Anda di halaman 1dari 11

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

AGROEKOTEKNOLOGI

SEMESTER I (GANJIL)

KELOMPOK 3

SELVI RAHMADANTI
(1610211079)

TRIFALDI
(1610211060)

MAIDISA WARDILLA
(1610213031)

UBPA APRILIA FAHLEFI


(1610212043)

ZULFAHMI PASARIBU
(1610216004)

DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. MELINDA NOER, M.Sc
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan di sektor pertanian yang sedang berkembang dapat dikatakan cukup berat.
Dalam memecahkan masalah tersebut diperlukan perubahan di sektor pertanian yang
diharapkan mampu untuk meningkatkan produktivitas pada sektor pertanian. Salah satu
konsep perubahan tersebut adalah dengan adanya modernisasi pertanian yang bertujuan
mengubah pertanian tradisional menjadi sektor pertanian modern yang dapat meningkatkan
produksi di sekotor pertanian.
Pembangunan pertanian di Indonesia berorientasi pada pembangunan pertanian
berkelanjutan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada, dengan pemanfaatan bahan
organic (pertanian organic) sehingga mengurangi ketergantungan akan bahan kimia. Serta
diperlukannya penyuluhan yang intensif tentang perlunya menjaga kelestarian lingkungan
melalui penerapan pertanian organik

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pembangunan pertanian berkelanjutan ?
2. Apa unsur-unsur pembangunan pertanian berkelanjutan ?
3. Apa prasayarat dan syarat pembangunan pertanian berkelanjutan ?
4. Apa syarat dan ciri-ciri pertanian modern ?
5. Bagaimana konsep pembangunan pertanian berkelanjutan ?

1.3 Tujuan
Untuk menyelesaikan salah satu tugas dari dosen pembimbing dan memahami isi pokok dari
makalah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Pertanian Berkelanjutan


Mosher (1966) dengan tegas menyatakan bahwa Pembangunan pertanian adalah
upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh manusia untuk memperbesar atau
menggiatkan turutnya campur tangan manusia di dalam proses pertumbuhan tanaman dan
atau hewan dengan tujuan untuk selalu dapat memperbaiki kesejahteraan atau kualitas
hidup (petani) pengelolanya.
Pokok pengertian pembangunan pertanian adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan pertanian adalah pembangunan sektor pertanian atau pembangunan
usaha tani yang selalu mengacu kepada usaha untuk selalu tercapainya kenaikan
produktivitas dan penerimaan usaha tani untuk jangka waktu yang tidak terbatas
dan berkelanjutan (lestari).
2. Pembangunan pertanian memerlukan campur tangan manusia (petani)
3. Pembanguna pertanian sebagai sub-sistem pembangunan ekonomi nasional
4. Pembangunan pertanian sebagai bagian dari upaya pembanguna wilayah
seutuhnya

2.2 Unsur-unsur Pembangunan Pertanian

1.Petani
Petani sebagai unsur pembangunan pertanian memiliki peran ganda yakni :
Petani sebagai juru tani adalah sekelompok manusia yang harus senantiasa
mencurahkan tenaga, pikiran, keterampilannya di bidang teknik berusaha tani
sehingga mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang berupa tanaman,
hewan, dan lingkungannya untuk menghasilkan produk yang diinginkan baik
untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup
demi perbaaikan kesejahteraan atau mutu kehidupannya.
Petani sebagai pengelola usahatani yaitu orang yang memiliki fungsi untuk
mengelola dalam artian memadukan kombinasi beragam masukan (input)
faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga dapat selalu menaikkan
produktivitas dan penerimaan usahataninya.
Petani sebagai manusia, anggota keluarga dan (sistem sosial) masyarakatnya
yaitu individu yang harus senantiasa memperhatikan sistem nilai, norma, dan
kepercayaan yang ada dan dianut oleh keluarga dan masyarakat
dilingkungannya.
2. Usahatani sebagai proses produksi
Dalam pembangunan pertanian, usahatani yang diusahakan harus senantiasa
memperhatikan beberapa hal berikut :
a.Ketersediaan, pemanfaatan, dan pengelolaan sumberdaya alam
Keunggulan SDA
Keadaan populasi jasad pengganggu (hama atau penyakit tanaman/hewan)
Pengaturan pola tanaman
Pemeliharaan, pengelolaan, dan pelestarian kesuburan lahan yang diusahakan
Upaya perluasan lahan yang masih mungkin dapat dilaksanakan melalui
kegiatan reklamasi dan rehanilitasi.
b.Keadaan ketenaga-kerjaan yang mencakup :
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan
Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia dan yang akan diperlukan baik
kualifikasi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
Sumber tenaga kerja baik yang berasal dari anggota keluarga atau kerabat
sendiri, di lokalitas usahatani setempat maupun yang berasal dari luar wilayah
lokasi usahatani yang diusahakan.
Macam tenaga kerja baik manusia, hewan atau mesin
Waktu dan tempat penggunaan atau pemanfaatan
c. Ketersediaan modal
Modal diperlukan untuk pembeliaan sarana produksi, pembayaran upaya
tenaga kerja dan pengadaan atau pembelian alat atau mesin pertanian,
pembayaran pajak, iuran irigasi, maupun kewajiban sosial (selamatan) yang
lain.
d. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen berikut perubahan-perubahan yang mempengaruhi besarnya
konsumsi produk yang akan diusahakan meliputi :
Ragam komoditi yang diminati
Jumlah dan sebaran volume kebutuhan sepanjang tahun
Mutu produk, termasuk pengolahan, kemasan, dan jasa layanan.
Daya beli dan ketersediaan konsumen untuk membeli
Elastisitas permintaan, serta pengaruh yang ditimbulkan oleh tersedianya
barang substitusi dan barang komplementer.
e.Upaya peningkatan produktivitas usahatani
Dilakukan melalui kegiatan intensifikasi (baik menggunakan inovasi
teknologi maupun inovasi sosial), eksteensifikasi, dan diversifikasi.
f.Luas dan status Penguasaan Lahan Usahatani
Menurut Suratiyah (1978), Djasmo (1979), dan Mardikanto (1982)
mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status penguasaan
lahan dengan tingkat intensifikasi, produktivitas, dan pendapat petani. Petani penyewa
merupakan penerap intensifikasi dan penerimaan produktivitas atau pendapatan yang
tertinggi, disusul kemudian oleh petani pemilik penggarap dan kelompok petani penyakap
merupakan petani yang paling rendah tingkat instensifikasi, produktivitas dan
pendapatannya.
g. Kemudahan subsidi Harga-input dan jaminan Harga-produk
Untuk merangsang petani melakukan pembangunan pertanian, pemerintah
biasanya memberikan kemudahan berupa subsidi (keringanan) harga input atau sarana
produksi yang meliputi : pupuk, pestisida, benih dan lain-lain.

2.3 Unsur-unsur penunjang pembanguna pertanian


Dalam kegiatan pembangunan pertanian, untuk memperlancar kegiatan proses
pembangunan pertanian biasa diperlukan kegiatan-kegiatan penunjang pembanguan
pertanian, biasa diperlukan kegiatan-kegiatan penunjang pembangunan pertanian.
Kegitan tersebut oleh Hadisapoetro (1972) dikelompokkan dalam empat macam lembaga
yang lebih dikenal catur sarana unit desa yaitu :
a. Penyuluhan pertanian lapangan (PPL)
b. Lembaga kredit lokal, untuk pelayanan kredit bagi petani
c. Lembaga penyalur sarana produksi
d. Koperasi unit desa, untuk mengolah dan memasarkan produk petani.

2.4 Prasayarat Pembangunan Pertanian


Milikan dan Hapgood (1972) menyampaikan bahwa sebelum melakukan
pembangunan pertanian diperlukan adanya beberapa kondisi awal yang disebutnya
sebagai prasyarat yang memungkinkan terjadinya pembangunan pertanian yaitu :
1. Adanya kemauan pemimpin lokal dan pemimpin nasional untuk melakukan
pembangunan pertanian.
2. Adanya stabilitas politik dan keamanan di tingkat nasional yang menjamin
kontinuitas pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan program yang
sudah direncanakan.
3. Adanya sekelompok tenaga lokal yang memilki kemampuan organisasi dan
manajamen untuk melaksanakan pembangunan pertanian.
4. Adanya sekelompok tenaga lokal yang memiliki pendidikan pertanian yang
diharapkan mampu melakukan kegiatan kaderisasi bagi tumbuhnya
kelompok-kelompok kecil yang melaksanakan penyuluhan pertanian di setiap
lokalitas usahatani.
5. Adanya sumber modal di dalam negeri maupun dari luar negeri yang akan
membiayai program dan kegiatan pembangunan pertanian.
6. Adanya pasca (permintaan) yang sedang meluas bagi produk pertanian yang
akan diusahakan, baik dalam negeri maupun luar negeri

2.5 Syarat-syarat Pembangunan Pertanian


Mosher (1966) mengemukakan beberapa syarat Pembangunan Pertanian yang
dibaginya dalam dua kelompok yaitu : 5 syarat mutlak dan 5 syarat faktor pelancar
sebagai berikut :
5 Syarat Mutlak Pembangunan Pertanian sebagai berikut :
1. Pemasaran bagi produk pertanian yang dihasilkan, yang menjamin para
petani untuk berproduksi tanpa kekhawatiran akan produknya tidak laku
2. Teknologi yang selalu terus berubah dan berkembang, yang mendukung
peningkatan produksi dan produktivitas serta perbaikan mutu produk yang
memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan
3. Tersedianya sarana produksi bagi petani, agar mereka lebih bergairah dan
merasa diperhatikan sebagai pelaku utaa pembangunan pertanian.
4. Perangsang berproduksi bagi petani, agar mereka lebih bergairah dan
merasa diperhatikan sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.
5. Tersedianya sarana pengangkutan yang memadai yang menghubungkan
setiap lokasi usaha tani dengan pasar dan pusat pelayanan

5 Faktor pelancar sebagai berikut :


1. Pendidikan pembangunan atau penyuluhan, yang memberikan kesempatan
kepada petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian untuk tahu,
mau dan mampu memilih alternatif teknologi yang diyakini dapat
meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta perbaikan
kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya.
2. Kredit petanian, yang membantu petani untuk dapat memenuhi kebutuhan
sarana produksi dan peralatan, serta dapat mencukupi biaya hidup
keluarganya sampai saatnya panen tiba.
3. Kegitan bersama atau gotong-royong antar petani, baik dalam penyediaan
sarana produksi, pelaksanaan budidaya tanaman dan atau hewan, maupun
dalam pelaksanaan panen, pengolahan, dan pemasaran hasilnya.
4. Perbaikan dan perluasan lahan pertanian, yang sangat dibutuhkan sebagai
sarana untuk peningkatan produktivitas dan produknya.
5. Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian yang memberikan
dukungan serta menjamin keberlangsungan kegiatan pembangunan
pertanian.

2.6 Ciri-ciri Pertanian Modern


Yudhosodo (2002) menawarkan alternatif strategi untuk memperbaiki keadaan
pertanian di Indonesia melalui modernisasi pertanian. Melalui strategi ini, diyakini akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, membuka peluang yang lebih baik untuk
perubahan struktur ekonomi, perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan serta pemerataan dan kelestarian lingkungan hidup.
Ciri-ciri Pertanian Modern sebagai berikut :
1. Selalu dapat memperbaiki teknologinya
2. Selalu dapat menyesuaikan jenis tanaman dan ternak yang diusahakan dengan
perubahan permintaan pihak konsumen dan dengan perubahan biaya produksi
yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan teknologi.
3. Selalu dapat menyesuaikan perbandingan faktor-faktor produksi yang berupa
tanah, modal, dan tenaga kerja yang digunakan dengan perubahan jumlah
penduduk, perubahan kesempatan kerja, dan perubahan teknologi.
Napitulu (2000) menyatakan bahwa pertanian modern sebagai pertanian yang
tangguh dan efesien yang dikelola secara professional dan memiliki keunggulan
untuk memenangkan persaingan baik di pasar domestik maupun di pasar global,
memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Usahanya merupakan industri/perusahaan pertanian yang maju, memenuhi skala
ekonomi, menerapkan teknologi manju dan dan spesifik lokasi, termasuk
mekanisa pertanian.
2. Petani mampu mengambil keputusan-keputusan yang rasional dan inovatif,
memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi, mempunyai kemampuan manajemen
modern dan professional, mempunyai jejaring (networking) yang luas,
mempunyai akses informasi ke pasar global dan mempunyai posisi tawar yang
kuat.
3. Organisasinya mempunyai organisasi atau asosiasi diantara petani yang kuat
(solid) dan berjenjang dari tingkat desa ketingkat nasional, bisa mengakses
lembaga keuangan dan lembaga bisnis lainnya.
4. Aturan mainnya, mencerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan mikro serta
secara operasional berpihak kepada petani, khususnya dalam konteks perdagangan
global, tidak tumpang tindih, konsisten dengan meminimumkan inkosistensi
dianatara berbagai kebijaksanaan yang ada
Menurut Rasahan (2000), pertanian modern yang maju, efisien, dan tangguh
itu mempunyai kemampuan sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan.
2. Mengelola keterkaitan kebelakang dan ke depan yang erat dengan kegiatan
ekonomi lainnya, sehingga menjadi salah satu penentu dalam mendorong
berkembangnya sector ekonomi terkait.
3. Menyerap dan mendiversifikasikan tenaga kerja produktif di perdesaan, sekaligus
sebagai media untuk memeratakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
pedesaan.
4. Antisipatif menghadapi perubahan-perubahan lingkungan strategis baik ditingkat
domestik, regional, dan internasional.
5. Mengimplementasikan kesepakatan-kesepakatan dunia seperti GATT, WTO dan
kesepakatan-kesepakatan lainnya.
Jadi, usahatani yang modern merupakan usahatani yang sifatnya komersial, yang
selalu dinamis dan luwes (flexible) dan yang produktivitasnya selalu terus-menerus
meningkat serta memerlukan teknologi yang selalu berkembang. Usahatani yang modern
memerlukan keterampilan, sarana produksi, alat-alat pertanian dan kredit untuk dapat
menerapkan teknologi yang selalau berkembang di dalam usaha taninya.

2.7 Syarat- syarat modernisasi pertanian


1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan atau kemauan politik pemerintah untuk membangun pertanian
merupakan faktor penentu yang pertama dan terutama. Dengan adanya kebijakan
pemerintah dalam pembangunan pertanian merupakan pemicu pelaksanaan
pembangunan pertanian itu sendiri. Dengan kata lain, tanpa adanya kebijakan
yang jelas, mungkin tak akan terjadi kegiatan pembangunan pertanian.
Adanya kemauan politik untuk membangun pertanian haruslah menjadi sifat
kepemimpinan di tingkat lokal dan nasional utnuk memotivasi semua pemangku
kepentingan pembangunan pertanian. Tidak saja kepada petani selaku pelaksanaan
utama pembangunan pertanian, tetapi juga kepada para pelaku agribisnis dan
semua aparat pemerintah untuk senantiasa siap melayani dan memfasilitasi dan
melakukan supervise susai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Penyuluhan pertanian
Penyuluhan adalah proses pemberdaya masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas demi kemandiriannya. Karena itu kegiatan penyuluhan
pertanian tidaak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan usahatani, tetapi juga untuk meningkatkan kapasitasnya agar mampu
dan berani menyampaikan kebutuhan dan hak-hak politiknya serta mampu dan
berani memilih alternatif pemecahan masalah yang dihadapi yang dihadapi yang
paling efisien dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya dan kearifan
lokal. Kegiatan ini sangat dibutuhakan bagi para petani untuk menambah
pengetahuan, keterampilan sebagai langkah untuk memajukan pertanian yang
modern dan berkelanjutan
3. Pemasaran produksi
Faktor ketiga adalah pemasaran produksi. Hal ini disebabkan karena produk-
produk yang dihasilkan oleh upaya pembanguan pertanian sering kali tidak
memperoleh kepastian jaminan pemasaran dan harga produknya. Yang
dimaksudkan dengan pemasaran disini tidak terbatas pada pengertian yang sempit
berupa transaksi jual-beli, tetapi pemasaran dalam arti luas yang meliputi :
informasi permintaan atas komoditas terentu, kualifikasi produk, komoditas yang
dibutuhkan maupun harga daan sistem pembayaran yang disepakati.
Dalam usaha pertanian yang modern, pemasaran produksi yang dilakukan
hendaknya memiliki tujuan pertanian yang modern, hal ini juga meliputi seperti
jaminan keuntungan untuk semua pihak yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
4. Teknologi produksi
Teknologi produksi merupakan paket teknologi yang berkaitan dengan jumlah,
mutu dan kontinyiutas produk sesuia dengan persyaratan yang diminati oleh pasar
atau pembeli. Penerapan inovasi yang berupa teknologi baru bertujuan untuk
meningkatkan efisien dan optimasi sumberdaya, kaitannya dengan :
a. Peningkatan efisiensi produksi jumlah dan mutu produksi serta kontinuitas produk
b. Adaptasi terhadap lingkungan maupun responnya terhadap pemupukan dan zat
pengatur tumbuh
c. Ketahanan terhadap gangguan organism pengganggu
d. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
e. Meskipun demikian, teknologi dalam pembangunan pertanian tidak selalu
berdampak positif bagi kehidupan manusia.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatiakn dalam penerapan teknologi baru
yang meliputi beberapa aspek sebagai berikut :
a. Penerapan teknologi dan kesempatan kerja
Birowo (1972) mengungkapkan bahwa Masalah penting yang sering
dikemukakan dalam pembangunan pertanian adalah sampai seberapa jauh
teknologi baru yang telah berhasil menaikkan volume produksi itu benar-
benar dapat menaikkan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja.
b. Penerapan teknologi dan kelestarian sumber daya
Hadisapoetra (1975) mengatakan bahwa upaya peningkatan produksi
dan pendapatan petani yang ingin dicapai melalui pembangunan harus selalu
memperhatikan pelestarian sumber daya alam melalui kegiatan konservasi
lahan dan memperhatikan sifat-sifat perkembangan tanaman dan hewan yang
diusahakan. Karena tujuannya agar pembangunan pertanian yang dlakukan
tidak hanya sekedar menaikkan produksi dan pendapatan petani untuk jangka
waktu yang terbatas saja, melainkan harus dapat berlangsung untuk jangka
waktu yang tidak terbatas.
c. Konsekuensi Ekonomis dari penerapan teknologi
Sebagai akibat dari penerapan teknologi baru, maka hanya petani lapisan
atas yang mampu memanfaatkan setiap peluang peningkatan produksi dan
pendapatannya melalui penerapan teknologi baru yang lebih menguntungkan
itu. Sedangkan petani kecil pada umumnya selalu ketinggalan dalam
mengadopsi teknologi baru karena keterbatasan modal usaha yang dimilki
serta keberanian mengambil resiko dari ketidakpastian yang tidak sebesar
(seberani) petani lapisan atas tadi. Oleh karena itu penerapan teknologi baru
justru memperbesar ketimpangan dalam distribusi penadapatan masyarakat
(petani).
d. Penerapan tenologi baru dan perubahan sosial
Kehadiran teknologi yang selalu berubah sebagai salah satu syarat
pembangunan pertanian, disamping memberikan manfaat dalam hal
peningkatan produktivitas dan pendapatan petani, ternyata juga memberikan
dampak yang tidak selalu selaras dengan tujuan pembangunan pertanian itu
sendiri.. Bahkan terdapat indikasi bahwa penerapan teknologi usahatani yang
kurang bijaksana justru mengancam kelangsungan keberhasilan pembangunan
pertanian yang telah dapat dinikmati.
e. Penerapan teknologi dan moral ekonomi petani
Dalam hubungan ini, penerapan menuntut suatu pertimbangan ekonomis
yang rasional, mengingat bahwa setiap penerapan teknologi baru selalu
membutuhkan tambahan biaya dan penuh resiko ketidakpastian. Dengan
demikian teknologi dalam pembangunan pertanian akan mendorong proses
perubahan moral ekonomi petani dari yang sifatnya mengutamakan
keselamatan kea rah moral ekonomi yang rasional.
5. Pembiayaan pertanian
Pembiayaan pertanian yang berjalan dengan penerapan teknologi, dimana
akan mebutuhkan biaya yang lebih, maka pembiayaan ini sangat dibutuhkan
pengelolaan dana untuk biaya dari keseluruhan pembiayaan yang dibutuhkan
untuk pengembangan pertanian.
6. Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan ini hasil-hasilnya sangat diperlukan untuk
pelestarian dan peningkatan efisiensi usaha pertanian, sebagai sumber inovasi
bagi pembangunan pertanian, agar penerapan pertanian modern dapat terlaksana.
7. Sarana dan prasana yang mendukung
Dalam pembangunan pertanian sarana dan prasarana dapat meliputi hal berikut
:
a. Sarana dan prasarana pengangkutan, baik bagi pengadaan dan distribusi input
dan peralatan atau mesin pertanian maupun untuk kelancaran pengangkutan
hasil dari lahan ke tempat pengolahan maupun kaitannya dengan kegiatan
pemasaran hasil.
b. Sarana dan prasarana irigasi, utamanya bagi proses produksi komoditas yang
membutuhkan pengairan yang terjamin
c. Sarana dan prasarana pengolahan hasil untuk mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku maupun barang setengah jadi menjadi bahan jadi
d. Sarana dan prasarana penelitian, pengujian , serta penyuluhan pertanian
e. Prasarana dan sarana pemasaran.

2.8 Konsep Pembangunan Pertanian Berkelanjutan


Konsep pembangunan pertanian berkelanjutan ialah yang bertumpu pada tiga
pilar : ekonomi, sosial dan ekologi. Konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi
pada tiga dimensi kebelanjutan berikut :
1. Segitiga pilar pembangunan dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep
maksimalisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya dapat
mempertahankan aset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh
pendapatan tersebut. Yang menjadi indikator utama dalam dimensi ekonomi ialah
tingkat efisiensi ekonomi Dn daya saing juga besaran dan pertumbuhan nilai
tambah termasuk dalam hal laba, serta stabilitas ekonomi.
2. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial
yang harmonis yaitu mencegah terjadinya konflik sosial, preservasi keragaman
budaya serta modal sosio-kebudayaan termasuk dalam hal perlindungan suku
minoritas.
3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekonomi alam
yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Dalam hal ini
mencakup terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis atau
sumberdaya genetik, sumberdaya tanah, sumber air, serta kesehatan dan
kenyamanan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto, Totok . 2007 . Pengantar Ilmu Pertanian. Surakarta : Pusat Pengembangan
Agribisnis dan perhutanan sosial

Anda mungkin juga menyukai