Laporan Ponek SMT 1 2015
Laporan Ponek SMT 1 2015
Rekomendasi :
- Dibuat akses pintu masuk pasien rujukan luar ke kamar bersalin,
dapat dibuka melalui tembok samping gedung maternal, sehingga
IGD kebidanan dapat dilayani di Gedung Maternal.
- Dibuat alur rujukan pasien maternal neonatal
c. Pelayanan kegawat daruratan kebidanan
Pelayanan kegawat daruratan kebidanan di unit emergensi (VK IGD)
dan dilanjutkan ke kamar bersalin dan bila memerlukan tindakan
operatif ke instalasi bedah (OK IGD). Petugas di VK IGD adalah bidan
jaga di ruang bersalin. Melalui surat keputusan direktur terhitung Juni
2015 bidan jaga IGD digabung dengan bidan kamar bersalin untuk
meningkatkan kualitas pelayanan agar respon time dapat tercapai.
Analisa :
Beberapa masalah yang dihadapi antara lain :
1. Jumlah pasien IGD yang banyak untuk semua kasus penyakit
sehingga kurang fokus terhadap kasus kebidanan.
2. Petugas kamar operasi IGD tidak stand by (on call)
3. Petugas pada bagian penunjang medik (laboratorium, radiologi)
pelayanan tidak maksimal terutama di atas jam 00.00
Rekomendasi :
Dibuat akses langsung masuk ke ruang maternal, dengan membuat
pintu masuk di sebelah ruang maternal sehingga pelayanan gawat
darurat dapat dilakukan di Gedung Maternal.
Petugas OK IGD sebaiknya stand by tidak on call
3
10 IUD
8
8 7 7 MOW
SUNTIKAN
6 5
4 4 KONDOM
4 3 PIL
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
Data diolah dari Register Laporan Persalinan RSUD Dr. Soedarso Tahun
2015
Jumlah akseptor IUD pasca salin selama bulan Januari sd Juni 2015
adalah adalah 55 orang (30,72%), sedangkan jumlah MOW sebanyak
47 orang (26,25%) dari total seluruh akseptor KB.
Dibandingkan dengan tahun 2014 jumlah akseptor IUD pasca salin
menurun sangat drastis yaitu 284orang.
Analisa :
- Turunnya jumlah akseptor MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) pada tahun 2015 disebabkan karena tidak adanya
kebijakan bahwa setiap peserta BPJS wajib menggunakan KB
pasca salin yang bersifat MKJP.
- Terbatasnya pelatihan untuk bidan mengenai pemasangan IUD
pasca salin dan kurangnya pelatihan untuk bidan tentang Alat Bantu
Pengambil Keputasan (ABPK) dalam keluarga berencana
Rekomendasi :
2. Pelayanan Perinatal
a. Pengembangan ruang perinatologi
Ruang perinatologi seharusnya dapat dibuat dengan standar poned,dan
dapat dibedakan antara bayi dengan kegawatan level III, level II dan
level I, bayi lahir luar dan bayi lahir dalam, untuk mencegah penularan
dari kuman yang berbeda. Dilengkapinya alat- alat pendukung di ruang
perinatologi, terutama CPAP, Neopuff, infus pump, Shyringe pum, alat
pengukur saturasi oksigen, cek gula darah, alat resusitasi kit, sehingga
jika diperlukan tindakan emergency tidak harus meminjam atau mencari
kemana-mana. Selain itu dapat disediakannya alat komunikasi yang
dapat menelpon langsung ke konsulen tanpa melewati operator, yang
kadang saat diperlukan sering dalam kondisi tugas luar.
Analisa:
Belum standarnya ruang perinatologi yang ada, tidak singkronnya
perencanaan awal denga hasil akhir, sehingga sulit untuk membuat
5
140 129
120 112
105
97
100
78
80 TOTAL PERSALINAN
59
60
RAWAT GABUNG
40 29 (20,86%)
19 23 19
17 14
20
Data diolah dari Rekam Medis RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
Rekomendasi :
Selama bulan Januari s.d Juni 2015 beberapa pelatihan telah didapatkan
oleh petugas, antara lain :
d. Near Death Conference dilakukan oleh dokter dan bidan setiap ada
kasus yang mendekati kematian
Analisa :
Kegiatan ini belum dilaksanakan secara optimal. Diskusi dilakukan per
telepon dan pada saat visite pagi hanya belum didiskusikan dalam
forum formal dan tidak ada bukti kehadirannya.
Rekomendasi :
Dilakukan perencanaan untuk pertemuan rutin kebidanan seminggu
sekali untuk membahas kasus-kasus yang mendekati kematian.
e. Death conference dilakukan pada kegiatan dokter di SMF kebidanan
dan anak bila ada kasus
Belum dilakukan secara optimal. Tim audit maternal perinatal telah
dibentuk dan diketuai oleh dr.Khaidir Anwar, Sp.OG (K) Obsos.
f. Joint conference dilakukan bila ada kasus kematian yang menyangkut
SMF lain.
Belum dilaksanakan secara optimal.
Rekomendasi :
Dilakukan pertemuan reguler di SMF kebidanan dan berkoordinasi
dengan SMF lain sesuai dengan kasus yang ada.
g. Journal Reading dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan minggu ke
IV setiap bulan, dokter spesialis anak setiap kamis.
Belum dilakukan
h. Magang di intensif care unit
Sudah dilakukan sementara baru dari tenaga kebidanan yang bertugas
di ruang nifas.
Rekomendasi :
Dibuat jadwal magang selanjutnya di ICU untuk tenaga kamar bersalin.
60 57
50
50
40
32
29
30 Partus Normal
24
21 Rujukan
20
Non Rujukan
7 8 8
10 4 4 5 4
3 3
0 0 1
0
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
10 7
4 5 4 3 3
5
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
Total persalinan dengan penyulit di RSUD Dr. Soedarso bulan Januari
sd Juni 2015 adalah sebanyak 155 persalinan (33,48%) dari total
seluruh persalinan. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar
dari persalinan penyulit ini merupakan kasus rujukan yaitu sebanyak
120 kasus (77,42%).
3) Persalinan dengan Vacum Ekstraksi
Ekstraksi vakum adalah persalinan yang dimana janin dilahirkan
dengan ekstraksi tekanan negatif pada kepalanya dengan
menggunakan ekstraktor vakum.
Ekstraksi vakum juga dapat diartikan sebagai tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Jumlah persalinan dengan ekstraksi vakum pada bulan Januari sd Juni
2015 adalah sebagai berikut :
12
4 4
3 3 3 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
Total persalinan dengan ekstraksi vakum di RSUD Dr. Soedarso
bulan Januari sd Juni 2015 adalah sebanyak 15 persalinan (2,61%)
dari total seluruh persalinan.
Dari gambar 5 menunjukkan bahwa seluruh persalinan dengan
ekstraksi vakum merupakan kasus rujukan.
ABORTUS
, 1, 16%
PEB, 4, 67%
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
Analisa :
Jumlah kematian ibu bulan Januari sd Juni tahun 2015 adalah sebanyak 6
orang dari total seluruh pasien hamil, bersalin dan nifas di ruang
kebidanan.
Penyebab terbesar AKI di RSUD dr.Soedarso adalah pre eklampsi berat
(PEB) yaitu sebanyak 4pasien (67%), diikuti oleh abortus dan
decompensasi cordis masing-masing 1 orang (33%).
Rekomendasi :
1. Dibuat jejaring sistem rujukan (MOU) dengan pusat pelayanan dan
institusi kesehatan, seperti bidan desa, Puskesmas, Puskesmas
PONED, Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, dan Dinas
Kesehatan Provinsi.
2. Penyediaan fasilitas rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan
emergensi kebidanan, salah satunya membentuk ruangan High Care
Unit (HCU) di ruang bersalin.
70
60
50
40
30
20
10
0
Januari Februar Maret April Mei Juni
i
SC 45 47 37 66 54 31
Rujukan 43 44 32 63 52 29
Non Rujukan 2 3 5 3 2 2
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
14
12
10
8
6
4
2
0
Asfeksia BBLR Asfeksia Sepsis Kelainan Tetanus
+BBLR
Bulan Non Rujukan 2 5 5 1 5 0
Bulan Rujukan 3 6 1 5 9 2
Bulan Jumlah 5 11 6 6 14 2
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2015
tenaga kerja, dukungan alat untuk serta kemampuan para perawat belum
merata. Sehingga BBLR dengan segala komplikasinya masih belum dapat
ditangani dengan baik, pemeriksaan gula darah belum bisa didapat
dengan cepat, karena tidak adanya alat di ruang perinatologi. Pada BBLR
dengan usia kehamilan belum cukup semakin memperbesar resiko untuk
kematian, belum cukupnya alat terutama CPAP dan neopuff,apalagi
ventilator, membuat pertolongan dan terapi tidak dapat maksimal
dilakukan.
Asfeksia merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak Di RSUD
Dr.Soedarso. Saat ini di RSUD Dr. Soedarso masih belum menerapkan
seorang dokter anak untuk melakukan resusitasi untuk setiap bayi yang
lahir dengan resiko tinggi, sedangkan kemampuan paramedis untuk
melakukan resusitasi juga belum sesuai dengan langkah-langkah dalam
resusitasi neonatus, kemampuan para perawat dan bidan tidak merata,
baru sekitar 1% yang telah mengikuti pelatihan resusitasi neonatus, tetapi
yang sudah mendapat pelatihan juga belum dapat menerapkan seperti
yang dilatihkan. Tidak tersedianya alat untuk melakukan resusitasi secara
maksimal juga masih menjadi masalah, serta ruangan NICU yang hanya
ada dua, CPAP buble 1 membuat bayi-bayi dengan asfiksia berat tidak
dapat dirawat secara maksimal.Selain itu bayi-bayi yang lahir dari luar
dengan asfiksia juga menyumbang angka kejadian bayi asfiksia di RS,
terutama cara perujukan yang masih dibawah standar, sehingga membuat
kondisi bayi semakin buruk
REKOMENDASI
1. Dapat diberikan pelatihan mengenai resusitasi neonatus kepada
semua bidan atau perawat di ruang perinatologi dan vk, serta
dukungan alat yang memadai dan sesuai standar minimal untuk
dapat dilakukan resusitasi dengan sebenarnya. Minimal dapat
dilakukan in haouse training dengan dukungan penuh
management dalam pelaksanaannya dan rutin memantau
perkembangan ilmu terbaru mengenai penangan asfiksia.
2. Membudayakan kebiasaan cuci tangan. Dapat melakukan
pemetaan mengenai jenis kuman di RS, sehingga penggunaan
antibiotik dapat diberikan sesuai dengan pola kuman. Penangan
infeksi nasokomial lebih ditingkatkan, penggunaan closed cirkuit
pada semua tindakan infasiv bayi.
19
i. Pelaporan kematian ibu dan perinatal, kesehatan ibu laporan KIA Puskesmas
setiap bulan ke Bagian Perencanaan dan Informasi untuk selanjutnya
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten.
Mengetahui,