Dalam dunia kebatinan jawa istilah roh sedulur papat lan kalima pancer selalu disebutkan, karena
pengertian itu melandasi kekuatan sukma manusia, yang bila diyakini dan diolah dengan mendalam
akan memunculkan suatu kegaiban dan kekuatan gaib yang berasal dari diri manusia sendiri,
kegaiban sukma manusia, yang diolah melalui ketekunan kepercayaan dan penyelarasan hidup dan
pemujaan kepada Gusti Allah. Termasuk ucapan yang dilandasi kekuatan batin dan keyakinan akan
terjadi, maka itu akan benar terjadi, saking kersaning Allah. Orang yang sudah sedemikian itu sering
disebut ucapannya mandi (manjur / idu geni).
Sebenarnya sudah disadari bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer, yang biasanya
terkait dengan konsep kebatinan tentang Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning
Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan
dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut
adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh
kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya berkembang menjadi
ajaran keilmuan kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian kejawen.
Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian memberikan
pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-sifat tanah, air, api,
dsb dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai
tandingan ajaran kejawen dan untuk menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah
diterima secara umum di masyarakat Jawa, roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis
nafsu manusia ataupun disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia (juga untuk
keperluan penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan
disimpangkan artinya menjadi kalimah syahadat (Wikipedia)).
Dalam halaman ini Penulis menuliskan sebagian hubungan roh sedulur papat dengan kemampuan
seseorang dalam keilmuan batin / gaib.
Banyak orang bisa bercerita tentang roh pancer dan sedulur papat, tetapi seringkali orang-orang itu,
walaupun mampu melihat gaib, dan walaupun juga adalah praktisi kebatinan atau spiritualis
kawakan, tidak menyadari keberadaan roh sedulur papat dan tidak mampu melihatnya, sehingga
mereka tidak mempunyai pemahaman yang dalam tentang roh sedulur papat dan tidak dapat
mendaya-gunakan kemampuan roh-roh itu atau mendaya-gunakan kombinasi kesatuan roh Sedulur
Papat dan roh Pancer.
Memang tidak semua orang, yang mampu melihat gaib, mampu juga melihat roh sedulur papat,
karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit
lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang, sehingga sekalipun di
sekitar mereka ada roh-roh sedulur papatnya orang lain (sedulur papat orang lain yang terpisah),
mereka tidak bisa melihatnya. Roh Saudara Kembar / Sedulur Papat menjadi sesuatu yang sulit
untuk dilihat, sehingga seseorang yang sudah dapat melihat atau pernah bertemu dengan roh
sedulur papat-nya sendiri sering dianggap sebagai suatu keberuntungan dan keistimewaan
tersendiri.
Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang
sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah
roh sedulur papatnya yang wujudnya secara halus benar-benar mirip dengan orang yang
bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan penting yang harus
dikembangkannya lagi ke tingkat yang lebih tinggi. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan
roh sedulur papat tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi
kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat
dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan perbuatannya.
Pendayagunaan sedulur papat sebagai Pamomong dan Guru Sejati dapat dilakukan dengan
memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, gambaran dan
penglihatan gaib, ide dan ilham, dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau
menjadikannya sebagai satu kekuatan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada
tingkatan yang tinggi dapat mendayagunakannya sebagai sosok-sosok pribadi yang bisa diajak
berpikir, berkomunikasi dan berbuat seolah-olah mereka adalah sosok-sosok pribadi lain yang berdiri
sendiri-sendiri.
Untuk dapat lebih memahami isi dari tulisan di halaman ini, sebaiknya memahami lebih dulu
penjelasan tentang roh sedulur papat dalam tulisan : Sedulur Papat Lan Kalima Pancer.
Olah Sukma adalah bagian dari olah batin, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada ilmu-ilmu
kebatinan biasa, dan di sisi lain, olah sukma ini juga menjadi dasar menuju tingkatan ilmu kebatinan
dan spiritual yang lebih tinggi lagi.
Dalam olah batin kita mengolah kekuatan kebatinan dan ilmu-ilmu kebatinan, sedangkan dalam olah
sukma kita mengolah sukma kita. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra-cakra yang berada di dada,
leher sampai dahi dan ubun-ubun.
Dalam olah batin kita mengolah kemampuan kebatinan, yaitu kekuatan kebatinan dan kepekaan /
ketajaman batin kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh
kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah sugesti, olah
kekuatan kebatinan dan kepekaan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.
Dalam olah sukma kita mengolah kemampuan sukma, yaitu khusus mengolah kemampuan sukma
kita, tentang apa yang dapat dilakukan oleh sukma kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan sedulur
papat, di dalam tubuh maupun di luar tubuh kita (di alam manusia maupun di alam gaib). Kekuatan
sukma yang didapat dari hasil olah batin dan spiritual akan menentukan sejauhmana kemampuan
yang dapat dilakukan oleh sukma tersebut.
Banyak orang yang mampu melihat gaib, tetapi tidak mengetahui prinsip cara kerjanya, sehingga
seringkali terawangan gaib tidak dibedakan dengan kebisaan melihat gaib, sehingga oleh banyak
orang terawangan gaib dan melihat gaib seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda,
sehingga orang tidak mampu mengembangkannya menjadi suatu bentuk keilmuan tersendiri.
Kemampuan melihat gaib adalah dasar untuk terawangan gaib. Terawangan gaib adalah
mendayagunakan kemampuan melihat gaib untuk dapat melihat suatu objek di tempat yang jauh.
Ilmu terawangan gaib ini bisa digunakan untuk melihat sosok-sosok gaib di alam gaib atau untuk
melihat suatu lokasi / objek tertentu di tempat yang jauh. Kemampuan melihat gaib menjadi dasar
untuk ilmu terawangan gaib.
Masing-masing cara melihat gaib di atas mempunyai cara kerja sendiri-sendiri yang masing-masing
tidak sama dan memiliki juga kelebihan dan kelemahannya sendiri-sendiri, sehingga untuk tujuan
melatih dan mengembangkan masing-masing kemampuan melihat gaib itu harus dilakukan dengan
cara yang masing-masing juga berbeda.
Tetapi kebanyakan orang tidak tahu bagaimana cara kerja melihat gaib, karena yang diinginkannya
hanyalah untuk bisa melihat gaib saja, terserah bagaimana caranya, sehingga orang tidak bisa
mengembangkannya menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi, malah banyak yang tidak bisa
membedakan apakah penglihatan gaibnya itu benar ataukah penglihatannya itu sebenarnya sama
dengan ilusi dan halusinasi.
1. Melihat gaib dengan cakra mata ketiga.
Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan
gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata (mata ketiga).
Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata
ketiga ini roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja dan
tidak disadari).
Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya akan keluar dari tubuhnya
mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian mengirimkan gambarannya kepada roh
pancernya di dalam tubuh (kesadaran / pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga.
Dengan kata lain, yang bisa melihat gaib adalah sedulur papatnya, bukan pancernya (bukan
orangnya). Apa saja yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan (disambungkan) kepada
pancernya melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut melihatnya,
sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib secara langsung dan secara sadar.
Jadi, yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang pada saat seseorang sedang melihat gaib roh
sedulur papatnya itu bergerak keluar dari tubuhnya mendekati objek yang ingin dilihat dan
kemudian mengirimkan gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh (roh pancer)
melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.
Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah pada adanya ikatan kuat dan
komunikasi antara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di dalam tubuh, melalui
jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.
Sebenarnya tidak tepat menyebut kemampuan ini sebagai melihat gaib dengan cakra mata ketiga,
karena yang bisa melihat gaib adalah sukmanya (sedulur papat dan pancernya), bukan cakra mata
ketiganya, sehingga orang tidak bisa memiliki kemampuan ini hanya dengan cara membuka cakra
mata ketiganya.
Orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, sebenarnya bukanlah
dengan cakra mata ketiganya itu ia melihat gaib. Orang bisa melihat gaib karena sudah aktifnya
saraf-saraf imajinasi di kepalanya yang itu memudahkan pikirannya (pancernya) menangkap sinyal
gaib dari sedulur papatnya atau dari khodamnya atau dari roh halus lain, sehingga orang tidak bisa
melihat gaib hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya saja.
Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu adalah yang dengan sengaja dirangsang dalam orang bermeditasi
untuk tujuan melihat gaib, atau dengan melatih kepekaan / olah rasa atau dengan cara orangnya
membiasakan diri berdiam di tempat yang gelap dan sunyi. Tetapi jika saraf-saraf imajinasinya itu
belum aktif orang bisa juga mendeteksi kegaiban dengan rasa, dengan saraf-saraf kepekaan rasa di
dada.
Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka
cakra energi mata ketiganya. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi memang akan
memfasilitasi "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh.
Tetapi cakra-cakra tubuh yang dibuka dengan teknik pengolahan energi tubuh tidak langsung
berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban, misalnya yang dibuka dengan tenaga dalam / prana /
kundalini. Untuk dapat melihat gaib harus ada sugesti pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu
seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra
tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan dengan tujuan dan cara yang sama
dengan pengolahan energi tubuh.
Kemampuan seseorang yang bisa melihat gaib melalui cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan
dibandingkan orang lain yang tidak bisa, tetapi dari sisi keilmuan, kemampuan itu juga masih
mempunyai kelemahan.
Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa dapat melihat
gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali kemampuan melihat gaib dengan cara ini
hanya dapat untuk melihat kegaiban tingkat rendah saja.
Cakra mata ketiga merupakan bagian dari fisik manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan
melihat gaib dengan cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi cakranya.
Sesudah bisa melihat gaib, biasanya seseorang sudah merasa puas, kekuatan energi cakra mata
ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya, sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga
tidak diolah untuk memiliki kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya
lebih tajam, sehingga secara keseluruhan seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk
melihat / mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, tidak bisa melihat / mendeteksi
keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.
Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi antara roh sedulur papat
dengan roh pancer. Dengan demikian seseorang harus melakukannya dengan konsentrasi khusus
(dan seringkali juga akan melelahkan pikiran). Selain kualitas energi di cakra mata ketiganya, kualitas
penglihatan gaibnya juga tergantung pada kemampuannya membaca gambaran gaib yang
dikirimkan oleh roh sedulur papatnya yang mengalir di pikirannya.
Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib akan menyebabkan orang menjadi tidak peka
batinnya, tidak bisa mendeteksi kegaiban di lingkungannya berada, tidak bisa mengedepankan
"rasa".
Orang-orang yang peka rasa batinnya akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada,
tetapi orang-orang yang terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga seringkali menjadi tidak peka,
tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya, kecuali mereka melihat sendiri sosok-sosok
wujud gaibnya. Karena kurangnya kepekaan dan ketajaman batinnya seringkali juga pemahaman
mereka menjadi dangkal, yang mampu mereka lihat hanya sebatas kulitnya saja, hanya luarnya saja,
dan yang dimensinya rendah saja, tidak mampu menelisik lebih dalam, tidak mampu mengetahui
kesejatian dari apa yang dilihatnya, malahan seringkali orang-orang itu tertipu oleh penglihatannya
sendiri. Dan dari apa yang dilihatnya itu, seolah-olah dirinya benar-benar menguasai ilmu melihat
gaib, kepada orang lain yang awam mereka akan memberikan cerita-cerita dan penjelasan yang
seringkali tidak sesuai dengan aslinya hakekat dan kesejatian dari kegaibannya, ceritanya dilebih-
lebihkan, ketinggian, akan banyak bersifat dogma dan pengkultusan.
Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di atas seringkali
tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka dan terus melihat gaib,
walaupun orangnya sedang tidak ingin melihat gaib. Penglihatan gaibnya tidak terkendali.
Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukmanya masih rendah dan
penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja kemampuan melihat gaibnya itu
digunakannya untuk melihat sesosok gaib yang ternyata "berbahaya", atau dalam kondisi tidur dan
bermimpi roh sedulur papatnya pergi sendiri keluar dari tubuhnya diluar kontrolnya. Kondisi itu
suatu saat akan dapat menjadi musibah jika roh sedulur papatnya itu ditangkap oleh roh halus lain.
Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah tubuhnya dan
sakit-sakitan, sering bengong melamun tak sadar diri, dsb. Apalagi jika sedulur papatnya itu disiksa
oleh sosok gaib yang menangkapnya, atau dikejar-kejar, sedulur papatnya itu akan memberikan
gambaran apa yang dialaminya itu kepada orangnya (pancernya) yang kemudian bisa menyebabkan
orangnya selalu merasa ketakutan, merasa berhadapan, diserang atau dikejar-kejar mahluk halus,
karena sedulur papatnya itu memang sedang berhadapan dengan mahluk halus, ditangkap, disiksa
atau dikejar-kejar.
Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga banyak dimiliki oleh orang-orang yang melatih melihat
gaib dengan jalur ilmu kebatinan / spiritual, dengan tambahan mantra dan amalan melihat gaib.
Tetapi umumnya mereka itu masih dalam tahap pemula, yang kekuatan sukmanya belum cukup
tinggi, sehingga sedulur papatnya harus pergi keluar mendatangi objek yang ingin dilihat supaya
penglihatannya menjadi jelas. Sedangkan jika kekuatan sukmanya sudah tinggi umumnya orang-
orang itu melihat gaib secara batin. Dengan melihat secara batin itu orangnya dengan kebatinan dan
kekuatan sukmanya yang tinggi bisa "bermain" di alam roh, bukan sekedar melihat gaib saja. Pada
tingkatan yang sangat tinggi orang melihat gaib secara roh, tetapi hanya sedikit sekali orang yang
mampu melakukannya.
Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang bisa melihat gaib dengan mata ketiga, apalagi
yang terjadi secara alami. Kebanyakan orang melakukannya dengan melihat gaib secara batin,
termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib yang sering muncul di televisi. Sebenarnya
yang mereka lihat juga hanya sekelebatan bayangan saja awalnya, tidak sempurna, sehingga
pengetahuan mereka tentang alam gaib juga terbatas. Tetapi ada yang dengan mempertunjukkan
keilmuan gaibnya yang lain, menarik dan memasukkan mahluk halus ke dalam tubuh orang lain -
mediumisasi, mereka tampak seolah-olah benar mumpuni dalam hal melihat gaib (padahal apa dan
siapa yang masuk ke dalam orang yang dijadikan medium itu seringkali mereka sendiri tidak tahu,
tidak ngeh). Tetapi kemampuan mereka itu (pada sebagian saja dari mereka) sudah dilatih, sehingga
penglihatan mereka dapat lebih tajam dan lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan
saja.
Tetapi pada masa sekarang ini orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata
ketiga, yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cukup jelas, apalagi yang kemampuannya itu terjadi
dengan sendirinya tanpa orang itu pernah melatih kepekaan melihat gaib, kebanyakan sebenarnya
adalah orang-orang yang dirinya mengalami ketempatan sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya,
terutama di dalam kepalanya. Mengenai kasus dan fenomena ketempatan mahluk halus ini silakan
dibaca di : Pengaruh Gaib thd Manusia.
Pada orang-orang itu sosok gaib di kepalanya itu memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk
ilusi dan halusinasi. Ketika orangnya ingin melihat / menerawang jauh, karena kondisi kekuatan
sukma dan kebatinan orangnya masih lemah, tidak cukup kekuatannya untuk bisa melihat /
menerawang jauh, maka di luar sepengetahuannya sosok halus di dalam kepalanya itu memaksa
sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya supaya penglihatannya
menjadi jelas. Sesudah sedulur papatnya itu melihat objeknya, kemudian mereka "melapor" kepada
sosok halus yang di dalam kepala melalui jalur energi cakra mata ketiga. Sesudahnya barulah
kemudian si sosok halus di dalam kepalanya itu memberikan penglihatan gaibnya itu kepada
orangnya (pancernya), sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib. Tetapi apa saja isi penglihatan
gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di kepalanya itu, tidak
semuanya asli apa adanya.
Tetapi dengan ia merasa bisa melihat gaib itu tanpa disadarinya ia sudah "memperbudak" sedulur
papatnya sendiri dan meresikokan sedulur papatnya untuk bertemu / berhadapan dengan mahluk-
mahluk halus di alam gaib.
Di sisi lain ada juga orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam badannya. Pada orang-
orang ini sosok gaib di dalam badannya itu juga memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi
dan halusinasi. Tetapi ketika orangnya ingin melihat / menerawang jauh, biasanya sosok halus di
badannya itu tidak memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya,
sehingga penglihatan gaibnya tidak cukup jelas dibandingkan orang-orang yang ketempatan mahluk
halus di kepalanya. Tetapi kasusnya sama juga, apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah
"disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di badannya itu, tidak semuanya asli apa adanya.
Selain sesosok halus yang berdiam di dalam kepala / badan, ada juga orang-orang yang memiliki
khodam ilmu atau khodam pendamping. Khodam-khodam itu juga banyak yang sering memberikan
gambaran gaib kepada orangnya sehingga orangnya merasa bisa melihat gaib (merasa mengerti
gaib).
Pada orang-orang itu, yang merasa bisa melihat gaib karena dirinya menerima penglihatan gaib dari
sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, atau menerima penglihatan gaib dari khodam ilmu /
pendampingnya, yang sebenarnya bukan orangnya sendiri yang bisa melihat gaib, tetapi orangnya
merasa bisa melihat gaib karena orangnya menerima gambaran gaib yang mengalir di dalam
kepalanya dari khodamnya, kemampuan mereka melihat gaib itu oleh Penulis dikategorikan sebagai
melihat gaib dengan bantuan khodam.
Uraian lebih lanjut tentang melihat gaib dengan bantuan khodam ini dituliskan di bagian bawah
halaman ini.
2. Melihat secara batin.
Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga.
Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib dengan mengandalkan ketajaman / kepekaan rasa dan
batin (ketajaman indera keenam), ditambah kekuatan kebatinan dan spiritualitas orangnya.
Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan kesadaran kita, tetapi adalah kepekaan batin
kita yang mampu mendeteksi sesuatu yang gaib atau menginderai suasana gaib di sekitar kita.
Sedulur papat tidak bergerak keluar tubuh (kecuali disengaja supaya keluar dari tubuh), biasanya
cakra mata ketiganya juga belum terbuka.
Melihat gaib secara batin, pada tingkat dasar, kalau tidak kuat lama berfokus pada kepekaan batin,
seringkali gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk
mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau
ilham dari roh sedulur papatnya.
Kemampuan menginderai atau melihat secara batin ini biasanya terjadi pada orang-orang yang peka
/ tajam batinnya, atau pada orang-orang yang menekuni penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu
batin. Orang-orang yang menekuni laku kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat
dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut
mengerti kegaiban, tanggap rasa dan firasat dan peka sasmita. Kepekaan dan ketajaman batin
(indera keenam) mereka bersifat umum dalam segala bidang kehidupan, tidak semata-mata hanya
untuk bisa melihat gaib saja.
Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya digunakan untuk peka rasa terhadap suasana gaib
di sekitar mereka berada dan untuk berkomunikasi batin (kontak rasa dan batin) dengan para
mahluk gaib yang ada. Komunikasi dan interaksi dengan roh-roh lain (juga dengan roh sedulur
papatnya) dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra
mata ketiga. Untuk keperluan itu orangnya tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus
melihat gaib.
Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya dapat untuk mendeteksi keberadaan
sesosok mahluk gaib, tetapi juga peka untuk merasakan tanda-tanda alam beserta kegaiban di
dalamnya, peka rasa untuk menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang suatu kejadian yang
akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan firasat / ilham / wangsit tentang
suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin mereka itu juga dapat
untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan
sekedar untuk melihat gaib, kepekaan rasa yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi
kekuatan mereka untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.
Secara keseluruhan kemampuan mereka melihat gaib itu tergantung pada kepekaan rasa dan batin
mereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan menangkap sinyal gaib dari roh sedulur
papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan kekuatan sukmanya.
Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi
mata ketiga. Disitulah kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada adanya komunikasi antar roh
melalui cakra energi mata ketiga, dan tidak harus dilakukan dengan konsentrasi khusus.
Melihat gaib secara batin kuncinya adalah pada proses awalnya, yaitu kemampuan peka / kontak
rasa untuk mendapatkan gambaran awal penglihatan batin dari roh sedulur papatnya. Sesudah
mendapatkan gambaran awalnya barulah kita (pancer) fokus batin untuk mempertegas lagi
gambarannya. Untuk keperluan itu bisa dilakukan dengan mata terbuka maupun terpejam, yang
penting bisa hening peka rasa untuk menangkap informasi gambaran awal dari roh sedulur papat,
kemudian barulah ditindaklanjuti dengan pancernya fokus batin kepada sosok gaibnya untuk
menjadikannya gambaran penglihatan gaib yang utuh.
Biasanya, dengan mengedepankan kepekaan batin ini seseorang juga akan mendapatkan informasi
yang lain mengenai objeknya, misalnya apakah wataknya baik / jahat, apakah sifat keberadaannya
membahayakan, apakah tujuan keberadaannya baik, apakah ada pesan-pesannya, dsb. Karena itu
dalam melihat gaib secara batin interaksi batin dengan roh sedulur papat bersifat pokok.
Bila kepekaan batin kuat orang akan mudah untuk merasakan suasana gaib di lingkungannya berada,
mudah untuk menerima sinyal dari roh sedulur papatnya yang dapat berupa rasa firasat, ide / ilham,
tanda-tanda petunjuk, rasa / feeling / intuisi, dan penglihatan / gambaran-gambaran gaib.
Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya lemah, gambaran gaib
yang diterimanya hanya akan berupa sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, tidak jelas, dan untuk
mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit /
ilham. Tetapi bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya kuat dan
memiliki kemampuan yang baik untuk fokus dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya),
gambaran-gambaran gaib itu dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.
Untuk belajar kemampuan melihat gaib secara batin dapat dilakukan dengan latihan olah rasa dan
kebatinan seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul : Olah Rasa dan Kebatinan.
Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang oleh para pemula dianggap
tidak langsung, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, hanya sekelebatan saja,
tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan ataukah hanya halusinasi saja.
Yang umum dirasakan oleh orang-orang yang baru sekedar bisa peka rasa adalah tahapan awalnya
itu saja, yaitu ia menerima gambaran gaib dari sedulur papatnya, tapi tidak mampu menegaskannya
menjadi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja.
Kelemahan itu terjadi karena orangnya (pancernya) tidak bisa menindaklanjuti sinyal yang
diterimanya dari sedulur papatnya untuk dipertegas lagi menjadi gambaran yang utuh, tidak bisa
fokus batin untuk mempertegasnya menjadi informasi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib
yang tertangkap hanya sekelebatan saja. Dalam kondisi itu diartikan orang itu baru ada pada
tahapan peka rasa, belum bisa melihat gaib secara batin.
Kelemahan itu bisa diatasi dengan cara melatih olah rasa dan batin, berlatih untuk bisa bertahan
lama dengan kepekaan batin untuk menerima gambaran gaib sampai gambarannya utuh, kemudian
mempertegasnya dengan fokus batin kepada sosok gaibnya, sehingga kita bisa melihatnya secara
utuh. Sesudah bisa begitu barulah mulai bisa kita dikatakan bisa melihat gaib secara batin. Lebih baik
lagi kalau kita dapat berinteraksi langsung secara energi (kontak rasa dan energi) dengan sosok-
sosok gaib yang kita lihat, seperti dengan latihan olah rasa dan olah energi, sehingga kita dapat
memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat, tidak
mengawang-awang lagi, dan bukan berilusi.
Dengan kata lain, sesudah kita menerima gambaran gaib awal dari roh sudulur papat, sesudahnya
kita sebagai pancer mempertegas lagi penglihatannya sehingga keseluruhannya akan tampak secara
mendetail. Dengan demikian bukan hanya sedulur papatnya itu saja yang bisa melihat gaib, tapi
pancernya juga bisa melihat gaib.
Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan kontak energi, dengan latihan olah rasa
atau dengan cara-cara kebatinan lain yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu
sebelumnya pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan adanya sesuatu yang berbahaya, sebaiknya
jangan diteruskan. Lebih baik : sama-sama selamat.
Rahasia utama kemampuan melihat secara batin adalah pada kemampuan pancernya yang sudah
terasah dalam hal kegaiban, pancernya sudah aktif berfungsi sebagai roh, sehingga pancernya itu
bisa juga mendeteksi dan melihat gaib, tidak lagi berfungsi hanya secara biologis saja. Sedangkan
sedulur papatnya sifatnya hanya melengkapi saja apa yang dibutuhkan oleh pancernya, memberikan
tanda-tanda / firasat dan bisikan gaib jika ada sesuatu yang perlu diperhatikan, memberikan
gambaran awal dalam melihat gaib yang itu kemudian ditegaskan lagi seluruhnya oleh pancernya
dengan memfokuskan batin, sehingga informasinya dan penglihatan gaibnya menjadi utuh dan
mendetail, tidak setengah-setengah, tidak mengawang-awang, dan tidak sekelebatan lagi. Tetapi
pada para pemula, mereka baru sampai pada bisikan gaib dari sedulur papatnya saja, pancernya
sendiri belum aktif berfungsi sebagai roh, sehingga melihat gaibnya juga hanya gambaran gaib yang
diterimanya dari sedulur papatnya itu saja, hanya sekelebatan saja.
Pada orang-orang kebatinan jaman dulu mereka bisa "menyatukan" kegaiban batin dan kekuatan
sukma mereka dengan alam gaib. Mereka peka suasana gaib dan secara kebatinan bisa lebih
"masuk" lagi ke alam gaib untuk digunakan merasakan suasana gaib di lingkungan mereka berada
dan untuk "bermain" di alam gaib untuk mengendalikan kegaiban di sekitar mereka, untuk mengusir
/ menarik / menyerang / menundukkan atau untuk berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib
tertentu, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu
hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa saja, tidak mempunyai
kemampuan lain yang lebih dari itu, dan tidak mempunyai kemampuan untuk "bermain" di alam roh.
Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap
sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu sebenarnya hanyalah
dasar saja untuk ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi. Kelemahan ini bisa diatasi
dengan melatih ketahanan dan ketajaman fokus batin dan berinteraksi langsung secara energi
(kontak energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dalam latihan olah energi dan olah
rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya
yang kita lihat.
Dengan peka rasa seseorang bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya dan bisa semakin "masuk"
lebih dalam lagi ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan dengan kekuatan kebatinannya seseorang
bisa "bermain", bertarung, dan berkuasa di alam gaib. Sambil berkonsentrasi peka rasa tersebut,
seseorang juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu membaca amalan gaib, secara
kebatinan ia semakin "masuk" ke alam kegaiban, rohnya keluar dari tubuhnya, masuk ke alam roh,
merogoh sukma ..... (tetapi sebaiknya jangan dengan sengaja melakukan rogoh sukma tanpa adanya
pembimbingan dan pendampingan dari seorang guru yang benar menguasai keilmuannya).
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin,
weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb,
biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan
kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih
dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi
terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan
penghayatan kebatinan / spiritual dan semedi / tapa brata mereka.
Selain mumpuni dalam kanuragan dan kebatinan, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka
mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mengerti mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan
wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan
mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi
sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu mengamalkan
amalan gaib.
Melihat gaib secara roh adalah kemampuan tingkat lanjut dan tingkat tinggi dari melihat gaib secara
batin, sehingga dalam melihat gaib secara roh ini ada banyak kesamaan penerapannya dengan
melihat gaib secara batin, karena sebenarnya melihat gaib secara roh ini adalah kelanjutan / tingkat
lebih tinggi dari melihat gaib secara batin, yaitu pada tingkatan yang tinggi melihat gaib secara batin
ditingkatkan kualitasnya menjadi melihat gaib secara roh.
Tetapi tidak banyak orang yang bisa melakukannya. Kebanyakan sesudah orangnya kuat
kebatinannya mereka bukan melihat gaib secara roh, mereka lebih sering merogoh sukma keluar
dari raganya untuk melihat dan mendatangi objek di tempat yang jauh untuk langsung melakukan
suatu perbuatan gaib.
Melihat gaib secara roh juga mengandalkan ketajaman / kepekaan rasa dan batin (ketajaman indera
keenam), ditambah kekuatan kebatinan dan spiritualitas orangnya.
Cara melihat gaib ini disebut melihat gaib secara roh, karena seseorang yang mampu melihat gaib
dengan cara ini, yang melihat gaib adalah murni rohnya, yang tidak lagi terikat secara jasmani
dengan tubuh biologisnya, berbeda dengan melihat gaib dengan mata ketiga atau melihat secara
batin yang masih ada ikatan dengan biologis tubuhnya. Setelah bisa terbebas secara roh orang akan
lebih mudah untuk lebih lanjut meningkat menekuni keilmuan gaib kebatinan / spiritual yang lebih
tinggi lagi.
Bila kekuatan sukma seseorang (kesatuan roh pancer dan sedulur papat) sudah cukup kuat, maka
jika itu dimanfaatkan untuk masuk ke alam gaib roh pancer dan roh sedulur papat dapat saling
melindungi, dapat saling menjadi perisai yang saling melindungi dari gangguan dan serangan mahluk
halus dan dapat bersama-sama menyatukan kekuatan mereka untuk mengusir / bertarung melawan
mahluk halus tertentu tanpa orangnya harus bergerak secara fisik atau lebih dulu membaca amalan
gaib.
Dalam melihat gaib, sedulur papat yang keluar mendatangi objeknya hanya terjadi pada orang-orang
yang menerawang / melihat jauh dengan cakra mata ketiga.
Dengan melihat gaib secara batin atau melihat gaib secara roh sedulur papatnya tidak pergi keluar
(kecuali disengaja supaya keluar). Dengan cara-cara melihat gaib itu yang diandalkan terutama
adalah kepekaan batin dan kekuatan sukma dari kebatinan dan spiritual orangnya, sesuai
tingkatannya masing-masing.
Pada tingkat dasar, melihat secara roh sama dengan melihat secara batin. Tetapi pada tingkatan
yang tinggi, melihat secara roh dapat mirip dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yaitu
sedulur papatnya (bisa dan disengaja) bergerak keluar tubuh. Pada penguasaan tingkat lanjut, orang
juga bisa mengetrapkan ilmu medhar sukma dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga apa saja
yang dialami dan dilihat oleh sedulur papatnya itu, ia juga dapat mengetahuinya.
Pada tingkat dasar, melihat secara roh sama dengan melihat gaib secara batin. Kalau tidak kuat lama
berfokus pada kepekaan batin, seringkali yang kelihatan hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan
saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap banyak mengandalkan bisikan
wangsit / ilham.
Pada tingkatan yang tinggi melihat secara roh akan mirip dengan melihat gaib dengan cakra mata
ketiga, yaitu sedulur papatnya (bisa / disengaja) bergerak keluar tubuh. Tetapi ada perbedaannya,
yaitu melihat secara roh tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi
mata ketiga, tetapi dilakukan secara kontak rasa dan batin (menyatukan rasa dan batin). Disitulah
kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada cakra energi mata ketiga.
Dengan melihat secara roh, seseorang bisa melihat gaib dengan roh Pancer-nya saja, bisa juga
dengan ia menerima saja penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya, bisa juga kedua-duanya,
pancer dan sedulur papat sama-sama melihat gaib. Melihat secara roh memiliki peluang yang luas
untuk dikembangkan.
Dalam penyatuan rasa dan batin masing-masing roh dapat berinteraksi saling memberikan
penglihatan gaib, tetapi masing-masing roh dapat juga berdiri sendiri-sendiri dalam melihat gaib.
1. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya saja. Ketika
seseorang ingin melihat sesuatu secara langsung, atau ketika roh sedulur papatnya sedang pergi jauh
ke suatu tempat tertentu, seseorang tetap bisa melihat gaib dengan roh Pancernya di dalam tubuh
(melihat dengan sadar), tidak perlu menunggu adanya gambaran penglihatan ataupun komunikasi
dari roh sedulur papatnya.
2. Dengan melihat secara roh, seseorang juga dapat melihat gaib dengan cara menerima saja
penglihatan roh sedulur papatnya. Roh sedulur papat kita itu bisa pergi kemana saja yang kita
inginkan. Dalam penyatuan rasa dan batin, pancernya menerima penglihatan dari roh sedulur papat,
apa saja yang dilihat oleh para sedulur papat, kita (pancer) juga bisa melihatnya, apa yang dialami
oleh para sedulur papat, kita (pancer) juga bisa merasakannya. Komunikasi dengan roh sedulur
papat dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa (menyatukan rasa dan batin), bukan melalui
jalur komunikasi cakra mata ketiga, sehingga tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus
melihat gaib, bisa dilakukan sambil tetap sadar dan bekerja, bisa sambil menyetir mobil atau
aktivitas lainnya.
3. Dengan melihat secara roh, seseorang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya (kesadarannya)
sambil sekaligus menerima penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya seolah-olah roh sedulur
papatnya itu adalah pribadi-pribadi lain yang tidak terkait dengan dirinya. Masing-masing roh dapat
saling memberikan penglihatan gaib dan dapat saling berkomunikasi / bertukar pikiran seolah-olah
mereka adalah pribadi-pribadi yang berdiri sendiri-sendiri.
Pada tingkatan ini penerapan melihat secara roh akan sama dengan penerapan ilmu medhar sukma,
yaitu rohnya dapat dengan sengaja dipecah, sehingga roh sedulur papatnya dapat terpisah keluar
dari tubuhnya, terpisah dari Pancernya, dapat dipecah menjadi 2, menjadi 3 atau menjadi 4, dan
secara bersama-sama pancer dan para sedulur papat bisa menggabungkan penglihatan gaib mereka.
Saat seseorang yang menguasai ilmu merogoh sukma sejkaligus juga menguasai ilmu medhar sukma,
maka ketika keseluruhan rohnya merogoh sukma, keluar dari raganya, sukmanya itu dapat
dipecahnya menjadi 5 roh yang wujudnya mirip dan serupa, yaitu 1 roh pancer dan 4 roh sedulur
papat (roh pancer akan tampak lebih tebal dan jelas, sedangkan roh sedulur papat lebih tipis
transparan). Tetapi kebanyakan orang yang medhar sukma ketika sedang merogoh sukma,
sukmanya hanya bisa dipecahnya menjadi 2 roh, yaitu 1 roh pancer dan 1 kesatuan roh sedulur
papat.
Dengan demikian, dengan kombinasi penglihatan gaib di atas, seseorang dapat melihat banyak hal
sekaligus. Atau bila difokuskan pada satu objek tertentu, seseorang akan dapat melihat dari banyak
sisi dan akan memiliki pengetahuan lebih banyak, karena apa yang dilihatnya adalah penglihatannya
sendiri ditambah penglihatan-penglihatan dari para roh sedulur papatnya.
Masing-masing roh dapat berperan seolah-olah mereka adalah pribadi-pribadi yang berdiri sendiri-
sendiri, sehingga antara mereka masing-masing dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran, dan
masing-masing dapat saling menceritakan penglihatannya dan pemikirannya dari sudut pandang
dirinya masing-masing.
Bila penglihatan itu difokuskan pada satu objek yang sama, maka yang dilihatnya itu adalah
penglihatannya sendiri (pancer) ditambah dengan apa yang dilihat oleh para sedulur papatnya.
Pengetahuan yang didapatkan dari penglihatan itu adalah juga pengetahuan dari kesadarannya
sendiri ditambah pengetahuan dari para sedulur papatnya. Pada tingkatan ini bila penglihatan
gaibnya itu difokuskan pada satu objek yang sama, maka pengetahuan dan penglihatan yang
didapatkannya akan sama seperti pengetahuan dan penglihatan dari 5 orang yang berbeda terhadap
satu objek (penglihatan dari 1 roh pancer dan 4 roh sedulur papat).
Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan roh dan ketajaman penglihatan gaib masing-masing roh juga
dapat digabungkan / disatukan, sehingga kekuatan rohnya dan ketajamannya melihat gaib akan
menjadi berlipat-lipat, berguna sekali untuk menghadapi kekuatan gaib yang tinggi dan untuk
mempelajari kegaiban yang berdimensi tinggi.
Melihat secara roh ini akan menjadi penglihatan gaib spiritual dan akan mendatangkan pengetahuan
spiritual. Cakra yang bekerja adalah cakra di dada, ubun-ubun dan cakra mahkota. Bila kemampuan
ini ditekuni dan berhasil dikuasai akan bisa mengantarkan seseorang pada tingkatan spiritual yang
tidak terhingga dan bisa sampai pada pengetahuan gaib yang berdimensi luar biasa tinggi,
kemampuan-kemampuan yang akan sulit sekali dicapai oleh manusia yang umum, apalagi pada
jaman sekarang ini.
Pada tingkatan ini roh para sedulur papat dapat berperan sebagai pribadi-pribadi tersendiri yang
bisa diajak berpikir dan berkomunikasi, dan karenanya para sedulur papat itu sudah dapat berperan
sebagai Guru Sejati bagi seseorang yang akan mengajarkan dan memberitahukan banyak hal
kepadanya yang tidak akan diketahuinya jika ia sendirian saja yang kondisinya akan jauh lebih baik
dibandingkan sebelumnya yang para sedulur papat bersifat mendampingi saja seperti teman
seperjalanan. Komunikasi antara pancer (kesadaran) dengan roh sedulur papat terjadi secara kontak
batin, atau sebagai ilham yang mengalir di dalam pikiran, atau sama dengan komunikasi seseorang
dengan khodam pendampingnya atau sama dengan komunikasi seseorang dengan sesosok roh gaib
lain.
Cara melihat secara roh ini juga dapat digunakan dengan cara meminjam / melihat apa yang dilihat
oleh sukma orang lain. Misalnya kita ingin mengetahui apa yang ada di dalam rumah seseorang,
maka kita secara roh menyelaraskan frekuensi dengan sukma / roh orang si pemilik rumah, sehingga
apa yang diketahui oleh orang tersebut (sukmanya), kita juga dapat mengetahuinya (cara yang
serupa dengan ini biasanya dilakukan orang bukan dengan cara melihat secara roh, tetapi dengan
menerima pemberitahuan dari khodam ilmu / pendampingnya).
Rahasia kemampuan deteksi dan melihat gaib ada pada tingkat kepekaan batin (kesatuan kesadaran
(pancer) dan sedulur papat) untuk bisa mendeteksi dan melihat "sesuatu" yang gaib. Itulah juga
sebabnya orang-orang yang sudah meninggal, di alam roh sukmanya belum tentu langsung bisa
melihat mahluk halus lain, walaupun kondisinya sudah menjadi roh / arwah dan berada di alam roh
(beruntunglah dirinya bila ada saudara / leluhur yang mendatanginya, sehingga di alam roh ia tidak
merasa sendirian). Yang di alam roh sudah bisa melihat mahluk halus lain juga belum tentu bisa
melihat mahluk halus yang kesaktiannya atau dimensinya tinggi. Semuanya itu tergantung pada
kepekaan batinnya semasa hidupnya sebagai manusia.
Kemampuan melihat gaib tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang-orang yang telah
terbuka cakra mata ketiganya di dahi atau cakra di ubun-ubun kepala atau cakra mahkota, misalnya
yang dibuka dengan tenaga dalam / prana / kundalini. Dengan telah terbukanya cakra mata ketiga
dan cakra di ubun-ubun kepala akan mempermudah "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar
tubuh dengan sukma di dalam tubuh. Tetapi untuk bisa melihat gaib tidak cukup hanya dengan
membuka dan mengolah cakra-cakra tubuh, tetapi harus dilatih untuk kepekaan dan ketajaman rasa
/ batin dan keselarasan roh pancer dan sedulur papatnya.
Untuk bisa melihat gaib cakra-cakra itu harus dibuka untuk tujuan melihat gaib, bukan dengan cara
dan tujuan yang sama dengan yang untuk tujuan pengolahan energi. Karena itu banyak orang yang
menjadi kecewa yang setelah cakra-cakranya dibuka ternyata ia masih juga tidak bisa melihat gaib.
Untuk tujuan melihat gaib pembukaan cakra-cakra itu harus dengan sugesti menggerakkan sukma
(atau dengan cara memberikan khodam melihat gaib atau memasukkan khodamnya ke dalam kepala
/ badan yang nantinya kemampuannya melihat gaib akan sama dengan yang disebut melihat gaib
dengan bantuan khodam yang itu bukan sesuatu yang Penulis prefer).
Rahasia kemampuan mendeteksi dan melihat gaib bukan pada telah terbukanya cakra-cakra tubuh
dan tidak harus lebih dulu cakra-cakranya dibuka, tetapi ada pada tingkat kepekaan rasa dan batin.
Rahasia kemampuan melihat gaib ada pada tingkat kepekaan rasa dan batin dan keselarasan antara
kesadaran (pancer) dan para sedulur papat dan komunikasinya. Pergerakan para sedulur papat ini
tidak banyak diketahui orang, karena walaupun banyak orang bisa melihat gaib, tetapi jarang sekali
bisa melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada
kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa
dilihat orang (roh sedulur papat bahkan lebih sulit dilihat dibanding melihat bangsa Dewa yang para
mahluk haluspun belum tentu bisa melihatnya. Tetapi pada kasus orang-orang yang sedulur papat
terpisahnya ditawan oleh mahluk halus lain, mahluk halus lain itu mungkin tidak melihat sedulur
papatnya itu, tapi bisa merasakan keberadaan energinya).
Kekuatan batin / sukma dan kepekaan rasa menentukan tingkat dimensi gaib yang bisa dideteksi.
Semakin peka batinnya dan kuat sukmanya, semakin tinggi tingkatan dimensi gaib yang bisa
dideteksinya.
Melihat gaib dengan mata ketiga biasanya hanya dapat untuk melihat mahluk gaib tingkat rendah
saja dan yang jaraknya tidak jauh. Bila sukmanya dan energi cakra mata ketiganya kurang kuat, maka
bila digunakan untuk melihat jauh, yang dilihatnya hanya samar-samar saja, atau malah blank tidak
tampak apa-apa. Karena itulah sedulur papatnya terpaksa harus keluar dari tubuh untuk mendekati
objek yang ingin dilihat.
Pada tingkatan dasar melihat secara batin dapat digunakan untuk mendeteksi tingkatan dimensi gaib
rendah sampai menengah. Tetapi bila kepekaan batin dan kekuatan sukmanya sudah tinggi akan
dapat juga ia mendeteksi tingkatan gaib berdimensi tinggi dan kekuatan sukmanya dapat digunakan
untuk menundukkan mahluk gaib kelas atas.
Melihat secara roh bisa untuk mengetahui keberadaan mahluk halus tingkat rendah sampai yang
berdimensi tinggi, juga bisa untuk mempelajari pengetahuan gaib berdimensi tinggi. Pengetahuan
gaib yang didapatkan itu bukan hanya tentang kegaiban biasa, tetapi juga mengarah pada kegaiban
dunia spiritual dan ketuhanan.
Pada masa sekarang ini banyak orang yang ingin bisa melihat gaib, ingin bisa melihat gaib dengan
mata ketiga saja yang dianggapnya bisa mudah melihat gaib dan penglihatan gaibnya jelas, dan
menganggap melihat gaib secara batin bersifat mengawang-awang, tidak handal, tidak meyakinkan
dan tidak bisa dibanggakan. Tetapi yang tidak disadari oleh umum adalah bahwa kelemahan melihat
secara batin itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa saja untuk
melihat gaib, yang tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu, karena tujuan mereka
hanyalah ingin bisa melihat gaib saja.
Pada orang-orang yang menekuni dunia kebatinan dan spiritual, peka rasa dan kemampuan melihat
secara batin adalah (hanyalah) kemampuan dasar saja yang menjadi modal utama untuk
mempelajari kemampuan kebatinan dan spiritual yang lebih tinggi lagi yang akan mengantarkan
seseorang menjadi linuwih dan waskita. Kemampuan peka rasa dan melihat secara batin gunanya
bukan semata-mata untuk hanya bisa melihat gaib, tetapi bersifat umum untuk kepekaan kegaiban
dalam segala bidang kehidupan.
Orang-orang yang mampu melihat gaib secara roh kebanyakan adalah orang-orang yang sudah
mampu "melihat" secara batin untuk mengetahui dimensi gaib tingkat tinggi, terutama adalah
orang-orang yang menekuni dunia spiritual ketuhanan. Dengan demikian kemampuan melihat gaib
secara roh bukanlah suatu jenis keilmuan khusus yang bisa dipelajari tersendiri untuk kemudian
diturunkan ilmunya, tetapi merupakan pengembangan / peningkatan kualitas dari kemampuan
melihat secara batin untuk orangnya bisa lebih dalam lagi masuk ke dalam dunia kegaiban.
Kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga kita
dapat mendeteksi keberadaan sesuatu yang gaib dan bisa juga terbayang sosoknya seperti apa.
Kalau kita bisa fokus kuat dan lama pada kepekaan rasa, maka gambaran yang kita terima juga akan
jelas. Dengan cara ini kita sudah menjalin komunikasi dengan sukma kita, sehingga pemberitahuan
dari mereka berupa ide / ilham dan gambaran gaib bisa kita terima dengan baik sinyalnya di dalam
pikiran kita dan kemampuan ini akan sama dengan melihat secara batin.
Bila kemampuan melihat secara batin dan roh digunakan untuk menerawang tempat atau objek
yang jauh, biasanya cakra di ubun-ubun kepala dan cakra mahkota energinya akan menguat, akan
terbentuk dan terbuka sedikit demi sedikit. Bila terlalu dipaksakan maka akan cepat lelah pikirannya.
Tetapi bila sudah terbiasa, maka energi cakra di kepalanya akan kuat dan akan mampu juga melihat
dimensi gaib tingkat tinggi. Selain itu, sukmanya juga akan meningkat kekuatannya dan memiliki
kekuatan batin / roh yang tajam yang bisa digunakan melalui desakan nafas, sorot mata atau
langsung dengan kekuatan pikiran untuk menyerang / mengusir / menangkap mahluk halus atau
untuk menembus tabir-tabir kegaiban.
Catatan:
Prinsip dasar melihat gaib adalah kepekaan batin dan rasa untuk menangkap sinyal berupa
gambaran gaib yang dikirimkan oleh sukma / roh kita dalam bentuk ilham / bayangan penglihatan
yang mengalir di pikiran kita. Dalam hal ini konsentrasinya ada pada fokus rasa batin, bukan pikiran.
Kalau setelah kita menerima gambaran gaib itu kemudian kita memperjelas gambarannya dengan
berpikir, biasanya kemudian gambaran gaib itu akan hilang. Karena itu tetaplah fokus pada batin,
bukan pikiran. Biarkan gambaran gaibnya terus mengalir terbayang dalam pikiran kita sampai
lengkap detailnya dan kita usahakan bisa lama berkonsentrasi batin seperti itu, jangan terus beralih
menggunakan pikiran (istirahatkan pikiran, batin yang bekerja). Dalam hal ini kita tidak
mengedepankan nalar / pikiran, tetapi penerimaan batin, sesudah itu barulah dinalar dengan
pikiran.
Sebagai penjelasan, manusia terdiri dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh.
Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur Papat
mendampingi Pancer, karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka tidak sungguh-
sungguh menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia meninggal dan roh-rohnya menyatu
menjadi arwah).
Dalam kehidupan sehari-hari roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu menentukan ada
tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu menentukan berfungsinya bagian-
bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan otak / pikiran manusia, dan menghidupkan saraf-
saraf motorik sehingga manusia bisa berjalan. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia.
Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika, merencanakan
kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia, dsb, semuanya adalah biologis
manusia. Dalam hal ini Roh Pancer manusia hadir, bertindak dan berkesadaran sebagai mahluk
biologis.
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang dominan berperan dalam
sehari-harinya manusia adalah Roh Pancer.
Roh Sedulur Papat keberadaannya bersifat mendampingi Pancer dan membantu membentuk
kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham, bisikan hati /
nurani dan mimpi).
Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat tidak
menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan pikiran manusia,
tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan
dalam bentuk rasa dan firasat (dan mimpi), gambaran-gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang
mengalir di dalam pikiran manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita sok berlogika, atau tidak peduli situasi,
mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, atau lebih mengutamakan dogma dan doktrin,
pemikiran sendiri, pendapat sendiri dan ke-Aku-an. Itulah sebabnya kita tidak akrab dengan rasa dan
firasat. Tetapi bila kita mau peka dan memperhatikan rasa dan firasat, ide-ide dan ilham, maka kita
akan memiliki naluri dan insting yang tajam. Dengan cara demikian kita sudah mengakrabkan diri
dengan para Sedulur Papat dan sudah memperhatikan komunikasi yang mereka lakukan.
Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok berlogika,
menonjolkan kepintarannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-an dan dogma / doktrin,
atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, maka ia lebih
mengedepankan aspek biologisnya, aspek manusia keduniawiannya, sehingga ia tidak peka terhadap
sesuatu yang bersifat roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu menjaga peka batin,
memperhatikan rasa dan firasat, ia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang
kegaiban alam, karena ia kental berhubungan dengan rohnya.
Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga sebenarnya kita juga dapat
mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi sehari-harinya roh Pancer ini terbelenggu dalam
kehidupan biologis manusia, banyak memunculkan ego dan keAkuan, sehingga manusia tidak peka
dengan hal-hal yang bersifat roh, apalagi atas hal-hal yang bersifat ke-Allah-an. Karena itu seringkali
seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu
keduniawiannya (bukan meninggalkan keduniawiannya, tetapi melepaskan belenggu keduniawian)
untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.
Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat (peduli / memperhatikan), karena sifat keberadaan
mereka mendampingi kita sebagai Pancer, maka mungkin kita juga akan bisa peka rasa mengenai
keberadaan roh-roh lain dan dapat peka rasa mengenai sesuatu kejadian sebelum kejadiannya
terjadi (weruh sakdurunge winarah) melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya.
Pemberitahuan / peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang,
rasa, firasat, mimpi, wangsit / penglihatan / bisikan gaib, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan
kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan
untuk bisa mengetahui maksud dan artinya.
Dengan menerapkan ilmu ini keseluruhan sukma / roh kita dapat pergi keluar dari raga kita. Jadi
secara sadar kita bisa keluar dari badan kita untuk pergi ke tempat lain yang kita ingin datangi.
Secara umum, ketika kita merogoh sukma, yang keluar dari tubuh adalah roh pancer kita, sedangkan
roh sedulur papat kita tetap tinggal di dalam tubuh kita. Badan yang kita tinggalkan (bersama roh
sedulur papat di dalamnya) akan tampak seperti badan orang yang sedang tidur atau seperti mati
suri. Keseluruhan roh pancer dan sedulur papat dapat keluar dari tubuh jika kita menguasai ilmu
merogoh sukma sekaligus juga menguasai ilmu medhar sukma.
Secara umum ada 2 macam kondisi merogoh sukma :
Dengan ilmu merogoh sukma ini kita (pancer) bisa pergi mendatangi tempat lain yang jauh di dunia
manusia.
Badan kita ada di rumah, sedangkan kita (pancer) pergi jauh ke tempat lain.
2. Rohnya keluar dari tubuhnya untuk rohnya berjalan-jalan di dunia mahluk halus.
Dengan ilmu merogoh sukma ini kita (pancer) bisa berjalan-jalan di dunia mahluk halus, melihat
dunia gaib beserta sosok-sosok halus penghuninya, untuk bertemu dengan sesosok halus tertentu,
atau di dunia mahluk halus kita bertarung melawan mahluk halus lain.
Dengan ilmu merogoh sukma ini badan kita ada di rumah tetapi kita sebagai pancer bisa pergi
mendatangi tempat lain yang jauh atau berjalan-jalan di dunia mahluk halus melihat dunia gaib
beserta sosok-sosok halus penghuninya, untuk bertemu dengan sesosok halus tertentu, atau di
dunia mahluk halus kita bertarung secara roh melawan mahluk halus lain. Dan badan yang kita
tinggalkan akan tampak seperti badan orang yang sedang tidur atau seperti mati suri.
Kelemahan ilmu ini adalah kita tidak boleh berlama-lama keluar dari badan kita. Roh manusia atau
sukma adalah penentu adanya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Jangan sampai karena roh
kita kelamaan keluar dari raga kita, maka energi kehidupan di dalam raga kita menjadi mati.
Kelemahan lainnya adalah pada saat kita merogoh sukma, badan kita tidak boleh disentuh atau
dikagetkan atau dibangunkan oleh orang lain yang tidak tahu kalau kita sedang merogoh sukma. Bila
hal itu terjadi, maka mungkin kemudian penyatuan sukma kita dengan badan kita tidak sempurna
(bisa lemah tubuhnya, atau lemah ingatannya atau terganggu jiwanya).
Karena itu, seringkali orang yang akan menjalankan ilmu ini akan mengunci diri di dalam kamar
tertutup, atau menyepi di goa / tempat yang sepi tidak berpenghuni, supaya tidak ada yang
mengganggu. Dan di alam gaib, sukmanya tidak boleh sampai ditahan atau ditangkap oleh sosok gaib
lain untuk waktu yang lama. Jika itu terjadi, maka sukmanya tidak dapat kembali lagi menyatu
dengan raganya, karena raganya itu sudah mati.
Roh / Sukma adalah penentu adanya energi kehidupan di tubuh manusia. Seseorang yang sedang
merogoh sukma tidak boleh terlalu lama rohnya keluar dari tubuhnya, jangan sampai ketika ia
kembali ternyata tubuhnya telah mati (karena energi kehidupannya telah mati).
Jadi kalau seseorang keasyikan berada di alam roh atau rohnya ada yang menahan sehingga ia tidak
dapat segera kembali ke tubuhnya, terlalu lama rohnya berada di luar tubuhnya, mungkin ia tidak
akan bisa kembali lagi ke tubuhnya, karena bisa jadi energi kehidupan di tubuhnya itu telah mati.
Resiko merogoh sukma semakin tinggi jika disadari bahwa hitungan waktu di alam gaib tidak sama
dengan hitungan waktu di alam manusia. Seberapa lama tubuh manusia mampu bertahan tetap
hidup tanpa roh di dalamnya, dan tanpa makan dan minum ? Sehari ? Seminggu ? Sebulan
? Untuk pemahamannya silakan dibaca tulisan berjudul Sukma di Alam Roh.
Pada saat seseorang merogoh sukma ada garis sinar putih keperakan yang menghubungkan pusar
tubuhnya dengan pusar di tubuh rohnya. Kekuatan sukma si manusia menentukan tebal tipisnya
garis sinar perak itu. Semakin lama rohnya berada di luar tubuhnya, sinar keperakan itu akan
semakin memudar. Ketika sinar itu sudah semakin memudar / menipis, itulah tanda bahwa roh
orang itu harus secepatnya kembali ke tubuhnya. Kalau kemudian sinar itu sirna / hilang, maka
putuslah hubungan kehidupan rohnya dengan tubuhnya.
Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata
biasanya memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan
keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Banyak di antara mereka yang memiliki kegaiban
tinggi dan menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma
yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian,
sehingga berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan minum berhari-hari bukanlah beban berat
bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, melolos sukma,
bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama
raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dulu mengalami kematian.
Ketika sedang merogoh sukma mereka bisa melakukannya selama berhari-hari, berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan, karena kuatnya kebatinan dan sukmanya. Biasanya itu mereka lakukan
sambil bersemedi dan bertapa brata.
Pada orang-orang tersebut, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib,
terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak
terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri
mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-
ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari
kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan tapa
brata mereka.
Selain mumpuni dalam hal kesaktian kanuragan dan kebatinan, kegaiban sukma mereka juga
menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi,
dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka
menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus
tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu
amalan gaib.
Pada jaman sekarang kebanyakan kemampuan merogoh sukma ini didapatkan dengan cara
mengamalkan mantra / amalan ilmu gaib dan ilmu khodam. Seringkali penggunaan ilmu merogoh
sukma itu di dalam amalan / mantranya dikhususkan hanya untuk tujuan tertentu saja, tidak bisa
digunakan untuk tujuan lain yang tidak disebutkan di dalam mantranya. Misalnya isi sugesti merogoh
sukma di dalam mantranya hanya untuk melihat suatu lokasi tertentu di alam manusia saja, atau
hanya untuk berjalan-jalan di alam gaib saja (tidak untuk melihat sosok-sosok gaib), atau
dikhususkan hanya untuk melihat / bertemu dengan sesosok halus tertentu saja (tidak untuk melihat
sosok-sosok halus yang lain dan tidak untuk melihat lokasi yang lain). Dengan demikian
penggunaannya menjadi terbatas karena mengikuti isi sugesti dari amalan gaibnya.
Selain adanya keterbatasan pada penggunaannya seperti disebutkan di atas, para pelaku merogoh
sukma, dalam kondisinya ketika tidak sedang merogoh sukma belum tentu orang itu dapat melihat
gaib, karena kemampuannya melihat gaib hanya bisa dilakukannya ketika ia sedang merogoh sukma,
itu pun hanya untuk tujuan tertentu saja sesuai isi mantranya. Bisa terjadi begitu karena orang itu
secara sadar (ketika tidak sedang merogoh sukma) belum bisa membebaskan rohnya dari belenggu
biologisnya, rohnya di dalam tubuhnya belum bisa berinteraksi dengan dunia roh.
Tetapi pada masa sekarang ini kebanyakan orang yang dikatakan bisa merogoh sukma (atau
orangnya merasa bisa merogoh sukma) itu hanya berilusi saja, hanya halusinasi saja sebagai akibat
dari dirinya ketempatan mahluk halus, tidak sungguh-sungguh rohnya keluar dari tubuhnya dan ia
merogoh sukma.
3. Ilmu Medhar Sukma ( ilmu untuk memecah sukma ).
Ilmu ini lebih tinggi dari Ilmu Merogoh Sukma. Dengan ilmu ini kita bisa dengan sengaja memecah
sukma kita. Kesadaran kita adalah pancer, sedangkan sukma kita yang lain disebut sedulur kita.
Sedulur kita inilah yang kita pecah, sehingga bisa terpisah dari pancer kita, bisa dipecah menjadi 2,
menjadi 3 atau menjadi 4. Sedulur kita itu bisa pergi kemana saja yang kita inginkan. Apa yang
dilihatnya kita juga bisa melihatnya, apa yang dialaminya kita juga bisa merasakannya.
Ilmu ini diterapkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada ilmu merogoh sukma, yaitu supaya
kita bisa mengontrol kegaiban, bisa melakukan perbuatan-perbuatan gaib di alam gaib atau di
tempat lain di dunia manusia tanpa kita harus khusus keluar tubuh merogoh sukma. Kita bisa
mengamalkan ilmu ini kapan saja sambil kita tetap sadar dan bekerja, menyetir mobil atau sambil
melakukan aktivitas lain, tidak lagi harus melakukannya dengan konsentrasi khusus, tidak perlu lagi
mengunci diri di dalam kamar dan tidak masalah berapa lama sukma kita terpecah berada di luar
tubuh kita. Apa yang dilihat oleh para sedulur papat, kita juga bisa melihatnya, apa yang dialaminya
kita juga bisa merasakannya, tetapi aturannya sama, di alam gaib sukma kita tidak boleh sampai
ditahan atau ditangkap oleh gaib lain.
Bila seseorang menguasai ilmu merogoh sukma dan sekaligus juga ilmu medhar sukma, maka ketika
ia merogoh sukma, keluar dari raganya, sukmanya itu dapat dipecah menjadi 5 roh yang wujudnya
mirip dan serupa, yaitu 1 roh pancer dan 4 roh sedulur papat (roh pancer akan tampak lebih tebal
dan jelas, sedangkan roh sedulur papat lebih tipis transparan). Tetapi kebanyakan orang yang
memecah sukmanya ketika merogoh sukma, sukmanya hanya bisa dipecah menjadi 2 roh, yaitu 1
roh pancer dan 1 kesatuan roh sedulur papat.
Ilmu medhar sukma ini dapat juga digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk memerintahkan
sedulur papatnya masuk merasuk ke dalam diri seseorang untuk mempengaruhi pikirannya, untuk
menyampaikan suatu berita / perintah kepada seseorang atau untuk berkomunikasi dengan orang
lain (bisa juga diperintahkan untuk memberikan mimpi atau menampakkan diri di hadapan
seseorang).
Ketika sedulur papat sudah medhar, sedulur papatnya itu dapat berfungsi dan dapat difungsikan
sama seperti khodam pendamping yang umum. Tatacara penggunaannya juga sama, hanya
diperlukan sugesti saja kepada sedulur papatnya itu, tidak perlu amalan khusus.
Kemampuan medhar sukma dapat juga terjadi secara alami , yaitu pada orang-orang yang sukmanya
sudah memiliki kekuatan gaib yang tinggi, biasanya sesudah sedulur papatnya berkekuatan gaib di
atas 20 kalinya kekuatan gaib Ibu Ratu Kidul. Pada orang-orang itu sedulur papatnya sendiri yang
berinisiatif medhar, karena sedulur papatnya itu merasa sudah kuat, merasa sudah bisa menjadi
khodam penjaganya dan bisa setiap saat keluar dari tubuh untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan (dalam hal ini hendaknya dipahami bahwa kekuatan gaib di bawah 20 kalinya kekuatan
gaib Ibu Ratu Kidul secara kebatinan kekuatan gaib setingkat itu dianggap masih rendah).
Pada kasus di atas, pada medhar sukma yang terjadi secara alami, biasanya yang medhar hanyalah
separoh saja dari roh sedulurnya. Jika sedulurnya hanya 2, maka yang medhar hanya 1. Jika
sedulurnya ada 4, maka yang medhar hanya 2. Sedangkan sedulur yang separohnya lagi masih
tinggal bersama pancernya di dalam tubuh untuk menerima pemberitahuan gaib dari sedulur yang
medhar itu dan menyampaikannya kepada pancernya.
Tetapi pada kasus medhar sukma yang alami itu, sedulur papatnya hanya keluar sebentar-sebentar
saja, tidak lama, hanya dalam kondisi tertentu yang diperlukan saja. Sedulur papatnya belum
sungguh-sungguh aktif memedharkan diri. Sedulur papat hanya akan aktif medhar jika orangnya
(pancernya) aktif menjalani kebatinan dan spiritual tingkat tinggi dan berdimensi tinggi. Dalam
kondisi itu aktifnya sedulur papatnya adalah karena tersugesti oleh laku kebatinan dan spiritual
pancernya, sedulur papatnya akan aktif mencarikan inspirasi dan pengetahuan gaib berdimensi
tinggi dan memberitahukannya kepada pancernya berupa ide / ilham dan penglihatan gaib, sehingga
pancernya juga menjadi tahu. Dalam kondisi ini pancernya sudah bisa menjadikan sedulur papatnya
itu sebagai Guru Sejati-nya yang mengajarkan segala sesuatu pengetahuan kepadanya, yang
memberikan banyak pengetahuan, penglihatan dan inspirasi untuk ditindaklanjuti.
Kebanyakan orang jaman sekarang yang menguasai ilmu medhar sukma tidak berasal dari kekuatan
kebatinan / spiritualnya, tetapi dari penerapan ilmu gaib atau menekuni ilmu-ilmu khusus kebatinan.
Pada jaman sekarang ilmu-ilmu olah sukma di atas tidak harus dipelajari dengan menjalani olah
kebatinan terlebih dahulu. Seseorang yang sudah dapat merogoh sukma juga tidak berarti dia sudah
menguasai perihal ilmu kebatinan yang lain, karena mungkin ilmu merogoh sukma itu saja yang dia
bisa, sedangkan ilmu kebatinan yang lain tidak ditekuninya. Bisa terjadi demikian karena ilmu
merogoh sukma atau ilmu-ilmu sukma yang lain bisa juga didapat tanpa melalui tahapan olah
kebatinan, tetapi melalui keilmuan aliran Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam yang dalam keilmuannya
mempelajari secara khusus satu per satu ilmu-ilmu tersebut.
Tetapi bagi orang-orang yang sukmanya belum kuat, tubuhnya akan menjadi lemah dan mudah sakit
bila sukmanya itu terpecah atau terpisah. Biasanya ini terjadi pada orang-orang yang secara khusus
mempelajari ilmu merogoh sukma atau medhar sukma bukan dengan jalan kebatinan / spiritual,
tetapi dengan amalan ilmu gaib / khodam. Karena sukmanya sendiri belum cukup kuat, maka
resikonya besar di alam gaib sukmanya itu dapat ditahan / ditangkap oleh mahluk halus lain,
walaupun mahluk halus yang menangkapnya hanya setingkatan gondoruwo saja.
Kebanyakan orang belum dapat menggunakan ilmu medhar sukma untuk melihat gaib seperti
contoh melihat gaib secara roh di atas. Kebanyakan orang menguasai ilmu medhar sukma hanya
pada tingkatan dasar saja, yaitu hanya untuk memerintah roh sedulur papatnya keluar dari tubuh,
untuk melakukan suatu perbuatan tertentu seperti untuk menyerang / mengusir suatu sosok mahluk
halus, atau untuk diperintah mengambilkan suatu benda pusaka dari alam gaib (roh sedulur
papatnya diperlakukan seperti khodam ilmu).
Penggunaan ilmu medhar sukma untuk melihat gaib (melihat gaib secara roh) adalah suatu
kemampuan khusus tingkat tinggi yang tidak semua orang yang menguasai ilmu medhar sukma
dapat melakukannya.
Jika seseorang belum bisa menyelaraskan kepekaan rasa dan penglihatan gaibnya dengan para
sedulur papatnya, maka orang itu belum bisa mendayagunakan medhar-nya sukmanya untuk
kemampuan melihat secara roh, hanya sedulur papatnya saja yang medhar untuk menjadi khodam
penjaganya atau untuk diperintah melakukan suatu perbuatan tertentu. Dalam arti, sedulur
papatnya itu memang sudah bisa medhar, baik medhar sendiri ataupun dengan amalan ilmu, hanya
medhar saja, tapi bukan ilmu medhar sukma.
Jadi, baik medhar sendiri ataupun dengan amalan ilmu, untuk bisa sampai pada ilmu medhar sukma
yang sesungguhnya seseorang harus bisa menyelaraskan kepekaan rasa dan penglihatan gaibnya
dengan para sedulur papatnya, supaya orang itu bisa mendayagunakan medhar-nya sukmanya untuk
kemampuan melihat secara roh. Itulah hakekat dari ilmu medhar sukma, yang bukan sekedar bisa
medhar, bukan sekedar bisa memerintahkan sedulur papatnya keluar dari tubuhnya.
Ada ilmu lain atau kejadian yang mirip dengan kejadian pada ilmu medhar sukma. Misalnya ada
beberapa orang yang bersaksi telah melihat si A ada di suatu tempat atau ada di beberapa tempat
sekaligus pada saat yang bersamaan. Mungkin saja ini adalah penerapan dari ilmu medhar sukma,
tapi bisa juga itu adalah penampakkan gaib dari khodam ilmu seseorang, atau bisa juga itu adalah
penampakan dari mahluk jadi-jadian. Kebanyakan kasus seperti itu adalah penampakan gaib dari
khodam ilmu seseorang, tetapi kebenaran kejadian itu tidak bisa dipastikan, karena orang yang
bersaksi itu juga tidak dapat memastikan apakah yang dilihatnya itu benar si A ataukah itu suatu
bentuk penampakkan gaib.
-------------
Pada masa sekarang banyak orang yang ingin bisa melihat gaib, sehingga mereka juga rela
mengeluarkan sejumlah rupiah untuk bisa instan melihat gaib (walaupun akhirnya banyak juga yang
tetap tidak bisa melihat gaib walaupun sudah banyak mengeluarkan rupiah).
Pengertian melihat gaib dengan mata ketiga di atas, yang pada masa sekarang banyak orang
menyebutnya sebagai penglihatan mata ketiga, atau ilmu batin, atau ilmu mata batin, yang
dikatakan orang bisa melihat gaib dengan menggunakan cakra mata ketiga, adalah pengertian orang
pada masa sekarang yang berorientasi hanya ingin bisa melihat gaib saja, yang menganggap
kemampuan melihat gaib adalah sesuatu yang sangat istimewa, bahkan dikultuskan dan dikatakan
sebagai kemampuan gaib tingkat tinggi, yang sudah membuat banyak orang ingin bisa melihat gaib
dengan cakra mata ketiga yang berada di dahi di antara 2 alis mata, yang umumnya pengertian itu
berkembang di kalangan ilmu gaib dan ilmu khodam.
Pengertian itu tidak sejalan dengan pengertian di dunia keilmuan kebatinan dan spiritual karena
umumnya cara itu sulit dikembangkan untuk bisa melihat / mendeteksi kegaiban tingkat tinggi, sulit
untuk bisa digunakan melihat dewa dan buto, apalagi untuk bertarung berkelahi (kontak energi)
melawan mahluk halus tingkat tinggi sekelas dewa dan buto. Cara itu juga tidak mendatangkan
pengetahuan gaib yang berdimensi tinggi, seperti pengetahuan tentang dewa dan wahyu dewa atau
tentang rahasia kegaiban hidup lainnya yang mengantarkan orang menjadi waskita, sehingga untuk
dipandang mumpuni orang akan banyak memunculkan dogma dan pengkultusan yang seringkali
tidak sejalan dengan kondisi kegaiban aslinya tetapi dogma dan pengkultusan itu harus dipercaya
sebagai benar.
Di dunia kebatinan dan spiritual, semua kemampuan melihat gaib di atas, terutama melihat secara
batin dan melihat secara roh, adalah apa yang disebut sebagai penglihatan mata ketiga , artinya
orangnya mempunyai kemampuan untuk melihat sesuatu dengan selain mata wadagnya, yang
kemampuan itu akan mendatangkan pengetahuan tersendiri, kebijaksanaan tersendiri,
mendatangkan kebijaksanaan spiritual tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, yang akan
mengantarkan seseorang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan dalam dirinya, peka sasmita,
menjadi linuwih dan waskita.
Begitu juga dengan indera keenam. Yang dimaksud indera keenam adalah kepekaan seseorang
untuk menginderai sesuatu yang tidak kelihatan mata, dan itu tidak harus orangnya bisa melihat
gaib, karena pengertian indera keenam itu terutama adalah kemampuan peka rasa seseorang untuk
bisa mendeteksi dan memahami sesuatu yang tidak tampak mata wadagnya, yang tidak dapat
diinderai dengan panca inderanya. Kepekaan indera keenam banyak terasah pada orang-orang yang
selalu menjaga kepekaan batinnya, yang selalu menjaga untuk selalu bisa peka rasa dan tanggap
firasat, mengerti kegaiban, bukannya bisa melihat gaib tapi tidak tanggap sasmita.
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin,
weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb,
biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban mereka, merupakan
kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang
linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari,
tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual, laku
prihatin, semedi dan tapa brata mereka.
Ada pembaca yang bertanya tentang apa tandanya seseorang sudah bisa melihat gaib secara roh,
yang berbeda dengan melihat gaib secara batin.
Biasanya orang tidak membeda-bedakan cara-cara melihat gaib, karena tujuannya adalah hanya
untuk bisa melihat gaib saja, terserah bagaimana caranya. Pembedaan istilah melihat gaib dengan
mata ketiga, melihat gaib secara batin dan melihat gaib secara roh dilakukan oleh Penulis supaya jika
kita bisa membedakannya dan tahu cara kerjanya, maka masing-masing kemampuan itu bisa
ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi.
Melihat secara roh adalah kemampuan tingkat lanjut dari melihat secara batin, sehingga di dalamnya
ada banyak hal yang mirip yang membuat sulit untuk membedakan melihat secara roh dengan
melihat secara batin. Yang utama membedakannya adalah tingkat kemampuannya.
Melihat secara roh biasanya terkait dengan kemampuan lain seperti merogoh sukma atau medhar
sukma, atau kemampuan lain secara roh, sehingga penekanannya adalah mendayagunakan
kemampuan roh/ sukma, bukan batin lagi.
Selain 3 cara utama melihat gaib yang sudah diuraikan di atas, masih ada satu cara lagi dalam
melihat gaib, yaitu melihat gaib dengan bantuan khodam. Cara inilah yang umumnya berkembang di
kalangan keilmuan jaman sekarang.
Dengan cara ini bisanya orang melihat gaib adalah dengan orangnya menerima penglihatan gaib,
yaitu bukan orangnya bisa melihat gaib, tetapi ia menerima suatu gambaran gaib di dalam
pikirannya dari sesosok gaib tertentu tentang sosok-sosok gaib, atau tentang suatu objek di suatu
tempat, atau tentang suatu kejadian pada masa lalu atau masa depan, atau hal-hal gaib lainnya.
Cara melihat gaib ini banyak dilakukan oleh peramal-peramal dan spiritualis / paranormal dalam
meramalkan suatu kejadian, atau untuk melihat sesuatu yang gaib atau untuk melihat suatu objek di
tempat yang jauh, karena dengan cara ini mereka dapat melihat sesuatu kejadian atau sesuatu yang
gaib dengan cukup jelas di dalam pikiran mereka (orang Jawa sering menyebut ini sebagai kaweruh /
wangsit / wahyu).
Kemampuan ini seringkali didapatkan sejak seseorang masih kecil, sehingga sering disebut "bakat
bawaan lahir". Kondisi ini mirip seperti seseorang yang ketempatan gaib, yang tanpa pernah belajar
sebelumnya tetapi kemudian ia bisa mengobati orang atau bisa meramal.
Melihat gaib cara ini banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki khodam ilmu / pendamping,
orang-orang yang di dalam tubuhnya ketempatan mahluk halus, dan orang-orang yang
mengamalkan ilmu gaib / mantra untuk melihat gaib. Penglihatan gaibnya itu diterima seseorang di
dalam pikirannya dari khodam ilmunya, khodam pendamping, atau sosok gaib lain yang
membantunya.
Sesosok gaib yang menjadi khodam bagi seseorang, selain yang dengan sengaja didatangkan atau
yang diberikan oleh orang lain, ada banyak yang datang sendiri kepada seseorang, baik yang masih
awam ataupun yang tekun rajin berzikir / wirid, atau yang sedang ngelmu gaib, dan kemudian
menjadi khodamnya.
Selain yang datang untuk menjadi khodam pendamping, banyak juga mahluk halus yang datang dan
masuk bersemayam di dalam badan / kepala seseorang, menjadikan tubuh orangnya sebagai
rumahnya yang baru (ketempatan mahluk halus) yang kejadian awalnya melalui proses ketindihan
(baca : Pengaruh Gaib thd Manusia).
Kelemahan melihat gaib dengan bantuan khodam dan dengan amalan / mantra adalah bahwa
kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia mungkin saja adalah kondisi gaib yang sebenarnya,
tetapi kadangkala juga palsu (fiktif / ilusi / halusinasi) atau hanya merupakan pencitraan saja, atau
perlambang saja dari sesuatu yang gaib, karena apa yang dilihatnya itu bukanlah kondisi / kejadian
gaib yang sesungguhnya ia lihat, tetapi adalah gambaran gaib yang diberikan oleh si khodam, yaitu
gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, bukan sungguh-sungguh
orangnya bisa melihat gaib. Kebisaannya melihat gaib lebih banyak ditentukan oleh khodamnya itu.
Jadi, selain 3 cara utama di atas, yaitu melihat gaib dengan mata ketiga, melihat gaib secara batin
dan melihat gaib secara roh, masih ada satu cara lagi untuk melihat gaib, yaitu melihat gaib dengan
dibantu khodam atau menggunakan amalan / mantra melihat gaib.
Cara melihat gaib yang terakhir ini, yaitu melihat gaib dengan bantuan khodam dan yang
menggunakan amalan / mantra dipisahkan tersendiri dan diurutkan belakangan, karena bukan
merupakan cara melihat gaib yang menjadi rekomendasi Penulis, karena seringkali terjadi
penglihatan gaib cara ini tidak bisa diandalkan keakuratannya, tidak riil, banyak berupa ilusi dan
halusinasi, atau hanya berupa pencitraan dan perlambang saja, bukan kondisi kegaiban yang
sesungguhnya, tetapi justru cara inilah yang sekarang umum dan paling banyak dilakukan orang
dalam melihat gaib, yang umumnya terjadi pada orang-orang yang bisa melihat gaib tanpa orangnya
pernah melatih peka rasa untuk bisa mendeteksi / melihat gaib.
Penglihatan gaib yang tidak riil ini biasanya dialami oleh orang-orang yang berkhodam atau orang-
orang yang di dalam badannya atau di dalam kepalanya ada ketempatan mahluk halus, atau pada
orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan mantra / amalan melihat gaib.
Mengenai kasus-kasus yang orang ketempatan mahluk halus silakan dibaca di dalam : Pengaruh Gaib
thd Manusia.
Tulisan selanjutnya tentang melihat gaib silakan dibaca dalam halaman berjudul : Terawangan /
Melihat Gaib.
Pak saya ingin memberikan masukan di artikel bapak yg berjudul olah batin dan olah sukma, sekalian
tulisan tatacara membuka mata ketiga dan meraga sukma dengan media minyak2 tertentu yang
dimana dengan cara ini banyak memberikan manfaat bagi orang2 yg belajar ilmu kebatinan dan ilmu
gaib dgn cepat.
Terima kasih
Ulasan :
Di tulisan saya itu tentang melihat gaib dan merogoh sukma, intrinsik saya menyatakan bahwa saya
lebih prefer pada kemampuan yg sungguh2 berasal dari kemampuan orangnya sendiri, yg asli dari
kemampuan orangnya sendiri.
Tetapi di tulisan itu saya juga menuliskan bahwa ada juga keilmuan untuk itu yg aslinya tidak berasal
dari kemampuan orangnya sendiri, yaitu yg saya sebut sebagai melihat gaib dengan bantuan
khodam.
Melihat gaib dgn bantuan khodam ini saya kurang prefer, karena ada yg sifatnya benar membantu,
tapi lebih banyak lagi yg sifatnya fiktif, ilusi dan halusinasi.
Tetapi ada kalanya memang dibutuhkan adanya bantuan (khodam), karena tidak semua orang bisa
mampu menguasai keilmuan itu dgn kemampuannya sendiri, karena itu di bagian akhir halaman
berjudul Terawangan / Melihat Gaib saya juga menuliskan cara-cara untuk bisa melihat gaib dengan
bantuan khodam.
Melihat gaib dgn bantuan khodam itu bisa dilakukan dgn mewirid amalan untuk melihat gaib,
mungkin bisa juga untuk merogoh sukma kalau diwiridkan amalan yg untuk merogoh sukma
(walaupun kemungkinan besar merogoh sukmanya fiktif).
Mungkin akan lebih baik lagi hasilnya kalau digunakan juga minyak2 tertentu (untuk sesaji
khodamnya).
Selain minyak2 tertentu yg difungsikan sbg sesaji untuk khodamnya (supaya khodamnya lebih
antusias membantu laku keilmuannya) ada juga minyak2 tertentu yg dijual orang khusus untuk ilmu
melihat gaib dan merogoh sukma.
Dari beberapa minyak yg dijual orang itu saya mendeteksi bhw minyaknya sudah diisi khodam,
sehingga potensi keberhasilannya lebih besar kalau ada orang yg menggunakan minyak itu untuk
melihat gaib atau merogoh sukma (dgn bantuan khodam). Hanya saja sebaiknya diwaspadai jangan
sampai khodamnya itu kemudian masuk ke kepala kita, jangan sampai nantinya khodamnya akan
memenuhi kepala kita dengan gambaran2 gaib, ilusi dan halusinasi.
Jadi masukan anda tentang penggunaan minyak2 tertentu itu cukup baik, mungkin bisa
memperbesar peluang keberhasilan laku keilmuannya, tetapi sebaiknya hati-hati dalam
penggunaannya.
Tambahan :
Dalam olah sukma kita mengolah sukma kita, yaitu khusus mengolah roh kita, tentang apa yang
dapat dilakukan oleh roh kita di luar tubuh kita.
Seseorang yang belum pernah melakukan olah batin, berarti sukmanya masih lemah. Walaupun ada
guru yang dapat mengajari anda cara merogoh sukma, bila anda sendiri belum memiliki dasar
kekuatan kebatinan yang cukup, dengan mempertimbangkan efek buruk yang dapat terjadi,
sebaiknya jangan anda mencobanya. Apalagi bila di kemudian hari, tanpa pendamping, anda
mencoba melakukannya sendiri.
Resiko yang dapat terjadi, selain yang sudah disebutkan di atas, juga resiko karena berhubungan
dengan mahluk halus lain di alam gaib. Baca : Roh Manusia Lanjutan 2.
Dengan terawangan gaib anda bisa melihat ke tempat-tempat yang jauh dan tersembunyi. Tetapi
resikonya juga sama bila roh anda bertemu dengan roh halus lain. Banyak kejadian yang setelah roh
sedulur papatnya itu keluar jauh dari badannya, kemudian tidak dapat kembali lagi. Rohnya ditahan
/ ditangkap oleh mahluk halus lain. Akibatnya, orang itu akan terus-terusan melihat gaib, dan sosok
gaib yang menahan rohnya itu akan terus menghantuinya (karena sosok gaib itu memang menahan
roh sedulur papatnya dan roh sedulur papatnya yang ditangkap itu terus-terusan berhadapan
dengan sosok gaib itu). Sudah jelas bahwa orang itu kemudian akan terganggu jiwanya.
Lebih baik bila anda melatih lebih dulu kepekaan rasa (baca: Olah Rasa dan Kebatinan) sambil anda
belajar melihat secara batin, mempersiapkan mental dan menguatkan kebatinan anda. Bila sudah
mengerti resikonya (untuk kehati-hatian), sudah siap secara psikologis dan memang ingin bisa
melihat gaib, mintalah diajari cara melihat gaib dengan cakra mata ketiga saja, jangan merogoh
sukma. Kemampuan melihat gaib ini akan menjadi dasar yang baik sekali untuk mempelajari ilmu-
ilmu kebatinan yang lain, termasuk ilmu terawangan gaib dan ilmu merogoh sukma.
Memang walaupun kita sering berinteraksi dengan mahluk halus belum tentu kita mengalami
kejadian yang pahit. Tulisan ini dimaksudkan sebagai bahan pengetahuan saja supaya kita berhati-
hati, jangan sampai kita menjadi salah satu orang yang apes, mengalami pahitnya. Baca juga
: Kekhawatiran Melihat Gaib.
-----------
Tentang proses awal merogoh sukma biasanya ada tanda-tanda awalnya, antara lain :
2. Roh terasa naik ke atas, terasa dingin dari kaki naik ke atas, atau
Kalau terasa terjadi tanda-tanda seperti di atas sebaiknya meditasinya dihentikan sejenak.
Konsentrasi lagi, pikiran jangan kosong melayang, alirkan doa dalam hati.
Cara bermeditasi yang benar itu pikiran jangan kosong, tetapi dikendorkan, diistirahatkan, alirkan
doa / zikir dalam hati supaya pikiran tidak kosong melayang, atau mewirid amalan gaib jika
tujuannya untuk itu.
Jadi yang benar itu pikiran tidak kosong, tetapi dikendorkan, diistirahatkan, untuk lebih
mengedepankan rasa dan batin.
Tetapi ada orang-orang yang kesulitan untuk mengendorkan pikiran. Pikiran yang seharusnya
diistirahatkan malah dipakai keras berkonsentrasi. Bermeditasi dengan mata terpejam juga dapat
mendorong orang untuk keras berkonsentrasi dengan pikirannya, yang jika diteruskan meditasinya,
maka sesudah meditasinya itu kepala orangnya akan terasa pusing / penat.
Untuk orang-orang yang mengalami kesulitan mengendorkan pikiran seperti di atas, pemecahannya
adalah pikiran dikendorkan seperti sedang melamun. Dalam kondisi kamar gelap gulita mata boleh
tetap terbuka, pandangan diarahkan santai ke bawah seperti orang melamun. Tetap alirkan doa
dalam hati supaya pikiran tidak kosong melayang (tetapi juga jangan keras berkonsentrasi untuk
berdoa).
Tidak semua orang berhasil melepaskan pikirannya untuk mengedepankan batinnya. Kalau perlu
meditasinya jangan direncanakan. Lakukan saja ketika kita sedang iseng dan santai tak ada kegiatan.
Kalau kita santai melakukannya dan tak ada beban hasrat, biasanya sekali saja melakukannya sudah
berhasil. Tetapi ada juga orang lain yang harus melakukannya sampai berkali-kali baru bisa berhasil,
bahkan ada juga yang tidak pernah berhasil. Mungkin memang bukan rejekinya. Memang
peruntungan orang berbeda-beda dan faktor penghalangnya juga berbeda-beda.
Faktor terbesar yang menjadi penghalang pencapaian keberhasilan dari suatu laku meditasi adalah
adanya khodam ilmu / pendamping atau adanya mahluk halus di dalam kepala atau badan yang
keberadaan mereka itu sering sekali memberikan bisikan gaib dan penglihatan yang bersifat fiktif,
ilusi dan halusinasi, terutama dalam meditasi mata terpejam. Mungkin malah orangnya sampai
dibuat dibuat seolah-olah dirinya merogoh sukma, rohnya terbang ke langit atau berjalan-jalan di
alam gaib atau berhalusinasi bertemu dengan sosok halus tertentu.
Karena itu jika anda sadar diri anda berkhodam sebaiknya sebelum bermeditasi anda sampaikan
kepada khodam-khodam anda itu dan semua mahluk halus yang bersama anda supaya jangan
memberikan gambaran dan bisikan gaib apapun. Perintahkan supaya mereka mengikuti saja jalan
pikiran anda.
Sesudah diperintahkan begitu mudah-mudahan semua gaib yang bersama anda tidak akan
memberikan halusinasi kepada anda, tetapi gaib yang di dalam badan / kepala, terutama yang
jenisnya adalah sukma (arwah) manusia, kemungkinannya akan tetap memberikan halusinasi,
karena sudah watak dasarnya menipu dan menyesatkan. Karena itu atas adanya mahluk halus jenis
sukma / arwah di dalam tubuh manusia, siapapun dia, darimanapun asal-usulnya, Penulis
menganjurkan untuk diisolasi dan dikeluarkan. Selebihnya tinggal anda sendiri untuk kritis
membedakan mana kegaiban yang nyata dan mana yang fiktif / ilusi, jangan sampai terbawa
mengikuti yang sifatnya fiktif / menipu. Usahakan untuk belajar bisa fokus kepada sedulur papat kita
sendiri dalam hal inspirasi, ide dan ilham dan gambaran gaib, jangan kepada yang lain.
--------------