana terdapat akumulasi
cairan ekstraseluler abnormal di paru-paru. Dalam keadaan normal, terdapat
keseimbangan antara aliran cairan keruang ekstravaskuler dan pembuangannya.
Keseimbangan ini tergantung pada keseimbangan gaya starling, keutuhan membran
alveolar kapiler, dan drainase limpatik yang adekuat. Gangguan dari faktor tersebut
menyebabkan akumulasi cairan abnormal diparu-paru.
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, Edema Paru
Kardiogenik dan Edema Paru Non - kardiogenik. Hal ini penting diketahui karena
pengobatannya sangat berbeda. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh
adanya Gagal Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya faktor presipitasi,
dapat terjadi pula pada penderita Gagal Jantung Kiri Khronik.
Edema Paru Kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya kelainan
pada organ jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung
memompa tidak baik atau jantung tidak kuat lagi memompa. Cardiogenic
pulmonary edema berakibat dari tekanan yang tinggi dalam pembuluh-pembuluh
darah dari paru yang disebabkan oleh fungsi jantung yang buruk. Gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang buruk (datang dari
beragam sebab-sebab seperti arrhythmias dan penyakit-penyakit atau kelemahan
dari otot jantung), serangan-serangan jantung, atau klep-klep jantung yang
abnormal dapat menjurus pada akumulasi dari lebih dari jumlah darah yang biasa
dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Hal ini pada gilirannya,
menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar ke alveoli
ketika tekanan membesar.
e) Trauma otak
Perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage), seizure-seizure yang parah,
atau operasi otak dapat adakalanya berakibat pada akumulasi cairan di paru-
paru, menyebabkan neurogenic pulmonary edema.
E. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas. Gejala-
gejala umum lain termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan sesak napas
dari pada normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion), napas yang
cepat (tachypnea), pusing,kelemahan. Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia)
mungkin terdeteksi pada pasien-pasien dengan pulmonary edema. Lebih jauh,
1. Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi
gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya
sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan
kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena terbukanya
saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.
2. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis
menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor inter-
sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh
karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi.
Sering terdapat takhipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi
ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga membantu memompa aliran limfe
sehingga penumpukan cairan intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan
spirometri hanya terdapat sedikit perubahan saja
3. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu,
terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk
berbuih kemerahan.Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun
dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya
menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia
dan acute respiratory acidemia.
PATHWAY
Gagal jantung kiri Menghirup toksik dan asap rokok
2. Foto thoraks : Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan Utama : Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas,
cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan
tiba-tiba pada trauma.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik
seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta
kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal
mungkin ditemui pada klien.
4. Pemeriksaan fisik
a) Sistem pulmonal
Subyektif : Sesak nafas, dada tertekan
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut
meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru.
b) Sistem kardiovaskuler
Subyektif : Sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara
jantung tambahan.
c) Sistem Neurosensori
Subyektif : Gelisah, penurunan kesadaran, kejang,
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
d) Sistem perkemihan
Obyektif : Produksi urine menurun/normal,
e) Sistem perncernaan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
pengambilan Oksigen tidak adekuat.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar
sekunder terhadap akumulasi cairan alveoli
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen sistemik
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Ketidakefektif Pola nafas 1. Berikan HE pada 1. Informasi yang
-an pola nafas kembali efektif pasien tentang adekuat dapat
berhubungan setelah dilakukan penyakitnya membawa pasien
dengan tindakan lebih kooperatif dalam
keadaan tubuh keperawatan memberikan terapi
yang lemah selama 3 24 2. Atur posisi semi 2. Jalan nafas yang
jam, dengan fowler longgar dan tidak ada
kriteria hasil: sumbatan proses
- Tidak terjadi respirasi dapat
hipoksia atau berjalan dengan
hipoksemia 3. Observasi tanda dan lancar.
- Tidak sesak gejala sianosis 3. Sianosis merupakan
- RR normal (16- salah satu tanda
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh kelebihan cairan di paru-
paru. Edema paru disebabkan oleh ketidakseimbangan starling forces, perubahan
permeabilitas membran alveolar-kapiler (adult respiratory distress syndrome),
insufisiensi limfatik, dan penyebab yang tidak diketahui/ tak jelas. Edema paru
dibedakan menjadi 2 sebab kardiogenik dan non-kardiogenik. Edema Paru terjadi ketika
alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-
pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Manifestasi klinis dari edema paru
dibagi dalam 3 kategori yakni stadium 1, stadium 2, dan stadium 3
Diagnosa penunjang untuk edema paru dapat diperoleh dari pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi, pemeriksaan laboratorium, pulmonary artery catheter (swan-ganz),
ekokardiografi, dan pengukuran plasma b-type natriuretic peptide (BNP). Untuk
penatalaksaan pada pasien dengan edema paru disesuaikan dengan gejala yang timbul.
B. Saran
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.