KELOMPOK 5 :
Tingkat 3 D-IV
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
JL. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Tahun 2015
A. Latar belakang
Masalah sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas
manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah, Jumlah
atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap
barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan
jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi.
Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari
pengelolaan gaya hidup masyrakat. Masalah sampah sudah menjadi
topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil
sampai kepada lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan
terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu
sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Indonesia merupakan contoh nyata
dalam hal persoalan sampah.
Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya
limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai
pembuangan sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang
dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah,
air, dan udara, menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang
membahayakan kesehatan.
Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih
menggunakan paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction
(reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah
berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur
ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable. Sehingga banyak tejadi
pencemaran dimana-mana, hal ini terlebih dalam kasus sampah, di mana
gangguan bau yang menusuk dan pemandangan (keindahan/kebersihan)
sangat menarik perhatian panca indera kita. Begitu dominannya gangguan
bau dan pemandangan dari sampah inilah yang telah mengalihkan kita
dari bahaya racun dari sampah, yang lebih mengancam kelangsungan
hidup kita dan anak cucu kita baik oleh bentuk, rupa, maupun bau yang di
timbulkan.
Dampak kesehatannya yang berjangka panjang, membuatnya lepas
dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang langsung bisa
dirasakan oleh panca indera kita dari pada efek jangka panjangnya.
Dengan bantuan mikroba maupun biota tanah.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik.
Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai 80%, sehingga
pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos
sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya
jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan
menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.
Jepara menghasilkan hampir 2500 ton sampah setiap harinya, di mana
sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400
ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jepara, di mana 95%-nya
adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan
oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi
pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
(Rohendi, 2005).
Untuk sampah- sampah plastik ( anorganik ) sebaiknya dilakukan
pengelolaan sampah dengan cara 3R yaitu Reduce, Reuce, Recycle.
Karena dengan cara 3R tersebut kita dapat mengoptimalkan sampah agar
bisa digunakan kembali dan dapat mengurangi timbunan sampah di TPS
ataupun TPA.
Lalu Pengomposan adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi
masalah sampah organik. Dengan pengomposan sampah organik akan di
ubah menjadi pupuk yang dapat di gunakan untuk menunjang kesuburan
tanah ataupun tanaman. Secara alami bahan-bahan organik akan
mengalami penguraian di alaminnya. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi
pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang
terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa
sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien.
Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama
untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah
pertanian dan perkebunan.
Meskipun demikian, masih banyak warga dan masyarakat kita yang
belum mengerti apa manfaat sampah organik itu. Sehingga perlu adanya
informasi atau penyuluhan bagi masyarakat agar sumber daya yang ada di
sekitah mereka tidak terabai dan terbuang dengan percuma.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dan benar di
Desa Candi Areng, Batang, Jawa Tengah.
2. Tujuan Khusus :
1) Agar masyarakat mengerti tentang sumber sampah.
2) Agar masyarakat mengerti tentang jenis-jenis sampah.
3) Agar masyarakat mengerti tentang dampak kesehatan yang
diakibatkan oleh sampah.
4) Agar masyarakat mengerti dan mampu memilah sampah sesuai
dengan jenisnya.
5) Agar masyarakat mengerti tentang pemanfaatan sampah-
sampah organik dan anorganik.
6) Agar masyarakat mengerti dan mampu memproses sampah
organik menjadi kompos.
7) Agar masyarakat mengerti dan mampu mendaur ulang sampah
anorganik menjadi benda yang lebih berguna.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
1) Mendapatkan pengalaman dan mengembangkan kemampuan
akademik yang didapat pada ruang lingkup masyarakat.
2) Membentuk keterampilan profesional dan menerapkan pendekatan
spesifik atas masalah kesehatan lingkungandi masyarakat.
3) Mendapatkan pengalaman kerja dalam bidang penelitian terutama
kegiatan promosi kesehatan dan penyuluhan.
4) Membentuk keterampilan profesional dan menerapkan pendekatan
spesifik atas masalah kesehatan lingkungandi masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
1) Dapat menambah ilmu pengetahuan seputar pengelolaan sampah
2) Menambah pengalaman baru melalu praktik langsung tentang cara
cara pengelolaan sampah
3) Menambah pengetahuan tentang manfaat dan kerugian sampah
4) Menambah pengalaman tentang pengelolaan sampah yang dapat
menghasilkan uang
2. Tema Kegiatan
Keajaiban Merubah Sampah Menjadi Uang
3. Waktu Pelaksanaan
Hari : 30 Maret 2015
Waktu : jam 09.00 WIB - Selesai
4. Lokasi Tempat kegiatan
Lokasi praktik terpilih adalah Desa Candi Areng, Kabupaten Batang,
Jawa Tengah
E. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ditujukan pada warga Desa Candi Areng RT 009 RW
027, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
2. Bahan:
1) Sampah organik
2) Sampah anorganik seperti kertas
H. Penutup
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu terselanggaranya acara Workshop pengelolaan sampah yang
baik dan benar Di Desa Candi Areng, Kabupaten Batang tahun 2015 ini.
Ucapan terimakasih kami ucapkan terutama kepada kepala Desa,
perangkat desa, ketua RW, RT serta warga masyarakat sekitar yang telah
ikut serta dalam acara workshop ini. Selain itu, atas terselenggaranya
acara ini kami sebagai penyelenggara berharap agar masyarakat dapat
tumbuh sebagai masyarakat yang mandiri di bidang pengelolaan sampah.
Demikian proposal ini kami buat sebagaimana mestinya.
I. Lampiran
Lampiran Materi Penyuluhan Tentang Pengelolaan Sampah
A. Pengertian Sampah
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin
digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya
akan tetap merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan
kembali (Dainur, 1995).
Menurut Depkes RI (1987:2) Sampah adalah benda ynag tidak
dipakai, tidak diingini dan dibuang, yang berasal dari suatu aktivitas
dan bersifat padat, tidak termasuk buangan yang bersifat biologis.
Dalam kamus lingkungan (1994) dinyatakan bahwa Pengertian
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam
produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama
manufaktur; atau materi berkelebihan atau buangan.
Menurut buku Pembuangan Sampah Akademi Penilik
Kesehatan Teknologi Sanitasi Depkes RI (APK-TS), sampah
adalah benda tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang. Yang
berasal dari aktivitas yang bersifat padat.Adapun pengertian
sampah adalah segala benda sisa, buangan atau barang bekas
yang tidak berguna lagi sebagai fungsi semula baik yang berasal
dari aktivitas manusia maupun dari alam.
Menurut undang undang Republik Indonesia nomor 18 tahun
2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah :
Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan
khusus.
Dalam buku ilmu kesehatan masyarakat sampah adalah
seseuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi
dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
Pengertian sampah secara umum merupakan material sisa
yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah
didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah,
yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah
dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
B. Sumber-Sumber Sampah
1. Sampah rumah tangga
Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus,
gelas, kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.
D. Karakteristik Sampah
1. Garbage: jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan
hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian
besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan
mengandung air bebas.
2. Rubbish: terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang
tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-
pusat perdagangan, kantor-kantor dan, tapi tidak termasuk
garbage.
3. Ashes (abu): sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah
terbakar baik di rumah, di kantor, dan industri.
4. Street Sweeping (Sampah Jalanan): berasal dari
pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia
maupun tenaga mesin yang terdiri fari kertas-kertas dan
daun-daunan
5. Dead Animal (Bangkai Binatang): bangkai-bangkai yang mati
karena alam, penyakit atau kecelakaan.
6. Household Refuse (Sampah Rumah Tangga: terdiri dari
rubbish, garbage, dan ashes yang berasal dari perumahan.
7. Abandoned Vehicles (Bangkai Kendaraan): bangkai-bangkai
mobil, truk, kereta api
8. Sampah Industri: terdiri dari sampah padat yang berasal dari
industri-industri, pengolahan hasil bumi.
9. Demolition Wastes (Sampah Bongkaran Gedung): berasal
dari pembongkaran gedung (puing-puing).
10. Construction Wastes (Sampah Sisa Pembangunan): berasal
dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaruan gedung.
11. Sewage Solid (Kotoran Padat): benda-benda kasar yang
umumnya zat organic hasil saringan pada pintu masuk pusat
pengolahan air buangan.
12. Sampah khusus: yaitu sampah yang memerlukan
penanganan khusus, misalnya: kaleng-kaleng, cat, dan
radioaktif.
E. Timbulan Sampah
Pengertian Sampah Berdasarkan Undang-Undang No. 18
Tahun 2008 Tentang Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah
yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per
satuan waktu (Departemen PU, 2004).
Timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam (Damanhuri,
2004) :
Satuan berat : kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram
per meter-persegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram
per tempat tidur per hari (kg/bed/h).
Satuan volume : liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-
persegi bangunan per hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur
per hari (kg/bed/h).
F. Pengolahan Sampah
Skema Pembuangan Sampah
Tahap Pewadahan
Sampah yang di hasilkan dari setiap rumah biasanya antara
sampah organik dan sampah anorganik, kemudian sampah
tersebut di kumpulkan di tempat sampah yang ada di dalam
rumah dan ada juga yang langsung di buang ke tempat
sampah di luar rumah. Sampah sampah yang di kumpulkan
di tempat sampah, baik diluar maupun di dalam rumah belum
di pisahkan antara sampah organik maupun sampah
anorganiknya.
Tahap Pengangkutan
Dari tempat pewadahan kemudian sampah di angkut
menggunakan tong besar yang kemudian ditarik oleh petugas
pengangkut sampah. Sampah yang sudah di angkut dari setiap
rumah warga kemudian di kumpulkan di setiap ujung gang.
Setelah menunggu beberapa saat, mobil pengangkut sampah
datang untuk menggangkut sampah yang sudah di kumpulkan
di setiap ujung gang perumahan. Lalu langsung di buang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
G. Pembuatan Kompos
Cara membuat kompos bagi mereka yang tidak mempunyai
lahan yang luas.
a. Sediakan drum atau sejenisnya.
b. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari
sampah. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup
dengan karung goni atau anyaman bambu. Bak pengomposan
tidak boleh kena air hujan sehingga sebaiknya harus dibawah
atap. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block,
sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah jangan
ditempatkan di tempat yang kedap air.
c. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.
Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
d. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top
soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini diharapkan
mengandung banyak mikroba aktif yang bekerja mengolah
sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak dari ayam
atau sapi dapat pula dicampurkan.
e. Pembuatan bisa dikukan secara sekaligus atau selapis demi
selapis misalnya setiap dua hari ditambah sampah baru. Untuk
menghindari terlalu panas maka setiap 7 hari perlu diaduk.
f. Pengomposan dinyatakan sudah selesai jika campuran menjadi
kehitaman dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-
2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos,
sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6
suhu kembali normal dan kompos sudah jadi.
c. Cara Membuat:
1) Guntinglah koran bekas atau kertas bekas menjadi kecil-
kecil, lalu rendam dalam air di ember selama 1 hari
2) Ambil kertas yang telah direndam tadi, tiriskan. Lalu
masukkan ke dalam blender bersama air dengan
perbandingan kertas banding air sama dengan 1:3.
Kemudian blender hingga menjadi bubur kertas
3) Siapkan ember, isi air seperempat bagian. Masukkan
bubur kertas kedalam ember. Lalu aduk-aduk.
4) Tambahkan zat pewarna secukupnya (warna putih)
5) Tambahkan sedikit lem kayu kedalam adonan kertas
sekitar 2 sendok makan, lalu aduk sampai merata.
6) Siapkan papan triplek lalu lapisi papan dengan kain kasa.
Basahi papan dengan sedikit air
7) Masukkan screen dalam ember, ambil bubur kertas lalu
saring dan ratakan bubur pada screen (jangan terlalu tebal)
8) Letakkan screen dengan posisi terbalik diatas papan.
9) Gosok screen memakai kasa secara perlahan sampai
bubur kertas lepas dari screen dan menempel di papan.
Lalu tutup dengan kain basah
10) Diamkan 1 jam sampai kandungan air menyusut
11) Jemur di bawah panas matahari bersama kain, jangan
dilepas.
12) Jika sudah benar-benar kering, buka kain yang
menutupinya dengan hati-hati. Atau kalau perlu disetrika
dulu sebelum dibentuk, agar lebih rapi.
13) Kertas daur ulang sudah bisa dibentuk sesuai keinginan